MajmusSunda News, Senin (30/12/2024) – Artikel berjudul “Pancaran Buddhisme Nusantara” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Saudaraku, bersyukur jelang tutup tahun, saya bisa bersua kembali dengan para sahabat rohani, Bhikkhu dan pandita Buddha. Saat saya menjadi juri dan pemberi orasi dalam program sertifikasi Professional Communicator di Bangka. Diberikan khusus oleh @epdc.training untuk Pabbajja Pandita Samanera & Samaneri (calon Bhikkhu & Bhikkhuni), Keluarga Buddhayana Indonesia.
Momen itu menghidupkan kembali ingatan tentang warisan kejayaan Buddhisme di Nusantara. Di Tanah Air ini, Buddhisme meninggalkan sidik jari peradaban tinggi. Dari Sumatera hingga Jawa, dari Kalimantan hingga Bali, jejak ajaran Sang Buddha tertanam dalam budaya, seni, dan spiritualitas.
Di Sumatera, kejayaan itu berpendar bak cahaya fajar. Kerajaan maritim Sriwijaya bukan hanya pusat perdagangan, tetapi juga mercusuar intelektual Buddhisme. Para biksu dan sarjana dari berbagai penjuru dunia datang untuk belajar, menjadikan Sriwijaya sebagai titik temu kebijaksanaan lintas-peradaban dan pusat penyerbukan silang budaya. Prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuwo adalah saksi bisu semangat dharma yang melandasi kehidupan kerajaan.
Di Jawa, Borobudur menjadi monumen keabadian. Candi megah ini bukan hanya simbol arsitektur, tetapi juga kitab suci yang terpahat di batu. Relief-reliefnya menceritakan perjalanan hidup Sang Buddha, mengajarkan dharma melalui keindahan yang melampaui kata-kata. Bersama candi Mendut dan Pawon, Borobudur menjadi pusat spiritual yang menghubungkan manusia dengan alam semesta.
Kejayaan Buddhisme Nusantara bukan hanya tentang bangunan dan prasasti. Ia hidup dalam harmoni penduduk yang menghormati kebijaksanaan dan cinta kasih. Ajaran Sang Buddha menyatu dengan tradisi lokal, menciptakan budaya yang kaya dan inklusif. Bahasa, Seni, sastra, dan filsafat berkembang, membawa nilai-nilai luhur ke dalam kehidupan.
Mengenang kejayaan Buddhisme di Nusantara bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga inspirasi untuk masa depan. Nilai-nilai Buddhisme kedamaian, kebijaksanaan, dan kasih sayang tetap relevan di tengah dunia yang terus berubah. Lewat pelestarian situs sejarah, penelitian manuskrip kuno, dan revitalisasi ajaran spiritual, kita dapat menjaga nyala obor kejayaan ini.
***
Judul: Pancaran Buddhisme Nusantara
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas tentang penulis
Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.

Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.
Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.
Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.
Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.
***