Menguak Kisah Dibalik Novel “THE KING’S CODE: Pesan Raja Agung Purnawarman” – Bagian 2

Artikel ini ditulis oleh: R.R. Okki Jusuf Judanagara, M.Sc., M.M.

Maharaja Purnawarman
Ilustrasi: Maharaja Purnawarman - (Sumber: Bing Image Creator AI)

MajmusSunda News, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (14/11/2024) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul Menguak Kisah Dibalik Novel “THE KING’S CODE: Pesan Raja Agung Purnawarman” – Bagian 2 ini ditulis oleh: Ratu Raja Okki Jusuf Judanagara, M.Sc., M.M., Badan Pekerja Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Perjalanan sejak pertama kali aku mendapat mimpi, sampai dengan kutulis buku The King’s code ini sudah berjalan 25 tahun. Selama itu telah banyak ilmu dan penemuan yang kudapatkan dari perjalanan keliling dunia yang membuatku merasa sangat kaya pengetahuan.

Pekerjaanku untuk mempersiapkan pembangunan “Masterpiece of God” rasanya sudah selesai. Kini kupasrahkan terlaksana atau tidaknya rencana ini kepada Tuhan yang Maha Kuasa sebagai pemilik masterpiece tersebut.

Ratu Raja Okki Jusuf Judanagara, M.Sc., M.M.
Ratu Raja Okki Jusuf Judanagara, M.Sc., M.M., penulis – (Sumber: Koleksi pribadi)

Sebagai tambahan informasi siapa Maharaja Purnawarman bagi para pembaca, menurut naskah Wangsakerta, seorang pangeran Cirebon yang ditugaskan menuliskan kembali sejarah kasundaan dari sejak abad 1 sampai dengan abad ini bahwa pada 345 M, dua raja India Hastiwarman dari Calankayana dan Wisnugopa dari Pallawa telah dikalahkan oleh Maharaja Samudragupta yang kejam (Prasasti Allahabad). Pada tahun itulah sang rajaresi meninggalkan India menuju Nusantara. Ada pun Raja Pallawa Wisnugopa datang ke Pulau Jawa dan menikah dengan Putri Rani Spartikarnawa Warmandewi dan menjadi Raja Dewawarman VIII, Raja terakhir Kerajaan Salakanagara.

Seorang Rajaresi datang dari India pada 357 M ke Pulau Jawa dan menikahi Putri Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi, yaitu putri tertua dari Raja Dewawarman VIII, dan mereka mendirikan Kerajaan Tarumanagara, sedangkan putra kedua Raja Dewawarman VIII yang bernama Aswawarman menikahi Putri Kundungga Dewi Sri Gari dari Kerajaan Bakulapura di Kalimantan dan mendirikan Kerajaan Kutai.

Jayasingawarman menjadi Raja Tarumanagara ke I selama 24 tahun (358-382 M). Beliau wafat dalam usia 60 tahun dan dipusarakan di tepi kali Gomati, lalu digantikan oleh putranya, Darmayawarman sebagai Raja Tarumanagara ke II selama 13 tahun (382-395 M) dan dipusarakan di tepi kali Chandrabaga. Sang Rajaresi kedua lalu digantikan pula oleh putranya Sri Purnawarman Raja Tarumanagara ke III yang memerintah selama 39 tahun (395- 434 M).

THE KING'S CODE: Pesan Raja Agung Purnawarman
Cover novel THE “KING’S CODE: Pesan Raja Agung Purnawarman” – (Sumber: R.R. Okki)

Purnawarman dilahirkan pada 8 Palguna 294 Saka (16 Maret 372 M) dan diwisuda menjadi Raja Tarumanagara ke III pada 13 Caitra 317 Saka (12 Maret 395 M). Adapun tindakannya yang pertama ialah memindahkan ibukota ke sebelah utara timur ibukota Jayasingapura, ibukota baru itu diberi nama Sundapura dibangun di tepi kali Gomati.

Ratu Raja Okki Jusuf Judanagara, M.Sc., M.M.
Ratu Raja Okki Jusuf Judanagara, M.Sc., M.M. (penulis) waktu disponsori oleh Iwan Tirta – (Sumber: Koleksi pribadj)

Lokasi Kota Sundapura tersebut terindikasi berada di Desa Batujaya, Kabupaten Karawang, kira kira berjarak 55 Km dari Jakarta. Tiga tahun setelah dinobatkan, sang Purnawarman membuat pelabuhan di tepi pantai di muara sungai Citarum dan pelabuhan ini menjadi ramai oleh kapal-kapal perang Kerajaan Tarumanagara dan kapal-kapal dagang dari India, Persia, China, Siam, dan Champa.

Dalam Prasasti Tugu & Prasasti Cidangiang, Purnawarman dijuluki dengan nama Narrendraddhvajabutena yang dapat diterjemahkan sebagai Panji Segala Raja, di mana sebagai raja yang selalu menang perang, tetapi pengasih dan penyayang yang membawahi 48 kerajaan bawahan lainnya di Pulau Jawa. Adapun tulisan Pallawa yang ada dalam prasasti Tugu adalah sebagai berikut:

Pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyata puri prapya.Chandrabhagarnnava yayau pravardhamana dvavina dvatsare crigunaujasa narendraddhvajadbutena.Primata purnnavarmmana prarabhya phalgunemase khata krisna tsami tithau caitrasukla trayodaqya dinai siddhaika viripakai. Ayatashatsahasrena dhanushamsa catena ca dvavincsena nadi ramya gomati nirmalodaka pitamahasya rijasher widarya cibiravani. Brahmanair ggosahasrena prayati krtadakshina.”

Artinya: Dahulu sungai Chandrabhaga digali oleh rajadiraja guru yang berlengan kuat dan besar kekuasaannya, setelah mencapai kota yang mashur, mengalirlah ke laut. Dalam pemerintahannya yang semakin sejahtera, Panji Segala Raja yang termashur Purnawarman, telah menggali saluran Gomati yang indah, murni airnya, mulai tanggal 8 bagian gelap bulan Palguna dan selesai tanggal 20 bagian terang bulan Caitra, selesai dalam 20 hari. Panjangnya 6122 busur mengalir ke tengah-tengah tempat kakeknya Sang Rajaresi.Setelah selesai dihadiahkan 1000 ekor sapi kepada para brahmana.

Ratu Raja Okki Jusuf Judanagara, M.Sc., M.M.
Ratu Raja Okki Jusuf Judanagara, M.Sc., M.M. (penulis) bersama Mayjen TNI Arief Rachman waktu launching buku ke-2 – (Sumber: Koleksi pribadi)

Fakta dari Prasasti Tugu dan cerita sejarah dari Naskah Wangsakerta:

Pertama, Jayasingawarman mendirikan sebuah desa yang kelak menjadi ibukota Kerajaan Tarumanagara;

Kedua, tindakan pertama Purnawarman setelah diwisuda menjadi Raja ke III Tarumanagara adalah memindahkan ibukota lama ke arah Utara Agak ke Timur dari Jayasingapura yang dinamakan dengan kota Sundapura;

Ketiga, dijelaskan bahwa kota Sundapura dibangun ditepi Sungai Citarum di Jawa Barat;

Keempat, pada tahun ke-3 pemerintahannya, Purnawarman membangun Pelabuhan Maharataruma untuk pertahanan dan Narikela untuk perdagangan tentunya tidak jauh dari area ibukota. Saluran terusan air yang digali tersebut adalah terusan kali Gomati.

Fakta Arkeologi dari Situs Batujaya, Kabupaten Karawang:

Pertama, telah ditemukan kompleks bangunan percandian sebanyak 70 buah di kawasan desa Batu Jaya dan enam buah di kawasan desa Cibuaya; Kedua, Kompleks tersebut hanya berjarak 1 Km dari Sungai Citarum dan 1 Km dari Kali Gomati di mana ada saluran antara Sungai Citarum dan Kali Gomati yang disebut penduduk dengan Kali Mati;

Ketiga, hasil carbon test pada batuan reruntuhan berusia abad 2 M sampai 11 M dapat diperkirakan reruntuhan adalah sisa dari tiga Kerajaan, yaitu Kerajaan Salakanagara, Tarumanagara, dan Sunda; Keempat, bangunan terbesar menunjukan sebagai tempat upacara persembahan atau penghormatan pada para brahmana (Candi Blandongan);

Kelima, salah satu bangunan candi berbentuk gelombang kelopak bunga teratai  (Candi Jiwa); Keenam, luas area percandian cukup besar jika itu diasumsikan sebagai sisa-sisa percandian keagamaan (sekitar 5 Km persegi).

Analisa sementara dari fakta yang ada:

Pertama, Situs Batujaya dapat dipastikan adalah reruntuhan Kerajaan Tarumanagara karena titik lokasi berada dekat Sungai Citarum dan Kali Gomati; Kedua, Situs Batujaya kemungkinan besar adalah bagian dari Kota Sundapura, dan; Ketiga, dari area situs Batujaya dan lokasi kali Gomati tentulah dapat dipetakan di mana kira-kira area terusan yang dibangun oleh Purnawarman.

Keempat, begitu pula tentunya dapat dipetakan di mana area Pelabuhan Tarumanagara. Ini dapat juga kita buka peta kuno yang dimiliki dinas arkeologi/purbakala; Kelima, kelopak bunga teratai dengan kepala gajah Airawata seperti Ganeca di atasnya adalah lambang resmi kerajaan Tarumanagara, dan; Keenam, hanya dua candi yang baru terbuka di area situs karena minimnya anggaran biaya penggalian dari pemerintah kita.

***

Judul: Menguak Kisah Dibalik Novel “THE KING’S CODE: Pesan Raja Agung Purnawarman” – Bagian 2
Penulis: R.R. Okki Jusuf Judanagara 
Editor: Jumari Haryadi

Baca Juga: Menguak Kisah Dibalik Novel “THE KING’S CODE: Pesan Raja Agung Purnawarman” – Bagian 1 – Majmus Sunda News

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *