Spiritualis Embun

Oleh: Prof. Yudi Latif

MajmusSunda News, Jumat (28/03/2025) Artikel berjudul “Spiritualitas Embun” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Saudaraku, jadilah seperti embun,
yang lahir dari bisik malam dan dingin langit. Dalam senyap fajar, embun bersujud, turun perlahan tanpa suara, menyentuh dunia tanpa luka, membawa pesan tak terucap. Ia bukan hanya air, juga dzikir yang menyegarkan bumi.

Prof. Yudi Latif
Prof. Yudi Latif, penulis – (Sumber: Instagram)

Ia tak menuntut tempat tertinggi,
cukup di ujung daun, di helai rumput nan rapuh, di kaca jendela yang merembeskan butiran rindu.

Ia tak lantang seperti guntur,
namun kehadirannya menenangkan semesta. Dalam diam, ia memuliakan Penciptanya,
melalui tugas kecil: menyentuh, menyegarkan, menghidupkan.

Embun tak pernah bertanya,
“Apakah aku berguna?” Ia hadir,
dan kehadirannya menjawab segalanya.

Lembut tapi kuat, diam tapi menyembuhkan. Ia menghapus debu malam, membangunkan pagi dengan ciuman sunyi.

Jadilah seperti embun, yang tak marah saat terik menyapanya pergi, karena ia tahu: kepergian adalah bagian dari memberi.

Ia tak butuh sorak sorai, tak perlu tepuk tangan. Ia hanya ingin menjadi jeda, di dunia yang terlalu gaduh mengejar segalanya.

Embun tak pernah lupa caranya jatuh perlahan, dan itulah caranya mengangkat dunia, tanpa pernah terlihat.

Embun tahu, tak perlu dikenal dunia untuk menjadi bagian dari keagungan. Ia hadir lalu menghilang, tanpa pernah merasa kehilangan.

Betapa ia mengerti fana—bahwa menjadi berarti bukan berarti abadi,
bahwa menguap menuju langit
adalah pulang ke asal muasal jiwa.

Jadilah seperti embun– mengajarkan bahwa yang lembut pun bisa menguatkan, bahwa yang datang tanpa suara bisa meninggalkan makna paling dalam.

Jadilah seperti embun, yang setiap pagi mengajarkan pasrah, bahwa kerendahan bukan kelemahan, tetapi bentuk paling tinggi dari keikhlasan.

Ia adalah doa yang jatuh perlahan,
menyentuh tanah sebagai rahmat,
meninggalkan jejak kesucian
di antara debu kehidupan yang gelisah.

 

***

Judul: Spiritualis Embun
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi

Sekilas tentang penulis

Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.

Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.

Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.

Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.

Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *