MajmusSunda News, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (16/11/2024) – Puisi berjudul “Garam untuk Bangsaku” ini ditulis oleh: Prof. Dr. Chye Retty Isnendes, S.Pd., M.Hum., asal Sukabumi, Jawa Barat yang kini mengajar sebagai Dosen Prodi S1 Bahasa Sunda UPI (1999 – sekarang), juga mengajar di Prodi S2 Bahasa dan Budaya Sunda, dan di Prodi Linguistik (S2, S3). Ia juga aktif sebagai anggota Dewan Redaksi MajmusSunda News, sebuah media online yang didirikan oleh Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Bagaimana wujud cinta pada bangsamu?
Wujud cintaku bagai emas di Papua
yang raib ditambang dia, wahai Indonesia
Engkau tersenyum, ya emas sangat berharga
Puas diri mendengarnya
Bagaimana wujud cinta pada bangsamu?
Wujud cintaku bagai minyak di Riau yang
ditambang tak habis-habis, wahai Indonesia
Engkau tersenyum ya minyak sangat berguna
Mengangguk-angguk penuh bahagia
Bagaimana wujud cinta pada bangsamu?
Wujud cintaku bagai batu-bara di Tanjungenim
bermasalah tapi berkilau, wahai Indonesia
Engkau tersenyum ya batu-bara mutiara hitam
Aku senang cintamu demikian
Bagaimana wujud cinta pada bangsamu?
Wujud cintaku bagai garam saja Paduka
yang gagal dipanen petani karena cuaca anomali
Engkau murka lalu dititahkan membelinya
dari Australia
Jangan, wahai
Tujuh puluh lima ribu ton bukan jumlah sedikit
Bagaimana kami bersaing dan menghidupi
anak istri?
Oh kamu menjerit, lah sekuat tenaga
Tak akan ada kehilangan sesuatu tak berharga
Pulanglah ke samudra raya rakyatku butuh
garam super bule dan super cantik demi kesehatan
Syahdan petani pun sesegrukan lalu mereka
berhenti jadi
petani. Petak-petak itu cuma reruntuhan yang ditiup angin
yang membawa pasang dan surut kehidupan
Setahun sewindu garam pun hilang
Garam bule yang putih-putih itu tak memuaskan
Sang Paduka Indonesia
Layu, lah Maharaja, gering, lah Indonesia bangsa
Lidahnya butuh garam pribumi yang dibuat dengan cucuran
keringat dari punggung hitam petani
Darahnya menjadi tawar, wajahnya lesi dan pucat tak berseri
Celakanya garam bermacam-macam hilang bersama petani
Di panggung peradaban Sang Indonesia sakit keras. Penyesalan
mendalam tentang cinta bagai garam yang tak dipedulikan
Lalu kekayaan tak menjadi darah dan kepribadian
Hanya garam nilai tak terperi
Ketika garam tak dianggap, diperbaharui 2024
***
Judul: Puisi “Garam untuk Bangsaku”
Penulis: Chye Retty Isnendes
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas tentang pengarang
Chye Retty Isnendes, nama popular penulis dari Sukabumi. Lahir tanggal 02 Desember. Chye (dibaca: Ci’) menempuh pendidikan di: TK Kartini Nagrak, Madrasah Diniyah Kaum Nagrak, SDN V Nagrak, di SMP Muhammadiyah 8 Nagrak, dan di SMAN Cibadak.
Chye kuliah S1 di Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS IKIP Bandung (1993-1998), S2 di UGM Yogyakarta (2002-2004), S3 di UPI Bandung (2010-2013.) Chye bekerja di almamaternya; Prodi S1 Bahasa Sunda UPI (1999 – sekarang). Mengajar juga di Prodi S2 Bahasa dan Budaya Sunda, dan di Prodi Linguistik (S2, S3).

Berbagai penghargaan telah diterima oleh Chye berkenaan dengan karya sastra Sunda dan karya akademiknya, di antaranya: Diploma dari Museum Seni Anak dan Remaja Oslo, Norwegia (1991), Hadiah Lembaga Basa & Sastra Sunda 1998 (1999), Hadiah Sastra RANCAGE dari H. Ajip Rosidi (2000), Hadiah Mangle (carpon dan sajak antara tahun 2000-2002), Hadiah Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda untuk cerita pendek Sunda (2007) dan untuk sajak Sunda (2008).
Buku sastranya yang telah terbit: Kidang Kawisaya (kumpulan sajak Sunda, Girimukti Pasaka-1999), Nu Nyusuk dina Sukma (kumpulan sajak Sunda, Daluang Press-2010), Jamparing (novelet Sunda rumaja, Wisata Literasi-2012), Handeuleum ‘na Haté Beureum (novel Sunda sawawa, Yrama Widya-2014), Dua Wanoja (kumpulan carpon Sunda, Kiblat-2014), dan Dongeng-dongeng Petingan ti Sukabumi (Yrama Widya, 2015).
Buku yang berhubungan dengan akademiknya adalah: Teori Sastra (Sonagar Press, 2009), Kajian Sastra (Wisata Literasi, 2010), Kamaheran Nulis Skenario (Sonagar Press, 2016, edisi revisi 2018), Perempuan dalam Pergulatan Sastra dan Budaya Sunda (Yrama Widya, 2017), Teori Sastra Kontemporer (bersama penulis Narudin dan Toyidin, UPI PRESS, 2018), Keutamaan Perempuan Dewi Sartika (Penerjemah, Situseni 2020), Kritik Sastra: LUTUNG KASARUNG dalam Ekofeminisme Sunda (UPI Pess, 2021).
Chye juga mengeditori buku, di antaranya: Lir Cahya Nyorot Eunteung: Cipta Sastra Warga Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah (Sonagar Press, 2009) dan Salikur Carpon PATREM (Pustaka Jaya, 2017), Surat Penting Pustakawati 50 Carpon PATREM (Pustaka Jaya, 2020), dan Bujangga Manik, Gunung Sembung, dan Hulu Citarum (2022).
Sehubungan dengan penelitian, topik yang diminatinya adalah seputar sastra, bahasa, alam, dan budaya. Penelitian yang pernah dilakukannya berhubungan dengan karya sastra Sunda klasik dan modern, juga ihwal flora Sunda, upacara adat, adat-tradisi-budaya, dan bahasa Sunda Baduy.
***