MajmusSunda News, Jumat (29/11/2024) – Artikel berjudul “Universalitas Rumi” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Saudaraku, jika ada guru spiritual yang karyanya diapresiasi lintas agama dan budaya, nama yang kondang adalah Jalaluddin Rumi. Kehadirannya memberi bukti bahwa suatu ajaran spiritual yang bersifat universal itu mungkin.
Karya Rumi memiliki keistimewaan dan kedalaman spiritual luar biasa yang menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan, cinta ilahi, dan perjalanan menuju pencerahan. Ia menggunakan simbolisme sufistik untuk menjelaskan konsep metafisika yang kompleks, seperti persatuan dengan Sang Ilahi.
Tema utama dalam karya Rumi adalah cinta universal—baik cinta kepada Tuhan, sesama manusia, maupun alam semesta. Baginya, cinta adalah jalan untuk mencapai penyatuan dengan Tuhan. Hal ini tercermin dalam syair-syairnya yang penuh keindahan dan emosi.
Rumi sangat mahir menggunakan metafora yang kaya dan mendalam, seperti anggur, tarian, api, dan musik, untuk menyampaikan pesan spiritual. Gaya bahasanya bersifat universal dan inklusif; tidak membedakan agama, budaya, atau ras. Pesannya menekankan persatuan dan kemanusiaan. Sebagai seorang sufi, ia menolak eksklusivitas dogma dan lebih mengutamakan pengalaman batin.
Puisi-puisi Rumi memiliki irama dan estetika yang memukau sehingga tetap relevan hingga kini. Ia menulis dalam bahasa Persia, tetapi karyanya telah diterjemahkan ke banyak bahasa, tanpa kehilangan esensi.
Karya-karya Rumi Abadi. Masnavi-i Ma’navi (Masnavi), sering disebut “Al-Qur’an dalam bahasa Persia” merupakan kumpulan cerita, perumpamaan, dan refleksi spiritual yang mendalam.
Diwan-e Shams-e Tabrizi: kumpulan puisi liris yg mengungkapkan cinta mistik, terutama utk mentornya, Syamsuddin Tabrizi.
Rumi juga dikenal sebagai inspirasi bagi tarian sufi (Whirling Dervishes) di mana gerakan melingkar melambangkan perjalanan menuju Tuhan. Musik sering menjadi elemen penting dalam ritual sufistik yang diilhami oleh ajarannya.
Meski berasal dari abad ke-13, pesan Rumi tetap relevan pada era modern karena menyentuh aspek universal dari kehidupan manusia: cinta, kebahagiaan, pencarian makna, dan kebijaksanaan.
Karya Rumi menjadi warisan sastra dan sumber inspirasi spiritual lestari yang menobatkan Rumi sebagai salah satu penyair dan spiritualis terbesar dalam sejarah.
***
Judul: Universalitas Rumi
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas tentang penulis
Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.

Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.
Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.
Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.
Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.
***