Catatan HUT Bulog ke 58 Tahun : Terobosan Cerdas Penyimpanan Gabah!

oleh: Ir. Entang Sastraatmadja

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Sabtu (10/05/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Catatan HUT Bulog ke 58 Tahun : Terobosan Cerdas Penyimpanan Gabah!” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Penyimpanan gabah petani adalah proses menyimpan gabah yang telah dipanen oleh petani dalam kondisi yang baik dan aman untuk menjaga kualitas dan kuantitas gabah tersebut.Tujuan penyimpanan gabah petani adalah pertama, menjaga gabah tetap segar dan berkualitas untuk jangka waktu yang lebih lama.

Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Kedua, mengurangi kerusakan gabah yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti kelembaban, suhu, dan hama. Ketiga, meningkatkan kualitas gabah dengan menjaga kondisi penyimpanan yang baik. Keempat, mengatur pasokan gabah untuk memenuhi kebutuhan pasar dan industri.

Penyimpanan gabah petani dapat dilakukan dengan cara: menyimpan gabah di gudang yang kering, sejuk, dan terlindung dari hama; menyimpan gabah di silo yang dirancang khusus untuk penyimpanan gabah; menyimpan gabah di tempat penyimpanan yang khusus dirancang untuk penyimpanan gabah.

Dalam penyimpanan gabah petani, perlu diperhatikan beberapa faktor seperti: kondisi gudang harus kering, sejuk, dan terlindung dari hama; kualitas gabah harus baik dan tidak rusak. Dan pengawasan harus dilakukan secara teratur untuk memastikan kondisi penyimpanan yang baik.

Tak kalah penting untuk dicermati, penyimpanan gabah masih dihadapkan pada berbagai persoalan. Setidaknya, ada 4 hal yang patut kita selisik lebih jauh, yaitu aspek fisik, aspek kualitas, aspek ekonomi dan aspek regulasi. Kaitannya dengan masalah fisik, terdapat 3 masalah serius yang butuh pengelolaan lebih baik lagi.

Ketiga hal tersebut adalah petani seringkali tidak memiliki ruang penyimpanan yang cukup untuk menyimpan gabah. Kemudian, penyimpanan gabah seringkali tidak memadai, sehingga gabah dapat rusak atau busuk. Dan penyimpanan gabah dapat dipengaruhi oleh cuaca, sehingga gabah dapat rusak atau busuk.

Kedua berhubungan dengan masalah kualitas seperti gabah dapat rusak atau busuk selama penyimpanan, sehingga kualitasnya menurun; gabah dapat terkontaminasi jamur, sehingga kualitasnya menurun; dan gabah dapat terkontaminasi hama, sehingga kualitasnya menurun.

Ketiga bertalian dengan masalah ekonomi. Dalam hal ini ada 3 hal yang butuh pencermatan, yakni biaya penyimpanan gabah dapat sangat tinggi, sehingga petani harus mengeluarkan biaya yang besar. Selanjutnya, petani seringkali harus bergantung pada pihak ketiga untuk menyimpan gabah, sehingga mereka harus membayar biaya penyimpanan. Dan petani berisiko mengalami kerugian jika gabah mereka rusak atau busuk selama penyimpanan.

Keempat berhubungan dengan masalah regulasi. Dalam hal ini pun ada 3 keterbatasan yang butuh penanganan dengan cepat, yakni regulasi penyimpanan gabah seringkali tidak memadai, sehingga petani tidak memiliki standar yang jelas untuk menyimpan gabah.

Kemudian, petani seringkali tidak memiliki perlindungan hukum yang memadai untuk melindungi hak-hak mereka sebagai pemilik gabah. Dan petani seringkali harus bergantung pada pemerintah untuk menyediakan fasilitas penyimpanan, sehingga mereka tidak memiliki kontrol penuh atas proses penyimpanan.

Atas gambaran masalah yang disampaiksn diatas, ternyata persoalan penyimpanan gabah masih menyisakan banyak pekerjaan yang butuh penanganan. Berikut akan disampaikan beberapa cara menyimpan gabah petani yang baik. Mulai dari persiapan sebelum penyimpanan.

Pastikan gabah bersih dari kotoran, debu, dan biji-bijian lainnya. Lalu, pastikan gabah kering dengan kadar air sekitar 14-15% untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri. Kemudian, gunakan wadah atau karung yang bersih, kering, dan tidak berbau untuk menyimpan gabah.

Tahap berikutnya soal metode penyimpanan. Ada 3 hal yang penting ditata ulang. Simpan gabah di gudang yang bersih, kering, dan memiliki ventilasi yang baik. Selanjutnya, simpan gabah di silo yang bersih, kering, dan memiliki sistem pengeringan yang baik. Dan simpan gabah di karung yang bersih, kering, dan tidak berbau.

Berikutnya pengawasan dan pemeliharaan. Mulai dengan memeriksa kadar air gabah secara teratur untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri. Lalu, pastikan suhu penyimpanan gabah antara 15-25°C untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri. Terakhir, periksa kualitas gabah secara teratur untuk mencegah kerusakan dan penurunan kualitas.

Demikian sedikit catatan terkait penyimpanan gabah petani yang butuh pengelolaan lebih baik lagi. Kalau panen raya berbarengan dengan datangnya musim hujan, dapat dipastikan Perum Bulog akan menyimpan gabah basah. Kondisi ini, jelas harus diantisipasi sedini mungkin, sehingga kita memiliki waktu untuk memberikan jalan keluar terbaiknya. Dirgahayu Perum Bulog!

***

Judul: Catatan HUT Bulog ke 58 Tahun : Terobosan Cerdas Penyimpanan Gabah!
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *