MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Senin (05/05/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Ketika Malaysia Ingin Impor Beras dari Indonesia” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Detik.finance merilis, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman melakukan pertemuan dengan Menteri Pertanian dan Keterjaminan Makanan Malaysia YB Datuk Seri Haji Mohamad Bin Sabu. Dalam pertemuan itu, salah satu yang dibahas adalah keinginan Malaysia untuk melakukan impor beras dari Indonesia. Namun, Amran mengatakan Indonesia belum bisa mengekspor beras ke Malaysia. Karena saat ini Indonesia tengah memperkuat pasokan dalam negeri.

Keinginan Pemerintah Malaysia untuk mengimpor beras dari Indonesia, sebetulnya cukup masuk akal. Memasuki tahun 2025, dikabarkan produksi beras negeri ini meningkat cukup signifikan. Selain itu, warga dunia pun tahu persis, mulai tahun ini Pemerintah Indonesia akan menyetop impor beras konsumsi. Berksca pada suasana demikian, wajar kalau Pemerintah Malaysia menyatakan keinginannya untuk melakukan impor beras dari negara kita.
Menarik untuk dibincangkan, ternyata keinginan Pemerintah Malaysia untuk mengimpor beras dari Indonesia, langsung dijawab oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Ditegaskan, keinginan untuk mengimpor beras tersebut belum dapat dipenuhi, mengingat saat ini Pemerintah Indonesia memperkokoh pasoksn dalam negeri, khususnya yang berkaitan dengan penguatan cadangan beras Pemerintah.
Dilihat dari penyerapan gabah/beras oleh Perum Bulog sekarang, untuk musim panen kali ini, Pemerintah boleh tersenyum simpul. Semangat untuk menggenjot produksi beras setinggi-tingginya menuju swasembada, telah tercapai dengan terserapnya gabah petani oleh Perum Bulog dengan angka cukup signifiksn. Menteri Pertanian malah sempat menyatakan dalam bulan Mei nanti, cadangan beras Pemerintah mampu menggapai 3,3 juta ton.
Kisah sukses meningkatkan produksi beras ini, tentu diraih dengan melakukan kerja keras dan kerja cerdas dari segenap komponen bangsa, disamping juga melakukan revitalisasi di berbagai sektor kehidupsn. Diawali dengan penyiapan benih/bibit padi yang berkualitas, kemudian penataan tata kelola kebijakan perpupukan, perbaikan saluran irigasi, penguatan kebijakan Penyuluhan Pertanian, hingga ke penyempurnaan regulasi di berbagai sektor kehidupan.
Tak kalah penting untuk disampaikan, Pemerintahan Presiden Prabowo dan Kabinet Merah Putihnya, telah berkomitmen, upaya peningkatan produksi dan produktivitas beras ini, tidak hanya dicirikan oleh hasil yang berlimpah, namun seiring dengan meningkatnya produksi, juga harus dibarengi dengan semakin membaiknya kesejahteraan para petaninya. Dengan bahasa lain, produksi meningkat, maka kesejahteraan petaninya semakin membaik.
Memiliki cadangan beras Pemerintah diatas 3 juta ton, ditambah dengan dihentikannya kebijakan impor beras, maka suatu hal ysng wajar kalau Pemerintah membewarakan, Indonesia kembali meraih swasembada beras. Produksi meningkat, harga stabil,.cadangan beras cukup aman dan tidak dilakukan lagi impor beras konsumsi, menjadi indikator utama bagi bangsa yang ingin memproklamirkan diri berswasembada beras.
Di sisi lain, kita juga memahami, salah satu program prioritas Pemerintahan Presiden Prabowo adalah pencapaian swasembada pangan. Presiden ingin agar dalam tiga tahun ke depan, kita sudah mampu menggapainya. Pencapaian swasembada beras sendiri merupakan “kunci pembuka” peraihan swasembada beras. Itu sebabnya, swasembada beras yang dicapai memberi harapan, swasembada pangan, bukanlah hal mustahil untuk kita wujudkan.
Catatan kritisnya adalah apakah swasembada beras yang kita capai bersifat swasembada beras ‘on trend’ atau swasembada beras berkelanjutan ? Hal ini patut dicermati, karena yang disebut dengan swasembada beras on trend adalah kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan beras domestiknya melalui produksi dalam negeri, namun masih berpotensi mengalami fluktuasi dan belum sepenuhnya berkelanjutan.
Dalam konteks Indonesia, pemerintah menargetkan swasembada beras tercapai pada 2025 dengan mengandalkan produksi domestik dan mengoptimalkan cadangan beras pemerintah (CBP) untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan. Banyak pakar menyebut target tersebut telah terwujud. ‘Pe-er’ ke depan, bangsa ini perlu berjuang keras agar swasembada beras yang kita raih bukan swasembada beras yang sifatnya ‘on trend’.
Swasembada beras yang ingin dicapai adalah swasembada beras yang sifatnya berkelanjutan. Artinya, swasembada beras yang diraih harus dapat dipertahankan. Banyak literatur mengungkap, upaya mempertahankan swasembada beras dapat dilakukan melalui beberapa cara. Setidaknya ada enam strategi yang dapat ditempuh. Keenam strategi itu adalah pertama dengan terus menerus menggenjot produksi.
Meningkatkan produksi beras melalui penggunaan teknologi pertanian yang lebih baik, peningkatan kualitas benih, dan pengelolaan lahan yang efektif, langkah yang mesti ditempuh. Kedua dengan mengelola cadangan pangan. Artinya, kita perlu mengelola cadangan pangan yang memadai untuk menghadapi situasi darurat atau krisis pangan. Ketiga,
meningkatkan infrastruktur pertanian, seperti irigasi, jalan, dan gudang, untuk mendukung produksi dan distribusi beras.
Keempat, mengendalikan impor beras untuk melindungi petani lokal dan memastikan bahwa produksi domestik dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kelima, meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor pertanian melalui pelatihan dan pendidikan. Dan keenam, mengembangkan kebijakan yang mendukung swasembada beras, seperti kebijakan harga, kebijakan perdagangan, dan kebijakan pertanian.
Akhirnya penting untuk diingatkan terkait dengan keinginan Pemerintah Malaysia untuk mengimpor beras dari Indonesia. Jawaban Menteri Pertanian diatas, untuk jangka pendek memang dapat dipahami. Namun dalam jangka panjang, Pemerintah, khususnya Perum Bulog, memang sudah harus menyiapkan diri untuk tampil sebagai eksportir beras yang cukup disegani di panggung dunia. Itu sebabnya, sedini mungkin kita harus mampu mewujudkan swasembada beras berkelanjutan, bukan yang sifatnya ‘on trend’.
Kita percaya Perum Bulog akan mampu menjadi lembaga bisnis beras yang berkelas internasional, tidak hanya sekedar menjadi operator pangan belaka. Semoga demikian adanya.
***
Judul: Ketika Malaysia Ingin Impor Beras dari Indonesia
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi