Sejarah Pagebug di Tatar Sunda – Bagian 4

Artikel ini ditulis oleh: dr. Dicky Budiman, M.Sc. PH., PhD.

Wabah penyakit
Petugas kolonial Belanda memberikan pengobatan terkait mewabahnya pes di Pulau Jawa - (Sumber: Pinterest)

MajmusSunda News, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (09/10/2024) – Artikel dalam berjudul “Sejarah Pagebug di Tatar Sunda – Bagian 4” ini ditulis oleh: Dicky Budiman, Dokter (Unpad), Epidemiolog (Griffith Univ), Environmental Health (Griffith Univ), PhD Peneliti Global Health Security (Pandemic, Leadership, Risk Comm) Center for Environment and Population Health Griffith University – Australia, dan Anggota Forum Dewan Pakar Riset, Ketenagakerjaan, UMKM dan Pemberdayaan Masyarakat, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Pagebug COVID-19 di Tatar Sunda

Kasus pertama infeksi COVID-19 Indonesia dilaporkan dari wilayah Jawa Barat. Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020. Pasien 01 dan 02 yang diketahui memiliki hubungan ibu-anak itu terlacak di Depok, Jawa Barat.

“Orang Jepang yang ke Indonesia kemudian tinggal di Malaysia dan dicek di sana positif Corona, tim dari Indonesia langsung telusuri. Orang Jepang ke Indonesia bertamu ke siapa, bertemu siapa ditelusuri dan ketemu,” kata Presiden saat memberikan keterangan di Istana Negara.

Merespon temuan tersebut, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil segera menetapkan status siaga satu pada hari yang sama. Kemudian pemerintah kabupaten dan kota se-wilayah Jabar merespon penetapan status siaga tersebut dengan langsung bergerak melakukan berbagai langkah mulai dari menyiapkan rumah sakit dengan fasilitas ruang isolasi hingga imbauan agar masyarakat tetap tenang.

Kemudian disusul dengan dibentuknya Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jabar pada 4 Maret 2020. Pemerintah daerah di Jabar pun diinstruksikan untuk membuat gugus tugas sekaligus membuka layanan informasi satu pintu, berkaitan dengan wabah COVID-19.

Saat itu, Gubernur Jabar menginstruksikan agar sekolah menunda kegiatan study tour, pentas siswa (pensi) atau kegiatan apapun yang berada di luar ruangan dan berkerumun. Namun, belum ada kebijakan untuk menerapkan pembelajaran dari rumah, kendati sejumlah kampus mulai melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Penyebaran virus penyebab Covid-19 yang semakin masif, membuat pemerintah menganjurkan warga Jabar untuk “kerja di rumah, belajar di rumah, dan ibadah di rumah”. Itu semua dilakukan dalam rangka untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.

Berbagai himbauan pemerintah terkait penanganan dan  pencegahan Pandemi Covid-19, mulai dilakukan, dan masyarakat Jabar mulai mengenal istilah “social distancing” (pembatasan sosial) dan “physical distancing” (pembatasan jarak fisik).

Sudah barang tentu himbauan tersebut, disadari atau tidak berdampak terhadap aktivitas rutin kehidupan masyarakat Jawa Barat pada umumnya, seperti berdagang di pasar tradisional, berjualan di sekolah, dan kegiatan – kegiatan lain untuk mencari nafkah, seperti transportasi online (ojeg online). Begitu pun kegiatan di kantor pemerintahan, dan swasta, semuanya terdampak situasi pagebug COVID-19. (Budiman, n.d.)

Masyarakat, termasuk warga Sunda dan Jawa Barat umumnya merupakan penopang dan sekaligus pendukung terhadap setiap upaya penyelesaian persoalan kehidupan. Oleh karena itu, dukungan setiap lapisan masyarakat dalam upaya pemerintah memutus rantai penyebaran virus corona merupakan bagian tidak terpisahkan dalam menekan dan mengendalikan pagebug COVID-19 sehingga pemerintah setiap tingkatan harus merangkul dan memberdayakan masyarakat luas agar kebijakan – kebijakan yang diambil pemerintah dalam penanganan pagebug COVID-19 dipahami, dilaksanakan, dan didukung masyarakat luas.

Dalam perjalanan tiga tahun masa pagebug COVID-19, penulis melihat peran budaya dan tradisi Sunda turut berpengaruh dalam keberhasilan masyarakat Jawa Barat mengendalikan sasalad atau pagebug COVID-19.

Pituah Sunda karuhun yang merefleksikan kearifan masyarakat Sunda banyak menggambarkan tentang pentingnya memahami semua kejadian karena kehendak Allah SWT, “Mulih ka jati, mulang ka asal” (semua yang berasal dari maha kuasa, maka akan kembali kepada-Nya).

Selain itu, pituah karuhun Sunda juga  mengingatkan tentang pentingnya harmonisasi manusia dengan alam. “Manuk hiber ku jangjangna jalma hirup ku akalna.” (Burung terbang dengan sayapnya, manusia hidup dengan akalnya). Makna yang terkandung dalam ungkapan tersebut, yaitu setiap makhluk masing-masing telah diberi cara atau alat untuk melangsungkan kehidupannya.

Bobot pangayun timbang taraju.” (Apa yang akan kita lakukan harus dipertimbangkan terlebih dahulu). Oleh karena itu, manusia dilarang merusak alam karena akan merusak ekosistem yang sudah dibangun secara alami. Akibat dari ekosistem yang rusak, keseimbangan alam menjadi tidak stabil.

Dari alam yang tidak stabil akan menimbulkan bencana di mana-mana, antara lain pagebug. Bencana alam  dan pagebug yang terjadi selama ini di dunia, Indonesia dan tanah Sunda, antara lain karena ekosistem alam yang sudah rusak sebagai akibat ulah manusia.

Ulah sok ngaliarkeun taleus ateul jeung nyieun pucuk ti girang ambeh hirup teu pada mikangéwa.” (Jangan suka menyebarkan masalah dan membuat persoalan, supaya hidup tak dibenci orang lain). Akibat dari bencana alam itu pada gilirannya bisa menimbulkan konflik dan penderitaan karena kehidupan masyarakat jadi tidak menentu dan penuh kepanikan.

Beberapa perwujudan dari nilai luhur kesundaan juga terlihat saat masyarakat Sunda mengenal dan mempraktikkan himbauan pemerintah seperti memakai masker, menjauhi kerumunan dan menjaga jarak.

Nilai luhur Sunda “Mun teu ngopek moal nyapek, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah moal ngarih.” (agar menjadi bisa, kita harus terus mencari tahu dan belajar tentang suatu hal tersebut), hal ini terlihat di masyarakat saat mulai belajar membiasakan memakai masker dan menaati beragam aturan pembatasan selama pandemi.

Hal ini juga dilakukan masyarakat karena mereka sadar bahwa perilaku menjaga kesehatan itu akan melindungi orang tua, anak-anak dan orang yang berisiko tinggi yang ada disekitar mereka. Ini sesuai dengan prinsip “Kudu silih asih, silih asah jeung silih asuh.” (harus saling mencintai, memberi nasihat, dan mengayomi) sehingga, kita dapat menyaksikan ketaatan masyarakat Sunda dan Jawa Barat umumnya dalam beragam aturan baru bermasyarakat selama pagebug dan tidak terlihat aksi protes atau demonstrasi seperti di negara barat.

Semua ini terjadi karena masyarakat Sunda memiliki nilai luhur “Kudu nyanghulu ka hukum, nunjang ka nagara, mupakat ka balaréa” (harus mengacu kepada hukum, menjunjung negara dan mufakat untuk kebaikan bersama) dan “Ulah geuleuh kana peupeujeuh, ulah ngéwa kana papatah ngarah hirup teu tunggul dirarud catang direumpak kawas kuda leupas ti gedogan” (jangan pernah tak senang pada pepatah atau hikmah, semoga hidup tak melaksanakan hal-hal yang melanggar hukum (biar selamat).

Gagalna mangrupikeun konci pikeun kasuksesan sareng unggal kasalahanna ngajarkeun urang pangaweruh.” (Kegagalan adalah kunci kesuksesan. Setiap kesalahan mengajarkan kita ilmu. Pandemi covid-19 memberi pelajaran penting untuk Jawa Barat bahwa ancaman terhadap keamanan kesehatan berdampak serius terhadap sektor penting lainnya seperti ekonomi, politik dan sosial.

Kesadaran terhadap dampak ikutan ini sangat penting di wilayah Jawa Barat, di mana perhatian terhadap legitimasi politik, ketahanan ekonomi dan sosial mendominasi tiap proses pengambilan kebijakan, dan akan bersaing dengan tanggung jawab wilayah Jawa Barat dengan penduduk terbanyak kedua terhadap tatanan kesehatan global yang mampu mendeteksi dan merespon ancaman keamanan dan ketahanan kesehatan global (global health security). (Dixon, 2000)

Pentingnya Keamanan dan Ketahanan Kesehatan

Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan keamanan kesehatan masyarakat global sebagai kegiatan yang diperlukan, baik proaktif maupun reaktif, untuk meminimalkan bahaya dan dampak peristiwa kesehatan masyarakat yang membahayakan kesehatan masyarakat di seluruh dunia dan batas-batas internasional.

Masalah keamanan kesehatan global terjadi antara lain akibat adanya konflik wilayah, globalisasi, peningkatan mobilitas orang, perubahan iklim, bioterorisme, dan penyakit menular yang mewabah. Selain kematian dan kesakitan dengan jumlah yang luar biasa, wabah penyakit menular global ini akan merugikan sektor sosial dan ekonomi.

Pandemi mampu memporak-porandakan sistem kesehatan dan menurunkan kapasitas untuk menangani masalah kesehatan rutin, sehingga menimbulkan kolateral efek yang merugikan negara. Selain guncangan di sektor kesehatan, pandemi membuat banyak orang yang sakit  tidak masuk kerja atau menjadi tidak efektif dan produktif.

Ketakutan terhadap ancaman wabah mengakibatkan adanya penutupan sekolah, tempat usaha, dan layanan publik — yang semuanya mengganggu aktivitas sosial lainnya dan aktivitas ekonomi. Contoh nyata di wilayah Jawa Barat adalah Ketika, pada 4 Maret 2022, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan selama pandemi Covid-19 Pemprov Jabar kehilangan pendapatan Rp 5 triliun, sehingga dana yang seharusnya untuk pembangunan infrastruktur menjadi tidak ada. (COVID-19 Developments in Indonesia, n.d.)

Perekonomian suatu negara lebih terlindungi ketika ancaman kesehatan masyarakat dengan cepat diidentifikasi dan diatasi. Sama halnya dengan upaya perlindungan yang dilakukan negara dari ancaman serangan fisik dengan cara penguatan sistem persenjataan dan pertahanan mereka.

Investasi besar-besaran telah dilakukan banyak negara walaupun dengan harapan bahwa sistem pertahanan militer ini tidak akan perlu digunakan dalam perang sesungguhnya. Namun, satu hal yang seringkali dilupakan adalah menyadari pentingnya membangun sistem perlindungan yang kuat terhadap ancaman health security, padahal nilainya sama penting dengan penguatan sistem pertahanan fisik. Oleh karena itu, wajar jika saat pandemi terjadi, hanya sedikit negara dan wilayah yang memiliki kemampuan memadai untuk menyelamatkan diri dari penyakit menular baru seperti halnya covid-19.

Itulah sebabnya saat ini, adalah waktu yang tepat untuk membangun dan memperkuat sistem pelindung terhadap ancaman ketahanan kesehatan lokal, regional, nasional dan global – yang mampu merespons cepat setiap ancaman penyakit baru seperti COVID-19.

Mengingat bahwa ancamannya bagi semua umat manusia maka upaya ini memerlukan kolaborasi global dan pergeseran pola pikir dari sistem penyakit yang merespon ketika masyarakat sudah sakit menjadi berorientasi sistem kesehatan. Pola pikir keamanan kesehatan akan memfokuskan kembali investasi kesehatan pada intervensi untuk mencegah, menunda, atau menggagalkan ancaman kesehatan sejak awal sehingga kita bisa mencegah pandemi dan epidemi terjadi.

Bermitra untuk Melindungi Masa Depan

Penyakit dapat ditularkan dengan cepat, baik di dalam maupun lintas propinsi. Bahkan, antar negara. Artinya, tanggapan tepat waktu terhadap sasalad atau wabah sejak awal sangat penting. Meskipun, beberapa dekade terakhir, zoonotic virus khususnya keluarga coronaviru sering menjadi penyebab epidemi dan pandemi, dunia masih cukup sulit untuk memprediksi patogen mana yang akan menjadi penyebab pandemi atau epidemi berikutnya, termasuk dari wilayah atau negara mana pandemi akan berasal, atau pun seberapa mengerikan akibat yang ditimbulkannya.

Namun, selama manusia dan patogen menular hidup berdampingan, batasan keseimbangan sering terabaikan, maka pandemi dan epidemi pasti akan terjadi dan menimbulkan kerugian yang signifikan. Di sinilah peran penting masyarakat Sunda dan provinsi Jawa Barat umumnya dalam turut mencegah timbulnya potensi pagebug atau pandemi berikutnya.

Berita baiknya, sejalan dengan semakin berkembangnya pemahaman masyarakat khususnya di wilayah Jawa Barat tentang hubungan lingkungan, hewan, patogen dan manusia maka kesadaran akan pentingnya penguatan dan pendekatan yang menyatu antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan semakin terlihat saat pandemi covid-19.

Kesadaran dan literasi terkait ancaman pagebug atau sasalad ini harus terus ditingkatkan di wilayah Jawa Barat, apalagi mengingat wilayah yang luas dengan penduduk yang juga padat. Semua ini, memerlukan upaya bersama yang harus dimulai dari sekarang, baik di tingkat lokal, nasional, dan global untuk melindungi kesejahteraan kolektif kita dan generasi mendatang.

Ancaman yang ditimbulkan oleh pagebug (pandemi) merupakan ancaman bagi seluruh umat manusia, bukan hanya untuk satu negara atau wilayah saja. Investasi yang besar dan berkesinambungan dalam sektor kesehatan diperlukan untuk melindungi sektor sosial, politik dan ekonomi secara global, nasional dan lokal.

Namun, tidak ada satu pun negara, wilayah, sektor, atau organisasi yang dapat mencapai keamanan kesehatan global dan nasional sendirian. Organisasi non-pemerintah, akademisi, pemerintah, sektor swasta, dan organisasi berbasis agama atau budaya seperti organisasi kesundaan, semuanya memiliki andil dalam keberhasilan upaya ini.

Kolaborasi multi-sektoral, kemitraan publik-swasta dan komitmen multi-sektor yang kuat terhadap kesehatan global apalagi ditunjang penguatan peran masyarakat sangat penting untuk memastikan dunia siap untuk mencegah, mendeteksi, dan menanggapi setiap keadaan darurat kesehatan berikutnya, dan dapat menyelamatkan nyawa, dan melindungi kepentingan ekonomi, termasuk di tatar Sunda.

Pungkas Wacana

Masyarakat Sunda telah dikarunia Allah dengan karakter yang erat melekat dalam kepribadiannya. Budaya Sunda sebagai tradisi, nilai-nilai luhur, dan kearifan lokal yang dimiliki dan dihidupi bersama secara turun-temurun oleh masyarakat Sunda merupakan  identitas kolektif atau jati diri suku Sunda.

Sebagai sebuah entitas, “urang Sunda” memiliki nilai-nilai luhur yang khas dan membudaya di masyarakat yang dapat menjadi nilai luhur generasi muda dan mendatang sehingga kita memiliki manusia Sunda yang berbudi luhur, ramah, santun, toleran, gotong-royong dan perduli terhadap sesama, pekerja keras, inovatif dan kreatif. Pembelajaran dari sejarah pagebug di tanah Sunda hendaknya jadi modal ketangguhan masyarakat dan penguatan  respon terhadap setiap ancaman kesehatan.

Salawasna kudu caringcing pageuh kancing saringset pageuh iket, dimana aya siku siwulu-wulu maung ngamuk gajah meta moal geus sayaga. Artinya: Harus senantiasa siap siaga dan waspada, tatkala ada aneka macam macam bahaya yang mengancam pun diri telah siap. (Selesai).

***

Sekilas tentang penulis

Dicky Budiman adalah seorang  dokter – Ahli Epidemiologi dan Ahli Kesehatan Lingkungan,
PhD Researcher Global Health Security, Leadership dan Risk Communication. Ia juga bekerja sebagai Penasehat Pemulihan Pandemi Menparekraf Republik Indonesia, Panel Ahli Pemulihan Pandemi WHO, dan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Periode 2022-2025.

dr. Dicky Budiman, M.Sc. PH., PhD.
dr. Dicky Budiman, M.Sc. PH., PhD., penulis – (Sumber: Koleksi pribadi)

Pria kelahiran Bandung, 9 September 1971 ini bernah menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Kemudian menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Moh. Toha Kota Bandung dan SD Negeri 1 Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Selanjutnya Dicky bersekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Rangkabitung, Kabupaten Lebak dan Sekolah Menengah Atas (SMA)  BPI 1 Bandung.

Pendidikan tinggi Dicky dimulai di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Lau ia meneruskan pendidikan pascasarjana dengan mengambil gelar Master Epidemiologi dan Kesehatan Lingkungan di Griffith University, Australia. Pendidikan S3-nya dengan gelar PhD program Global Health Security diperolehnya di Griffith University, Australia.

Pria berdarah Sunda ini memiliki 24 tahun pengalaman kerja di berbagai Lembaga Nasional dan Global, yaitu Kemenkes, Bappenas, BPJS Kesehatan, Dinkes Kabupaten Tasikmalaya, Sekretariat ASEAN, Sekretariat OKI, UNDP, APEC, UNODC, dan WHO.

Selain itu, Dicky juga terlibat dalam beragam isu kesehatan global dan nasional, antara lain SARS, HIV & AIDS, Swine Flu, Flu Burung, IHR 2005, Diplomasi Kesehatan Global, ASEAN Charter, Renstra OKI, Misi Kesehatan di wilayah konflik, pembangunan RS ABMEC Paska Bom Bali, Pembangunan RS di Gaza Palestina, Program MDGs & SDGs, penyelesaian NAMRU dan GHSA. Saat ini menjadi narasumber media dan pemerintah untuk pengendalian Pandemi COVID-19 di Kawasan ASEAN dan Asia Pasifik.

Jejak karir dimulai dari Kepala Puskesmas Cisaruni di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat, kepala Kerja Sama Teknik dan Perjanjian Internasional, Kepala Kerja Sama Bilateral Kesehatan Kemenkes, dan National Project Officer Kantor MDGs Bappenas hingga terakhir menjadi Sekretaris Dewan Pengawas BPJS Kesehatan.

***

Judul: Sejarah Pagebug di Tatar Sunda – Bagian 4
Penulis: dr. Dicky Budiman, M.Sc. PH., PhD.
Editor: Jumari Haryadi

Baca juga: Sejarah Pagebug di Tatar Sunda – Bagian 1
Baca juga: Sejarah Pagebug di Tatar Sunda – Bagian 2
Baca juga: Sejarah Pagebug di Tatar Sunda – Bagian 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *