Tiga Catatan Pencapaian Swasembada Pangan

Artikel ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja

Panen padi
Ilustrasi: Para petani sedang panen di sawah - (Sumber: Bing Image Creator AI)

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jumat (07/03/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Tiga Catatan Pencapaian Swasembada Pangan” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Ada pakar ekonomi pertanian yang menyebut, setidaknya terdapat 4 madhab dalam pembangunan pangan, yakni swasembada, ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan. Dari ke 4 madhab tersebut, swasembada pangan merupakan “kata kunci” untuk mewujudkan ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan yang berkualitas.

Itu sebabnya, menjadi sangat masuk akal jika Presiden Prabowo lebih memberi titik kuat dan titik tekan kepada pencapaian swasembada pangan dalam menyelenggarakan Pemerintahannya 5 tahun ke depan. Dengan bahasa lain, dapat juga disampaikan, tanpa swasembada pangan, sulit rasanya meraih ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan yang diharapkan.

Catatan pertama yang sebaiknya kita dalami apa sebetulnya yang dimaknai dengan swasembada pangan itu ? Banyak literatur yang menyatakan swasembada pangan adalah  kemampuan sebuah negara dalam mengadakan sendiri kebutuhan pangan bagi Masyarakat. Banyak pihak menyebut, dalam kurun waktu 5 tahun, dipastikan kita akan cukup kesulitan untuk mewujudkannya. Terlebih bila dikaitkan dengan suasana yang tengah terjadi di negeri ini.

Ir. Entang Sastraatmadja
Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Jika dirumuskan dalam sebuah persamaan matematik, swasembada pangan adalah perjumlahan dari swasembada beras, swasembada jsgung, swasembada kedele, swasembada daging sapi, swasembada gula, swasembada bawang putih, dan jenis pangan lainnya. Catatan kritisnya adalah apakah komoditas tersebut telah swasembada ?

Jujur kita akui, dalam kondisi iklim ekstrim yang berdampak terjadinya El Nino dan La Nina, tentu kita akan kesulitan dalam meningkatkan produksi dan produktivitas hasil pertanian. Sekalipun Pemerintah terekam habis-habisan akan menggenjot produksi, namun jika iklim dan cuaca tidak bersahabat dengan petani, bisa jadi seabreg upaya yang ditempuh tidak akan membuahkan hasil yang diinginkan.

Catatan kedua adalah apakah saat ini Pemerintah telah memiliki Grand Desain Pencapaian Swasembada Pangan lengkap dengan Roadmap pelaksanaan nya di lapangan ? Kementerian mana yang akan ditugaskan untuk membawa pedang samurainya di lapangan ? Apalah Kementerian Koordinasi bidang Pangan yang diharapkan mampu tampil sebagai simpul koordinasi pembangunan psngan ?

Apakah Kementerian Pertanian yang selama ini mengemban tugas fungsi meningkatkan produksi dan produktivitas hasil pertanian setinggi-tingginya menuju swasembada ? Apakah Badan Pangan Nasional ? Atau  apakah ada lembaga lain yang akan dipimpin langsung oleh Presiden sebagai Kepala Negara yang ingin mewujudkan bangsa ini mampu berswasrmbada pangan ?

Pilihan itu, sangat terbuka. Kuncinya tetap berada di Presiden. Hanya perlu diingat, pencapaian swasembafa pangan adalah kebijakan, program dan kegiatan yang sifatnya multi-sektor dan multi-fungsi, sehingga membutuhkan sinergitas dan kolaborasi segenap pemangku kepentingan yang memiliki keterkaitan dengan pembangunan pangan.

Catatan ketiga, kita berharap pencapaian swasembada pangan, bukan hanya sekedar menggenjot produksi setinggi-tingginya, namun seiring dengan itu, kesejahteraan petani padinya pun harus semakin membaik. Persoalannya, apakah Pemerintah telah memiliki strategi pencapaian swasembada pangan yang mampu mensejshterakan para petani padinya ?

Terkait dengan pertanyaan diatas, pengalaman selama ini menunjukkan, naiknya produksi beras misalnya, ternyata tidak otomatis meningkatkan kesejahteraan petani. Dalam beberapa kasus terekam, produksi meningkat cukup signifikan, tapi kesejahteraan petaninya jalan ditempat. Produksi yang meningkat tidak menjamin kesejahteraan petani semakin baik

Itulah tiga catatan penting terkait gambaran obyektif yang kita rasakan, sekiranya Pemerintah betul-betul ingin meraih swasembada pangan secara realistik dan bukan hanya sekedar “bahasa politik” belaka. Sebenarnya, tentu masih banyak catatan lain yang dapat diungkap. Namun berdasarkan pengamatan yang ada, hal-hal itulah yang butuh penanganan dengan segera.

Jujur kita akui. Bangsa ini belum berpengalaman mewujudkan swasembada pangan. Bangsa ini baru berpengalaman menggapai swasembada beras. Itu pun sifatnya “on trend”, bukan swasembada beras berkelanjutan. Kita belum berpengalaman meraih swasembada kedelai atau pun swasembada daging sapi.

Namun begitu, tentu tidak salah, jika kiat sukses meraih swasembada beras, kita jadikan pengalaman berharga untuk mewujudkan swasembada komoditas bahan pangan strategis lain. Keharmonisan tiga serangkai : “Peneliti-Penyuluh-Petani”, sudah saatnya dihangatkan lagi, sesuai dengan komoditas yang akan dipriorotaskan untuk swasembada.

Begitu pun dengan langkah transformasi sistem pertanian subsisten menjadi sistem pertanian modern berbasis digital, perlu terus dikembangkan. Petani penting untuk didekatkan dengan teknologi baru dan inovasi. Termasuk di dalamnya soal “kemitraan strategis” antara petani dengan dunia usaha, untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik lagi.

Akhirnya perlu diingatkan, swasembada sebagai kata kunci menuju ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan yang berkualitas, juga perlu dikemas sedemikian rupa, sehingga mampu mensejahterakan para petani padinya. Bangsa ini, pasti akan kecewa, jika swasembada pangan yang ditempuh, melupakan nasib dan kehidupan petani yang ada. Semoga tidak demikian.

***

Judul: Tiga Catatan Pencapaian Swasembada Pangan
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *