Prestasi Bulog yang Membanggakan!

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Minggu (04/05/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Prestasi Bulog yang Membanggakan!” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Menarik apa yang dirilis Sindonews. Capaian mengejutkan terjadi dalam pengadaan beras nasional. Sepanjang April 2025 saja, Perum Bulog berhasil menyerap 1,3 juta ton beras, angka yang mencengangkan mengingat rata-rata serapan tahunan tujuh tahun terakhir hanya berkisar 1,2 juta ton. Artinya, dalam waktu hanya satu bulan, Bulog melampaui rekor serapan tahunannya.

Di sisi lain, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga April 2025, produksi gabah nasional mencapai 13,9 juta ton. Tidak hanya itu, hingga 28 April 2025, Bulog telah menyewa gudang tambahan untuk menampung 1,15 juta ton beras. Serapan harian Bulog saat ini tercatat sebesar 51.530 ton per hari, sehingga stok beras nasional di gudang Bulog telah mencapai 3.256.428 ton.

Perum Bulog memang keren. Itulah kalimat yang cukup pantas untuk disampaikan, kalau ada pihak-pihak yang mempertanyakan bagaimana potret Perum Bulog saat ini. Kinerja Perum Bulog sebagai operator pangan dalam penyerapan gabah pada musim panen kali ini, betul-betul memberi hasil cukup optimal sebagaimana dijelaskan data BPS diatas.

Penugasan Pemerintah selaku regulator pangan kepada Perum Bulog sebagai operator pangan untuk dapat menyerap gabah petani sebanyak-banyaknya, awalnya telah dipersepsikan sebagai tugas sangat berat. Apalagi dalam perkembangan berikutnya, Pemerintah menetapkan ukuran, supaya Perum Bulog dapat menyerap gabah kering panen setara dengan 3 juta ton beras.

Menyerap gabah dalam jumlah yang besar, tentu membutuhkan persiapan matang dan dukungan dari berbagai faktor. Perum Bulog, jelas tidak bisa lagi hanya menggarapnya dengan cara dan pendekatan yang sifatnya biasa-biasa saja. Tapi, sangat dibutuhkan adanya terobosan cerdas yang mampu menembus beragam masalah yang menghadangnya.

Kuncinya, tidak pada hal-hal yang bersifat teknis operasional, namun lebih berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya strategis. Disempunakannya sisi regulasi dalam kebijakan penyerapan gabah petani, yang semula menekankan persyaratan kadar air dan kadar hampa, kemudian diganti dengan aturan pembebasan dari persyaratan kadar air dan kadar hampa, diduga sangat membantu Perum Bulog dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Selain itu, Pemerintah juga menerapkan kebijakan ‘satu harga’ gabah, yang kemudian ditetapkan sebagai Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Dengan aturan demikian, para petani tidak perlu khawatir gabah yang dipanennya bakal anjlok saat panen berlangsung. Aturan ini menjamin petani terbebas dari para oknum yang doyan menekan harga jual gabah di tingkat petani.

Dengan bahasa lain, dapat disampaikan, aturan dan kebijakan ini, benar-benar sangat dinikmati oleh para petani, mengingat jerih payahnya selama kurang lebih 100 hari menanam padi, dinilai dengan harga yang pantas.
Petani terekam cukup riang dan bersemangat untuk semakin inten menggarap usahatani padinya secara optimal.

Kiprah Perum Bulog dalam melaksanakan penugasan Pemerintah menyerap gabah petani, betul-betul memiliki nilai cukup besar dalam mendukung kebijakan perberasan nasional. Paling tidak, ada dua hal yang dipertaruhkan. Pertama terkait dengan penyetopan impor beras mulai tahun 2025, dan kedua berhubungan dengan kokohnya cadangan beras Pemerintah.

Soal penghentian impor beras, sebenarnya sudah sejak lama Presiden Prabowo membewarakannya kepada masyarakat. Sejak dipercaya memimpin organisasi petani sekaliber Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) pun, Prabowo sangat getol menyuarakan pentingnya petani berdaulat dan mampu berdiri tegak diatas lahan pertaniannya sendiri.
Hal yang sama terjadi pula dalam cadangan beras Pemerintah yang selama ini digarap oleh Perum Bulog. Sudah sejak lama, cadangan beras Pemerintah berada pada angka dibawah 1 juta ton. Bahkan beberapa tahun lalu dipenghujung tahun sempat tinggal 400 ribu ton. Cadangan beras sebesar itu, sungguh merisaukan. Solusi jangka pebdeknya Pemerintah mengimpor lagi.

Dihadapkan pada kondisi demikian, kelihatannya Pemerintah ingin membuat “lembaran baru” dalam dunia perberasan di tanah air. Pemerintah ingin agar bangsa ini cepat terbebas dari jebakan impor beras, yang selama ini seolah-olah mengedepan menjadi sebuah kebutuhan. Bebas impor beras merupakan obsesi Presiden Prabowo sejak lama.

Kisah sukses penyerapan gabah oleh Perum Bulog dalam musim panen sekarang, tampak cukup menggembirakan. Berkaca pada data diawal tulisan diatas, Perum Bulog betul-betul mampu memperlihatkan kelasnya sebagai operator pangan yang handal dan jempolan. Perum Bulog mampu menjawab harapan Presiden Prabowo.

Dalam teknis pelaksanaannya, Perum Bulog tampak getol membangun sinergitas dan kolaborasi dengan para pihak yang terkait dalam urusan penyerapan gabah. Para petinggi Perum Bulog terekam cukup serius menggerakan staf di lapangan untuk bergerak secara ‘all out’ dan berjuang habis-habisan melakukan penyerapan gabah petani.

Semoga prestasi yang membanggakan dari Perum Bulog dalam menyerap gabah petani menjadi kekuatan dalam memproklamirkan diri sebagai bangsa yang berswasembada beras berkelanjutan. Bukan swasembada beras yang ‘on trend’.

***

Judul: Prestasi Bulog yang Membanggakan
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *