Menemukan Indonesia

oleh: Prof. Yudi Latif

MajmusSunda News, Minggu (04/05/2025) Artikel berjudul “Menemukan Indonesia” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Saudaraku, di tengah kabut politik dan ekonomi tunanurani, aku nyaris kehilangan Indonesia. Negeri ini terasa menjauh—seperti bayangan yang mengabur di balik tirai kekuasaan dan timbunan kerakusan. Namun, ketika harap nyaris padam, aku menemukannya kembali—di medan seni dan gelanggang olah raga.

Prof. Yudi Latif
Prof. Yudi Latif, penulis – (Sumber: Instagram)

Di stadion yang bergemuruh, ribuan jiwa bersatu dalam lantunan Indonesia Raya dan Tanah Airku bukan sekadar lagu, tapi doa yang menggetarkan langit. Dari tiap nada dan sorak, tumbuh kembali rasa memiliki, rasa menjadi satu dalam nama yang sama: Indonesia. Dan ketika keramahan diberikan pada lawan, ketika semangat fair play mengalahkan fanatisme, kita memperlihatkan kepada dunia bahwa kemanusiaan adalah inti dari kebangsaan.

Di ruang maya yang tak berbatas, Wonderland Indonesia hadir bak jendela ke alam mimpi. Alffy Rev menyulam nada-nada orkestra dengan alat musik tanah air, menggelar tarian adat di atas irama zaman, menyampaikan pesan: bahwa kemegahan itu lahir dari akar tradisi yang dihidupi.

Karya ini tak hanya ditonton, tapi dirasakan—sebagai getar keindahan, sekaligus seruan untuk mencintai kembali negeri ini.

Dari stadion hingga layar, Indonesia menampakkan wajah terbaiknya bukan karena kuasa atau gemerlap, melainkan karena ketulusan rasa dan kejernihan ekspresi.

Seni dan olah raga telah menjadi cermin, tempat kita menatap diri sendiri tanpa riasan, dan menyadari: kita masih punya alasan untuk bangga, masih punya ruang untuk berharap.

Rakyat negeri ini, sebagaimana dicatat Alfred Russel Wallace, adalah bangsa yang teratur dalam keberagaman, bijak dalam kesahajaan. Namun mereka memerlukan suluh: keteladanan yang menyalakan keyakinan, bahwa kebaikan bukan sekadar kenangan, melainkan masa depan yang bisa diperjuangkan.

Dan ketika politik serta ekonomi tak lagi memberi cahaya, biarlah seni dan olah raga menjadi lentera yang menuntun pulang—ke Indonesia yang jujur, hangat, dan memikat hati.

Dum spiro spero—selama napas ini masih ada, harapan itu takkan padam.

***

Judul: Kurikulum Cinta
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi

Sekilas tentang penulis

Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.

Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.

Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.

Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.

Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *