Bersikap Baik kepada Orang Lain Bisa Perbaiki Kesehatan Fisik Mental dan Umur Panjang, Benarkah?

Immaculata De Vivo dan Daniel Lumera, dalam bukunya mengatakan dengan melakukan kebaikan secara teratur, tidak hanya memberikan dampak positif bagi orang lain, tetapi juga merasakan manfaat langsung untuk diri kita sendiri.

Ilustarsi contoh berbuat baik (Pixabay)

MajmusSunda News, Tasikmalaya, Jawa Barat, Jum’at (4/1/2025) Artikel dalam Rubrik β€œGAYA HIDUP” berjudulΒ  “Bersikap Baik kepada Orang Lain Bisa Perbaiki Kesehatan Fisik Mental dan Umur Panjang, Benarkah?” Β ditulis oleh Agung Ilham Setiadi

-Ahli biologi dari Harvard University, Immaculata De Vivo dan ahli biologi naturalis, Daniel Lumera dalam bukunya The Biology of Kindness: Six Daily Choices for Health, Well-Being, and Longevity, membeberkan bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa perilaku prososial, seperti kebaikan, kepedulian, dan rasa empati dapat memperbaiki kesehatan fisik, mental dan panjang umur.

Berbuat baik dalam berinteraksi sosial, juga dapat membuka jalan menuju kehidupan yang lebih bahagia dan bisa membuat umur panjang.

Immaculata De Vivo dan Daniel Lumera, dalam bukunya mengatakan dengan melakukan kebaikan secara teratur, tidak hanya memberikan dampak positif bagi orang lain, tetapi juga merasakan manfaat langsung untuk diri kita sendiri.

Berbagai studi telah membuktikan bahwa kesehatan yang baik bukan hanya melalui pola makan, tidur, dan olahraga saja.

Ternyata berbagai sikap baik turut mempengaruhi kesehatan, seperti membantu atau menolong orang, empati, hingga memberi dukungan emosional kepada sesama.

Namun, bagaimana sebenarnya perbuatan baik dapat berkontribusi pada hidup yang lebih lama dan lebih sehat?

Sikap Baik Pengaruhnya pada Telomer dan Efek Kesehatan pada Struktur DNA

Secara ilmiah, ternyata sikap baik secara tidak langsung akan berpengaruh pada bagian telomer yang ada di kromosom. Telomer adalah struktur DNA yang terletak di ujung kromosom dan berfungsi untuk melindungi kromosom serta menjaga materi genetik sel tetap utuh.

“Ilmu pengetahuan menganggap panjang telomer sebagai jam biologis yang menentukan rentang usia hidup sel dan pada gilirannya umur organisme yang memilikinya,” kata De Vivo, dikutip dari The Harvard Gazette.

Dalam hal ini, telomer yang lebih panjang dikaitkan dengan individu yang berumur panjang, sedangkan telomer yang lebih pendek sering kali berhubungan dengan harapan hidup yang lebih pendek.

De Vivo menambahkan, sebuah studi dari Denmark tahun 2015 pernah menunjukkan bukti kuat tentang hubungan antara panjang telomer dan mortalitas.

Dalam studi, disebutkan bahwa perawatan diri yang melibatkan perilaku positif, seperti kebaikan dapat memperlambat penuaan sel dan memperpanjang hidup.

“Kita semua dilahirkan dengan panjang telomer yang berbeda-beda dan akan memendek seiring bertambahnya usia,” ujarnya.

“Sekitar 60 persen panjang aslinya ditentukan oleh faktor keturunan,” imbuh De Vivo.

Sejauh ini, banyak bukti ilmiah yang mendukung bahwa pemendekan telomer ini tidak hanya disebabkan oleh proses alami namun juga faktor lingkungan yang dapat diubah, termasuk stres.

Judul: Bersikap Baik kepada Orang Lain Bisa Perbaiki Kesehatan Fisik Mental dan Umur Panjang, Benarkah?
Penulis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *