Tidak Menjamin Produksi Naik, Kesejahteraan Petani Membaik

oleh: Ir. Entang Sastraatmadja

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Selasa (06/05/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Tidak Menjamin Produksi Naik, Kesejahteraan Petani Membaik” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Keberpihakan Pemerintahan Presiden Prabowo terhadap dunia pertanian, betul-betul terlihat dari kebijakan yang diambilnya. Baru menjsbat sekitar satu semester, sudah banyak terobosan cerdas yang ditempuh. Presiden Prabowo, ingin agar kaum tani dalam tempo sesingkat-singkatnya, mampu bangkit mengubah nasib dan kehidupannya.

Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Sudah sejak lama ada anggapan, “jika produksi hasil pertanian meningkat cukup signifikan, otomatis kesejahteraan petaninya akan semakin membaik”. Anggapan ini, ternyata tidak selalu benar. Soal kesejahteraan petani, terbukti tidak cukup hanya dipenuhi oleh peningkatan produksi, namun banyak fakror lain yang mempengaruhi nya. Salah satunya, faktor harga jual di tingkat petani.

Paling tidak, ada lima aspek terkait denfan kesejahteraan petani. Pertama, berkaitan dengan pendapatan yang layak. Artinya, petani memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedua, adanya kondisi kerja yang baik. Petani memiliki akses ke fasilitas dan peralatan yang memadai untuk melakukan pekerjaan mereka.

Ketiga, akses ke pasar. Petani memiliki akses ke pasar yang stabil dan menguntungkan untuk menjual hasil panen mereka. Keempat, dukungan pemerintah. Petani menerima dukungan dari pemerintah dalam bentuk subsidi, pelatihan, dan kebijakan yang mendukung. Dan kelima, soal kualitas hidup. Petani memiliki akses ke fasilitas kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur yang memadai.

Kesejahteraan petani sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Itu sebabnya menjadi sangat rasional, jika ada kebijakan yang semangatnya mensejahterakan petani, maka mereka akan cukup antusias unruk menyambutnya. Petani pun merasa terpanggil untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya.

Inilah yang terjadi ketika Pemerintah melahirkan regulasi tentang dibebaskan nya petani, untuk menjual gabah yang dipanennya, kepada Perum Bulog dari persyaratan kadar air dan kadar hampa. Terlebih lagi dengan dilahirkannya aturan ‘satu harga’ gabah sebagai Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Dengan kebijakan ini, para petani tampak semakin bergairah dalam menggarap usahataninya.

Kebijakan yang diterbitkan ini, semangat utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan petani, selain menyerap gabah setinggi-tingginya demi kokohnya cadangan beras Pemerintah. Produksi beras yang meningkat dibarengi adanya jaminan harga jual gabah yang menguntungkan petani, diharapkan dapat meningkatan pendapatan para petani.

Pendapatan petani memiliki kaitan yang sangat erat dengan kesejahteraan mereka. Ada beberapa alasan yang dapat disampaikan. Pertama, dapat memenuhi kebutuhan dasar. Artinya, Pendapatan yang cukup memungkinkan petani memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

Kedua, investasi pada usaha tani. Pendapatan yang stabil memungkinkan petani melakukan investasi pada usaha tani mereka, seperti membeli peralatan atau teknologi baru. Ketiga, mengakses fasilitas. Pendapatan yang memadai memungkinkan petani mengakses fasilitas seperti pendidikan dan kesehatan untuk diri sendiri dan keluarga.

Keempat, mengurangi kemiskinan. Pendapatan yang layak dan memadai, dapat membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup petani. Dengan demikian, pendapatan yang stabil dan terukur secara baik, menjadi sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan petani berserta keluarganya.

Sekalipun hampir 80 tahun Indonesia merdeka, yang namanya kaum tani di negeri ini, ternyata belum mampu menampilkan diri sebagai penikmat pembangunan. Kaum tani tetap saja terjerat dalam suasana hidup miskin dan melarat. Kaum tani sangat sulit untuk membebaskan diri dari jebakan kemiskinan yang tak berujung pangkal *
(the vicious circle of poverty).

Soal produksi beras yang meningkat, sepertinya tidak perlu diragukan lagi. Kerja keras dan kerja cerdas Pemerintahan Presiden Prabowo beserta jajarannya Kabinet Merah Putih, mampu membuktikan usaha yang digarapnya tidak sia-sia. Atau, tidak lagi cuma sekedar omon-omon. Langkah menggenjot produksi, terbukti dengan tercapainya target yang diharapkan. Produksi beras meningkat cukup terukur dan signifikan.

Pertanyaannya, bagaimana dengan tingkat kesejahteraan petaninya ? Apakah dengan meningkatnya produksi, tingkat kesejahteraan petaninya jadi semakin membaik ? Inilah yang butuh pengujian dan pengkajian lebih lanjut. Yang jelas, kalau produksi meningkat, kemudian harganya terjamin menguntungkan, mestinya pendapatan dan penghasilan petani akan semakin meningkat.

Pemerintahan Presiden Prabowo, sangat memahami benar, petani di Tanah Merdeka, perlu dibela dan dilindungi dari perilaku oknum-oknum yang ingin meminggirkannya dari panggung pembangunan atau bahkan memarginalkannya. Petani justru sesegera mungkin harus diberdayakan dan dimartabatkan sebagai warga bangsa yang memiliki HAK untuk hidup sejahtera dan bahagia.

Akhirnya, tentu kita berharap, keberpihakan Presiden Prabowo terhadap dunia pertanian, akan terus berlanjut. Ini penting dicermati, karena tanpa ada keberpihakan nyata dari Pemerintah, harapan mewujudkan petani bangkit mengubah nasib, tidak mungkin akan tetwujud. Boleh jadi, malah hanya sebuah jargon politik.

***

Judul: Tidak Menjamin Produksi Naik, Kesejahteraan Petani Membaik
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *