MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Rabu (07/05/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Mengukir Sejarah Baru Perberasan” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Dalam sebuah Sidang Kabinet, Presiden Prabowo Subianto melontarkan pujian kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Wakil Menteri Pertanian Sudaryono. Kinerja keduanya di Kementerian Pertanian berhasil membuat stok beras Indonesia mencetak rekor sejarah hingga tak ada impor. Cadangan Beras Pemerintah (CBP) terus bertambah di gudang-gudang Bulog. Bahkan diperkirakan akan mencapai 4 juta ton.

Saat ini stok beras di gudang Bulog sudah mencapai 3,5 juta ton, dan jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat dalam waktu dekat. Pemerintah sendiri telah berhasil menyerap beras dari petani pada tahun ini mencapai 1,88 juta ton. Sejarah baru dunia perberasan, kini tengah berlangsung. Bangsa ini, patut memberi acungan jempol kepada Pemerintahan Presiden Prabowo.
Di sisi lain, Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan proyeksi produksi beras Indonesia akan mencapai 34,6 juta ton sepanjang 2025. Proyeksi tersebut berdasarkan dari laporan terbaru Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Data USDA kerap memberi harapan dan rasa optimis. USDA sudah sering memberi proyeksi dan prediksi yang menjanjikan. Dan sering pula dijadikan refrensi para pakar pertanian.
Menarik untuk dicermati, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementan, Moh Arief Cahyono, mengatakan jumlah ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan produksi beras tertinggi di kawasan ASEAN tahun ini. Produksi beras nasional pada semester I tahun 2025 melonjak tajam sebesar 11,17% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk itu, sangat tepat bila Presiden memberi pujian kepada duet Amran-Sudaryono.
Duet kepemimpinan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan)/Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog Sudaryono sebagai ujung tombak Kementerian Pertanian (Kementan) menunjukkan arah pergerakan mesin pertanian nasional positif dengan strategi yang kompak, cepat, dan terarah.
Kinerja kompak ini antara lain berkat kemampuan Wamentan Sudaryono mengimbangi kecepatan kerja Mentan Amran yang dikenal sebagai sosok pekerja keras, penuh dedikasi, dan tidak kenal waktu. Kombinasi ini menjadikan keduanya duet yang efektif dalam menjalankan visi besar Presiden Prabowo, yaitu meraih swasembada pangan secepat-cepatnya.
Beberapa laporan menyebut kelebihan duet Amran – Sudayono dalam konteks politik atau pemerintahan dapat membawa
keseimbangan dalam kebijakan dan pengambilan keputusan. Kemudian, dapat membawa perspektif dan pengalaman yang berbeda, sehingga memperkaya proses pengambilan keputusan. Dan dapat membangun kemitraan yang kuat dan efektif dalam menjalankan pemerintahan atau organisasi.
Perkembangan Kementerian Pertanian sempat mengalami ‘luka’ yang menyakitkan ketika Menteri, Sekjen dan Direktur di salah satu Ditjennya terlibat dalam kejahatan “kerah putih” yang membuat mereka dijebloskan ke dalam bui. Kinerja Kementerian Pertanian langsung terpuruk, karena pros3s hukum yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), membuat banyak pejabat nya ikut diperiksa sebagai saksi dalam kaitannya dengan gratifikasi.
Resikonya, Kementerian Pertanian yang seharusnya mampu menggenjot produksi pertanian setinggi-tingginya, saat itu tidak mampu memperlihatkan kinerja terbaiknya. Produksi beras misalnya, Badan Pusat Statistik mencatat untuk tahun 2024 terbukti lebih rendah dari tahun sebelumnya. Bahkan impor beras yang kita lakukan menembus angka 4 juta ton.
Nada pilu dunia pertanian seperti ini, betul-betul mengundang Presiden Prabowo untuk segera mencarikan jalan keluarnya. Duet Amran-Sudaryono, rupanya mampu menangkap suara hati Presiden Prabowo, yang diwujudkan dalam kebijakan dan program nyata di lapangan. Upaya menggenjot produksi beras menjadi salah satu priorotas yang wajib untuk dikejar.
Duet mereka (Amran-Sudaryono) ternyata tidak berakhir hanya dengan tercapainya peningkatan produksi yang cukup signifikan. Dalam proses penyerapan gabah petani yang digarap Perum Bulog, keduanya, terlebih Wamen Pertanian Sudaryono yang diberi amanah menjadi Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog, benar-benar mampu memperlihatkan kinerja terbaiknya.
Semangat menyerap gabah petani sebanyak-banyaknya dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan petaninya, menjadi target utama Pemerintah dalam musim panen kali ini. Lewat kerja keras dan kerja cerdas, proses penyerapan gabah berjalan dengan sukses. Pemerintah mengumumkan penyerapan gabah hingga awal Mei 2025 mampu mencapai angka 1,88 juta ton beras. Jauh melebihi rata-rata penyerapan dalam 5 tahun terakhir, yang hanya sebesar 1 – 1,2 juta ton.
Dengan penyerapan yang cukup sukses, ujung-ujungnya mampu mengokohkan cadangan beras Pemerintah, sebagaimana yang direncanakan. Stok beras dalam negeri yang biasanya berkisar dibawah 1 juta ton, kini hingga Mei 2025 melonjak hingga mencapai 3,5 juta ton. Bahkan diprediksi sampai selesainya musim panen sekarang, bisa mencapai 4 juta ton. Betul-betul membanggakan !
Meningkatnya produksi dan semakin kokohnya cadangan beras Pemerintah menunjukan betapa masuk akalnya, jika Pemerintah melahirkan kebijakan untuk menghentikan impor beras, mulai tahun 2025 dan seterusnya. Sekarang saatnya para petani padi dalam negeri memperlihatkan kemampuannya. Petani perlu tampil menjadi garda terdepan dalam menyetop impor beras.
Rangkaian menggenjot produksi beras setinggi-tingginya menuju swasembada, penyerapan gabah petani sebanyak-banyaknya dan penyetopan impor beras, pada dasarnya merupakan proses panjang yang butuh perencanaan matang untuk meraihnya. Dibawah kepemimpinan Presiden Prabowo terbukti kita mampu mewujudkannya. Ayo lanjutkan!
***
Judul: Kiprah Bulog Mengokohkan Ketahanan Pangan
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi