MajmusSunda News-Maja, Kabupaten Majalengka, Minggu, (16/2/2024)- Bagi masyarakat Desa Nunukbaru Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka kain tenun gadod memiliki fungsi yang sangat penting sebagai sumber sandang. Hingga kini kain tenun gadod Majalengka masih bertahan.
Sebelum hadirnya pakaian modern, tenun gadod menjadi kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Salah satu pengrajin tenun gadod, Tedi Nuryadi menuturkan kain tenun gadod, menurut keyakinan dan kepercayaan masyarakat di Desa Nunukbaru, yaitu sebagai sumber sandang. Mana kala kita tidak bisa lepas dari yang namanya sandang, walaupun keberadaan tenun gadod sekarang sudah ada di zaman modern.
βSebelum adanya modern, kita tidak memungkiri para leluhur, nenek moyang, dulunya cikal bakal dari sekarang adalah sumber sandang yang sudah sangat melimpah itu berawal dari segala sesuatu hal yang tradisi,” jelas Tedi
Tedi menambahkan kain tenn gadod mempunyai warisan budaya tradisional yang begitu berharga. Menurut kisah yang diceritakan secara turun-temurun, imbuh Teddi, keberadaan tenun gadod telah ada sejak zaman kerajaan Talaga Mangung.
Sekedar diketahui, tenun gadod dibuat dari kapas honje. Uniknya, meskipun berbahan dasar kapas, kain ini memiliki kekuatan yang luar biasa, yang tercermin dalam nama gadod itu sendiri, yang berarti kuat.
Kekuatan ini juga menjadi simbol dari daya tahan dan keberlanjutan tradisi kain tenun gadod yang menjadikannya bukan hanya sekadar kain, tetapi juga warisan leluhur yang terus dijaga. Keberadaan tenun gadod masih tetap bertahan hingga kini berkat ketekunan para maestro tenun yang menjaga kelestariannya.
“Banyak cerita dari turun-temurun malahan dari semenjak zaman kerajaan, karena Nunuk itu erat kaitannya dengan kerajaan Telaga Mangung. Jadi di situlah tenun gadod pun tidak terlepas dari cerita itu,” kata Tedi
“Para maestro-maestro (tenun gadod) sekarang, pasti memegang teguh apa yang diwariskan para leluhurnya supaya tetap menjaga dan melestarikan tentang keberadaan dari tenun gadod itu sendiri,” imbuhnya.
Sebagai bagian dari tradisi leluhur, kain ini menjadi simbol kelangsungan budaya dalam menjaga sumber sandang dari generasi ke generasi. Cerita-cerita yang diwariskan oleh para leluhur mengisyaratkan bahwa kain ini telah menjadi bagian dari sejarah panjang masyarakat Nunukbaru, dan setiap benang yang ditenun mencerminkan nilai-nilai kebudayaan yang telah bertahan selama berabad-abad.
“Kalau dikaitkan dengan cerita sejarah mungkin keberadaan tenun gadod sudah ada ratusan tahun, karena cerita orang tua berkaitan dengan masa-masa kerajaan. Otomatis sebelum masa penjajahan Belanda dan Jepang keberadaan tenun gadod itu sudah ada,” tutur Tedi.
Kain tenun gadod tidak hanya bertahan di masa lalu, tetapi terus diwariskan hingga ke generasi sekarang. Para maestro tenun di Nunukbaru memastikan tenun gadod menolak punah. Generasi di Nunukbaru dipastikan memahami pentingnya melestarikan kain ini.
“Alhamdulillah, karena kekuatan dan keyakinan yang dipegang para maestro tenun itu kuat, otomatis dengan sendirinya mereka mewarisi terhadap anak cucu, generasi, supaya tetap menjaga kelestarian tenun gadod itu sendiri,” kata Tedi bangga.
Judul: Tenun Gadod Maja Majalengka, Kain Tradisional Warisan Kerajaan Talaga Mangung Hingga Kini Tetap Bertahan
Jurnalis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS