MajmusSunda News, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (25/1/2025) – Pendidikan tinggi di Indonesia harus mampu menyeimbangkan antara cita-cita global dan kebutuhan perbaikan lokal. Dalam rangka mendiskusikan hal ini, para ahli dan praktisi pendidikan berkumpul dalam sebuah acara yang diselenggarakan di People’s Cafe Paskal 23, Bandung, pada 25 Januari 2025. Acara yang mengusung tema “Prioritas Pendidikan Tinggi untuk Cita-Cita Global dan Perbaikan Lokal” ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting dalam bidang pendidikan dan pemerintahan.
Sambutan dan Perspektif Pendidikan Tinggi
Teteh Mc Nadisah, salah satu pembicara utama, membuka diskusi dengan membahas tantangan yang dihadapi oleh pendidikan tinggi Indonesia. “Banyak isu yang menjadi perdebatan di kalangan pemuda, termasuk akses pendidikan, kualitas, relevansi pendidikan dengan industri, dan bagaimana pendidikan bisa berperan dalam mengurangi kemiskinan,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya peningkatan kualitas pendidikan dan kebijakan yang lebih tepat, termasuk investasi dalam riset dan teknologi untuk mendukung pendidikan tinggi di Indonesia.
Acara ini juga mendapat dukungan dari berbagai komunitas, termasuk The People’s Cafe, yang menyediakan wadah bagi para peserta untuk berbagi ide-ide kreatif mengenai pendidikan tinggi. Program Golden Ticket dan Wisdom Co-Creation yang diluncurkan dalam acara ini bertujuan untuk mendorong pemberdayaan pemuda dan kepemimpinan berbasis kebudayaan.
Peran Pendidikan Tinggi dalam Meningkatkan Kualitas SDM
Beberapa narasumber turut membagikan perspektif mereka terkait pendidikan tinggi di Indonesia. Profesor Stella, misalnya, berbicara tentang tantangan pembekalan studi luar negeri bagi mahasiswa Indonesia. “Institusi lokal perlu memaksimalkan studi internasional, agar mahasiswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan teoritis, tetapi juga pengalaman praktis yang dapat mendukung daya saing global mereka,” katanya.
Taufiq Firdaus, yang memiliki pengalaman beasiswa LPDP dan studi di Manchester University, menekankan pentingnya kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045. “Melalui pendidikan internasional dan skema beasiswa seperti LPDP, kita bisa meningkatkan kualitas SDM Indonesia, yang pada akhirnya akan membawa negara ini menjadi salah satu negara besar di dunia,” ungkapnya. Ia juga menjelaskan tentang pentingnya global networking dan bagaimana belajar di universitas terkemuka dunia bisa mempercepat transfer teknologi dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Menghadapi Tantangan Global: Perspektif Diplomasi Pendidikan
Bu Poppy, atasan pendidikan di KBRI Washington DC, membagikan pengalaman diplomasi pendidikan Indonesia di luar negeri. “Pendidikan adalah salah satu cara untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan global. Namun, untuk bisa bersaing di luar negeri, mahasiswa Indonesia harus mampu beradaptasi dengan berbagai perbedaan, baik dalam cara belajar, budaya, dan sistem pendidikan,” paparnya.
Selain itu, Bu Poppy juga menekankan pentingnya memanfaatkan peluang pendidikan di luar negeri, seperti program beasiswa dan summer program di berbagai negara. “Beasiswa seperti LPDP dan Fulbright memberikan banyak peluang bagi mahasiswa Indonesia untuk memperdalam ilmu mereka, dan tentunya kembali untuk berkontribusi pada pembangunan Indonesia,” tuturnya.
Pentingnya Keberlanjutan Program Diaspora
Dalam sesi diskusi, Kang Refi, seorang akademisi dan peneliti dari Leiden University, berbicara tentang pentingnya program diaspora dan bagaimana program tersebut dapat memberdayakan mahasiswa Indonesia. “Program-program beasiswa dan kolaborasi internasional dapat memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa, seperti memperluas wawasan dan membuka peluang kerja di luar negeri,” katanya.
Kang Refi juga berbagi tentang sejarah perkembangan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia, yang dimulai sejak era kolonial Belanda. Ia menjelaskan bagaimana beasiswa pada masa lalu sering kali bersifat wajib pulang, namun saat ini, banyak mahasiswa Indonesia yang dapat berkarier di luar negeri setelah menyelesaikan pendidikan mereka.
Membangun Karakter dan Kepemimpinan Melalui Pendidikan
Di sisi lain, Dzaki, perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, berbicara tentang pentingnya kerja sama antar daerah dan luar negeri dalam membangun kualitas pendidikan. “Kerja sama ini dapat membuka peluang beasiswa dan memperkenalkan mahasiswa kepada peluang yang lebih besar di luar negeri. Namun, kita juga perlu memperhatikan keberlanjutan program ini agar terus berjalan dengan baik,” ujarnya.
Selain itu, Dzaki juga mengingatkan bahwa selain kualitas pendidikan, karakter dan kepemimpinan juga menjadi aspek penting dalam dunia pendidikan. “Mahasiswa harus dapat beradaptasi dengan cepat, keluar dari zona nyaman, dan terus berinovasi untuk mencapai tujuan mereka.”
Pendidikan Formal vs Non-Formal
Teteh Sindy Setiawati, founder JBZ, membagikan pandangannya mengenai strategi pendidikan formal dan non-formal. Ia mengungkapkan bahwa pendidikan non-formal juga sangat penting, karena dapat memberikan keterampilan praktis yang dibutuhkan dalam dunia kerja. “Proses belajar sebaiknya tidak terbatas pada ruang kelas. Kita harus memperluas akses ke berbagai sumber belajar, termasuk museum, perpustakaan, dan platform online yang dapat diakses oleh siapa saja,” katanya.
Tantangan dan Harapan untuk Pendidikan di Masa Depan
Seluruh diskusi ini mengarah pada satu kesimpulan: pendidikan di Indonesia harus mampu menjawab tantangan global dengan memperbaiki kualitas pendidikan lokal. Harapan untuk masa depan adalah agar lebih banyak program-program yang mendukung mahasiswa untuk berkarier baik di dalam maupun luar negeri, dan agar pemerintah dan institusi pendidikan lebih mendukung inovasi dan pemberdayaan generasi muda.
Melalui diskusi ini, diharapkan bahwa pendidikan tinggi di Indonesia dapat bertransformasi menjadi lebih relevan dengan kebutuhan global, namun tetap memperhatikan kekayaan lokal yang menjadi dasar kekuatan bangsa.
***
Judul: Pendidikan Tinggi untuk Cita-Cita Global dan Perbaikan Lokal: Dialog di People’s Cafe Paskal 23
Jurnalis: Mochamad Rafiealdo Said
Editor: Dewi Sekar Uni