Sukses Penyerapan = Sukses Penyimpanan?

Sukses Penyerapan = Sukses Penyimpanan?

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Jum’at (02/05/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Sukses Penyerapan = Sukses Penyimpanan?” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Adanya kekhawatiran beberapa kalangan, atas tata kelola penyimpanan gabah/beras yang belum profesional, menuntut Perum Bulog untuk menata kembali proses penyimpanan gabah/beras yang dilakukannya. Masalahnya menjadi semakin menjelimet, ketika produksi beras berlimpah, praktis bakalan membutuhkan gudang yang memadai.

Selain itu, meningkatnya cadangan beras Pemerintah sampai menembus angka 3,3 juta ton, tentu akan  membutuhkan tambahan gudang dan petugas gudang yang terlatih. Hal ini penting untuk dicermati, karena yang namanya sukses penyerapan gabah/beras, seharusnya sama dengan sukses penyimpanannya.

Sukses penyerapan gabah oleh Perum Bulog dapat diukur dari beberapa indikator:

– Kuantitas. Jumlah gabah yang diserap sesuai dengan target yang ditetapkan.

– Kualitas. Gabah yang diserap memenuhi standar kualitas yang ditentukan.

– Harga. Harga gabah yang dibayar kepada petani sesuai dengan harga yang ditetapkan.

– Waktu. Penyerapan gabah dilakukan secara tepat waktu dan efisien.

– Kepuasan Petani.  Petani merasa puas dengan proses penyerapan gabah dan harga yang diterima.

Dengan demikian, Bulog dapat meningkatkan ketersediaan beras, mendukung kesejahteraan petani, dan menjaga stabilitas harga pangan.

Lalu, apa yang dimaksud dengan sukses penyimpanan gabah/beras?  Sukses penyimpanan gabah/beras berarti pertama  kualitas terjaga. Gabah/beras tetap dalam kondisi baik, tidak rusak atau busuk. Kedua, kuantitas terjaga. Jumlah gabah/beras tetap sesuai dengan yang disimpan. Ketiga, keamanan pangan. Gabah/beras terlindung dari kontaminasi, hama, atau penyakit. Dan keempat, stabilitas. Gabah/beras dapat disimpan dalam jangka waktu lama tanpa mengalami kerusakan.

Selain itu, dari berbagai pengalaman di lapangan, ada banyak faktor yang mempengaruhi kesuksesan penyimpanan gabah/beras antara lain kondisi gudang yang baik; pengendalian kelembaban dan suhu; pengawasan hama dan penyakit dan penanganan yang tepat. Dengan demikian, Bulog dapat menjaga ketersediaan pangan yang stabil dan berkualitas.

Dalam musim panen raya sekarang dan sebentar lagi akan selesai, proses penyerapan gabah/beras yang ditugaskan kepada Perum Bulog sebagai operator pangan Pemerintah, dapat dikatakan berhasil memenuhi target. Kemauan politik untuk dapat menyerap gabah sebanyak-banyaknya, dapat dibuktikan dengan semakin kokohnya cadangan beras Pemerintah (CBP) yang dimiliki.

Pemerintah sangat optimis, hingga bulan Mei 2025, serapan gabah oleh Perum Bulog akan semakin meningkat, sehingga cadangan beras Pemerintah diproyeksikan dapat mendekati angka 4 juta ton. Ini adalah prestasi yang cukup mengagumkan dan membanggakan, setelah sekian lama, kita selalu merisaukan cadangan beras yang dimiliki/dikuasai Pemerintah.

Kokohnya cadangan beras Pemerintah yang dimiliki, sebagai akibat suksesnta program menggenjot produksi dan produktivitas beras, ditambah dengan adanya kebijakan Pemerintah menghentikan impor beras konsumsi mulai tahun 2025, mengisyaratkan kepada kita, bahwa bangsa ini telah mampu meraih swasembada beras kembali.

Namun begitu, pertanyaan selanjutnya, bagaimana dengan proses penyimpanan gabah/beras sebagai cadangan beras Pemerintah ini ? Apakah dengan lonjakan produksi beras yang sangat spektakuler, Perum Bulog telah memiliki kesiapan untuk menyimpan gabah/beras dalam gudang Perum Bulog yang dimilikinya? Atau masih harus mencari gudang filual, mengingat jumlah gudang Perum Bulog yang eksisting relatif terbatas.

Rasanya tidak. Perum Bulog sendiri, tampak kesulitan untuk menyimpan gabah yang diserapnya, kalau hanya mengandalkan kepada gudang-gudang yang ada. Itu sebabnya, dalam beberapa minggu ke belakang, Perum Bulog cukup serius untuk memanfaatkan gudang filial yang tidak optimal penggunaannya, tapi cukup memungkinkan untuk dijadikan tempat penyimpanan gabah/beras.

Persoalan penyimpanan gabah/beras, kerap kali muncul menjadi isu cukup hangat untuk diangkat dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Salah satunya dan kini masih ramai dibincangkan adalah temuan beras berkutu yang ditemukan para Wakil Rakyat di salah satu gudang Perum Bulog yang ada di Daerah Istimewa Jogjakarta.

Pertanyaan kritisnya, mengapa beras impor yang sudah melewati berbagai pengujian khusus dan disimpan di dalam gudang Perum Bulog dengan menggunakan SOP yang terukur dan akuntabel, masih harus ditemukan adanya beras berkutu ? Bahkan di media sosial ramai beredar jumlahnya sekitar 300 ribu ton, yang tersebar di gudang-gudang Perum Bulog.

Dihadapkan pada kondisi demikian, kita percaya Perum Bulog akan terus bergerak untuk mencarikan jalan keluar terbaiknya. Perum Bulog  disarankan untuk terus membangun sinergitas dan kolaborasi dengan para pihak yang memiliki kaitan terhadap proses penyimpanan gabah/beras itu sendiri.

Semoga semangat mewujudkan sukses penyerapan = sukses penyimpanan gabah/beras ini akan dapat dibuktikan dalam kehidupan nyata di lapangan.

***

Judul: Sukses Penyerapan = Sukses Penyimpanan?
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *