Prof Edi S Ekajati: Kongres Pemuda Sunda 1956 Sadarkan Tokoh-Tokoh Sunda Tentukan Nasibnya Pasca Kemerdekaan

Salah satu yang menjadi perhatian besar Prof Edi lahirnya Kongres Pemuda Sunda (KPM) 1956 perjuangan orang Sunda dalam rentetan sejarah melawan hegemoni Jakarta saat itu.

Kritik Pemuda Sunda 1956 jelang kongres di media cetak (Tangkapan layar)

MajmusSundaNews-Kabupaten Tasikmalaya, Senin, (7/10/2024) Prof. Dr. Edi S Ekajati dalam buku β€œNu Maranggung dina Sajarah Sunda“, banyak menulis perjalanan dan perjuangan urang Sunda. Ia menulis berkaitan dengan sejarah klasik Sunda atau kontemporer pra dan pasca kemerdekaan Republik Indonesia

Prof. Edi tak pernah lelah selama hidupnya memotret dan menulis sepak terjang urang Sunda dalam buku β€œNu Maranggung dina Sajarah Sunda” ia menulis hingga 34 judul.

Salah satu yang menjadi perhatian besar Prof Edi lahirnya Kongres Pemuda Sunda (KPM) 1956 perjuangan orang Sunda dalam rentetan sejarah melawan hegemoni Jakarta saat itu.

Prof Edi menuturkan awal tahun 1950 banyak lahir pergerakan di beberapa daerah Indonesia. Ia mengatakan pergulatan dan pergolakan politik orang Sunda terjadi dari 1950-1956.

Lima tahun Indonesia baru merdeka (1950), masa-masa hangatnya pergulatan Orang Sunda dalam menentukan jati dirinya di panggung perjalanan, dan pergulatan bangsa Indonesia.

Prof . Dr. Edi S Ekajati (Foto Istimewa)

Tahun 1950-1956 dalam panggung pergerakan dan perjuangan tokoh Sunda banyak melahirkan gagasan atau ide yang cerdas, bisa juga keras. Sejumlah tokoh Sunda mulai kalangan muda, kaum intelektual, budayawan, kaum perempuan, semuanya merasakan ada tekanan politik dari Jakarta.

Sebelum memasuki tahun 1950 sekitar 1945-1949 kata Prof Edi, awal munculnya isu politik non dan co, Orang Sunda dituduh co, karena dianggap bekerjasama dengan Belanda, dalam masa revolusi kemerdekaan (1945-1949). Artinya dituding khianat dalam perjuangan

Selain itu tambah Prof Edi, orang Sunda dituduh provinsialistis dan membesar-besarkan sukuisme.

β€œ Banyak tokoh Sunda yang digeser secara tidak etis dari jabatannya di pemerintahan Tatar Sunda, yang menggantinya dari orang luar (suku lain) yang tidak jelas kemampuannya,’ tegas Edi seperti yang ditulisnya Nu Maranggung dina Sajarah Sunda

Akibat tekanan dan ketidakadilan dari Jakarta menyadarkan tokoh Sunda untuk bergerak memikirkan nasibnya, lalu lahirlah komunitas (paguyuban Sunda ), seperti Pangauban Sunda, Sunda Budaya, Daya Sunda, Paguyuban Pasunda, Daya Mahasiswa Sunda, Nonoman Sunda, Putra Sunda dan banyak lagi yang lainnya.

Agar tidak terjadi polarisasi dan saling tuding atau menyalahkan dari kalanga orangtua diikat dalam satu wadah namanya Badan Musyawarah Sunda (BMS) yang dipimpin oleh Mr. Iwa Kusuma Sumantri sedangkan dari anggota pemuda Sunda bersatu dalam wadah yang disebut Front Pemuda Sunda (FPS)

Prof Edi S Ekajati: Kongres Pemuda Sunda 1956 Sadarkan Tokoh-Tokoh Sunda Tentukan Nasibnya Pasca Kemerdekaaan
Jurnalis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *