Raden Dewi Sartika Perintis Kemajuan Wanita Sunda Perannya dalam Dunia Pendidikan Sangat Besar

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cicalengka, Jawa Barat, puteri dari Raden Somanagara dan rahim seorang ibu bernama Raden Ayu Rajapermas.

Raden Dewi Sartika (wikimedia.org)

MajmusSunda News, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (21/12/2024) Artikel dalam Rubrik “MENGENAL TOKOH SUNDA”,  “Raden Dewi Sartika Perintis Kemajuan Wanita Sunda Perannya dalam Dunia Pendidikan Sangat Besar” , ini ditulis oleh: Agung Ilham Setiadi

Raden Dewi Sartika adalah perintis pertama yang juga pahlawan wanita dari Tatar Sunda yang sangat berjasa besar memajukan wanita di Tatar Sunda.

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cicalengka, Jawa Barat, puteri dari Raden Somanagara dan rahim seorang ibu bernama Raden Ayu Rajapermas.

Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan setiap tanggal 22 Desember menjadi Hari Ibu yang dikaitkan dengan nama besar Raden Dewi Sartika.

Trah Dewi Sartika jika dirunut ke atas dari kedua orangtuanya mengalir darah ningrat atau bangsawan
Kendati lahir dari kalangan darah biru atau ningrat bergelar raden.

Raden Dewi Sartika dalam kesehariannya dikenal sangat perhatian terhadap kaum wanita, tanpa membedakan kelas dari kalangan ningrat atau rakyat biasa.

Ia kerap bergaul dengan kalangan wanita yang ada di lingkungannya tidak hanya di kalangan wanita bangsawan.

Raden Dewi Sartika menempuh Pendidikan di Cicalengka. Ia sekolah dikenal seorang murid wanita yang cerdas.

Pulang sekolah ia mengajak beberapa orang gadis anak pelayan dan pegawai rendahan pamannya untuk bermain “sekolah-sekolahan”.

Setelah ayahnya meninggal dunia, ibunya Kembali ke Bandung. Waktu itu Dewi sudah berusia belasan tahun. Untunglah Dewi mendapat dorongan dari kakeknya, R.A.A. Martanegara yang saat itu menjadi Bupati Bandung.

Dukungan tidak hanya datang dari kakeknya Bupati Bandung. Dorongan yang sama juga diberikan oleh Den Hamer, seorang keturunan Belanda Inspektur Kantor Pengajaran.

Berkat bantuan kedua orang itu, pada tanggal 16 Januari 1904 dibukalah sebuah sekolah seperti yang di cita-citakan oleh Dewi Sartika.

Sekolah itu diberi nama “Sekolah Isteri”. Keadaannya sekolah khusus untuk perempuan masih jauh dari sempurna. Saat itu yang digunakan untuk ruang belajar ialah salah satu ruangan kantor kapubaten.

Dalam menyelenggarakan sekolahnya, Dewi dibantu oleh Purmo dan Uwit. Mata pelajaran yang diberikan ialah dasar-dasar berhitung, menulis, dan membaca serta pelajaran agama.

Lama-kelamaan sekolah itu mendapat perhatian masyarakat, bahkan pembesar-pembesar pemerintah mulai menaruh perhatian dan jumlah murid semakin banyak.

Cita-cita Dewi Sartika dapat diketahui dari karangannya yang berjudul De Inlandse Vrouw  (Wanita Bumiputera).

Ia mengemukakan bahwa pendidikan penting untuk mendapatkan kekuatan dan Kesehatan kanak-kanak baik secara jasmani maupun rohani yang dalam Bahasa Sunda disebutnya cageur-bageur (sehat rohani, jasmani dan berkelakuan baik). Sekolah Istri berganti Nama jadi  Sekolah Keutamaan Istri

Dalam tahun 1908, waktu Raden Dewi Sartika mencapai usia 22 tahun ia menikah dengan  Raden Kanduran Agah Suriawinata , seorang guru sekolah Karangpamulangan.

Raden Dewi Sartika menikah dengan seorang laki-laki guru, Dewi Sartika mengembangkan sekolah yang didirikannya menjadi lebih maju dan mendapat dukungan dari pihak pemerintahan dan Belanda.

Judul: Raden Dewi Sartika Perintis Kemajuan Wanita Sunda Perannya dalam Dunia Pendidikan Sangat Besar
Penulis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *