Saat Sanjaya Minta Nasehat Sang Rajaresi Denuh, Dijadikan Pusat Penyerangan Rebut Kembali Tahta Kerajaan Galuh

Sanjaya meminta nasihat datang sendiri kepada Sang Rajaresi Denuh Jantaka, Resi Wanayasa untuk meminta pertimbangan, supaya Denuh bisa dijadikan tempat awal permulaan penyerbuan (penyerangan ke Keraton Galuh yang sudah dikuasai Purbasora).

Ilustrasi Kerajaan Galunggung (Jumari Haryadi by Bing Image Creator AI)

MajmusSunda News, Tasikmalaya, Jawa Barat, Jum’at (15/11/2024) Artikel dalam Rubrik “SEJARAH” berjudul  “Saat Sanjaya Minta Nasehat Sang Rajaresi Denuh, Dijadikan Pusat Penyerangan Rebut Kembali Tahta Kerajaan Galuh”, ini ditulis oleh: Agung Ilham Setiadi.

Sanjaya cucu Raja Galuh Wretikandayun bertindak sangat hati-hat saat akan kembali merebut tahta kerajaan Galuh dari tangan Purbasora yang telah mengusir ayahnya .

Dalam hatinya Sanjaya hanya akan membalas demdam dan menghabisi Purbasora tidak yang lainnya, sesuai dengan amanah ayahnya Sena

Sanjaya meminta nasihat datang sendiri kepada Sang Rajaresi Denuh Jantaka, Resi Wanayasa untuk meminta pertimbangan, supaya Denuh bisa dijadikan tempat awal permulaan penyerbuan (penyerangan ke Keraton Galuh yang sudah dikuasai Purbasora).

Namun dengan sangat halus dan bijaksana menyadari dengan posisi Sena secara hirarki memang Sanjaya punya hak untuk menduduki tahta Keraton Galuh. Secara diplomasi Jantaka menyatakan ketidaksetujuannya Denuh dijadikan tempat awal penyerbuan.

Bagaimanapun di Keraton Galuh ada anaknya Bimaraksa. Iapun memutuskan bersikap netral dengan menasehati Sanjaya agar pergi ke Kerajaan Sunda (Bogor) leluhurnya dari pihak istri

Sanjaya, Temui Teja Kancana Ayupurnawangi cucu Tarusbawa di Kerajaan Sunda

Jantaka mengatakan jika Sang Sanjaya mempersiapkan gerakan dari Denuh menurut Resi Wanayasa; “Sugan Siya kanyahoan ku ti Galuh” (mungkin engkau akan ketahuan oleh orang Galuh), tegas Jantaka seperti yang ditulis oleh Yoseph Iskandar dalam YRK hal 129.

Strategi perang dalam hirarki Karajaan Galuh dan Sunda dikenal dengan Pustaka Ratuning Bala Sariwu (PRBS).

Sebuah kitab kuno yang didalamnya diajarkan tentang bagaimana berperang yang efektif dengan lawan. Menghadapi Purbasora untuk merebut kembali Keraton Galuh

Sanjaya dengan pasukannya menerapkan siasat yang tertulis dalam PRBS warisan leluhur Kerajaan Sunda dan Galuh terbukti ampuh.

Diceritakan dalam Yuganing Raja Kawasa, Sang Sanjaya, bersama pasukannya, melakukan serangan kilat di malam hari, ketika pasukan Galuh sedang tidur nyenyak.

Bayangkara Keraton Galuh yang terdiri dari pasukan Indrapahasta, sangat disegani lawan karena kemahirannya menggunakan panah dan tombak.

Tidak sempat menggunakan keterampilannya, karena mereka harus bertempur dalam jarak pendek dan dalam ruang yang sempit. Pertempuran tersebut terjadi di dalam keraton (kadatwan wus dumadi ranasabha).

Akibat serangan mendadak dalam kegelapan malam dan kepanikan yang amat sangat, menguntungkan pihak penyerbu. Karena pasukan Sanjaya sudah sangat terlatih dalam pertempuran malam.

Bayangkara dan semua penghuni keraton hampir semuanya gugur. Situasi itu dimanfaatkan Sanjaya dengan cepat, ia sendiri menghadapi Sang Purbasora secara jantan lawan satu-satu. Purbasora jatuh tersungkur dan tewas, langsung ditangannya Sang Sanjaya.

Purbacura Pinejahan Dering Sanjaya Yudhakala (Purbasora dibinasakan oleh Sanjaya dalam waktu perang). Patih Senapati Bimaraksa dengan beberapa pasukannya mencoba melindungi raja. Namun niat itu diurungkannya, Sang Bimaraksa tidak nekat.

Ia pun meloloskan diri bersama pengiringnya, dalam kegelapan malam ia behasil menyelinap di luar kerajaan. Bersama pengikutnya ia bersembunyi di Geger Sunten (sekarang adalah Kampung Sodong Desa/ Kecamatan Tambaksari, dulu Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis).

Judul: Saat Sanjaya Minta Nasehat Sang Rajaresi Denuh, Dijadikan Pusat Penyerangan Rebut Kembali Tahta Kerajaan Galuh
Penulis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *