MajmusSunda News, Minggu (05/01/2025) – Indonesia menghadapi tantangan kesehatan yang kompleks pada 2025, termasuk ancaman penyakit menular yang sudah ada (malaria, HIV, TBC, DHF), risiko pandemi flu burung, dan resistensi antimikroba. Selain itu, zoonosis, sanitasi buruk, minim akses air bersih dan masalaah gangguan gizi dan dampak perubahan iklim akan semakin memperumit upaya pengendalian penyakit.
Potensi Ancaman Kesehatan Utama di Tahun 2025
- Penyakit Menular yang Masih Menjadi Beban Besar
- Malaria, HIV, dan Tuberkulosis (TBC): Ketiga penyakit ini diperkirakan tetap menjadi masalah besar di Indonesia pada 2025, mengingat tingkat kematian globalnya mencapai sekitar 2 juta jiwa setiap tahun.
o Malaria: Masih menjadi endemik di beberapa wilayah Indonesia, terutama di daerah timur seperti Papua dan Nusa Tenggara.
o HIV: Indonesia menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan akses pengobatan antiretroviral (ARV) dan mengurangi stigma sosial.
o Tuberkulosis: Indonesia termasuk dalam daftar negara dengan beban TBC tertinggi, dan timbulnya resistensi antibiotic dapat memperburuk situasi.
- Flu Burung (H5N1) dan Risiko Pandemi Baru
- Flu burung tipe H5N1, yang telah menyebar luas pada unggas domestik dan liar, menjadi perhatian global dan nasional.
o Di Amerika Serikat, kasus penularan pada manusia meningkat dengan angka kematian mencapai 30% dari total infeksi manusia.
o Di Indonesia, populasi unggas yang besar dan kurangnya pengawasan ketat meningkatkan risiko transmisi ke manusia, terutama di peternakan kecil yang belum tersentuh regulasi ketat.
o Kemungkinan mutasi: Satu mutasi genetik saja pada virus ini dapat membuatnya lebih mudah menular antar manusia, yang berpotensi memicu pandemi.
- Resistensi Antimikroba (AMR)
- Penyalahgunaan antibiotic, resep obat tidak terkontrol dan antimikroba dapat menyebabkan peningkatan kasus infeksi yang sulit diobati.
- Penyakit yang disebabkan oleh patogen resisten, seperti HIV drug resistant, TBC resisten obat, gonorrhoea resisten antibiotic dan infeksi bakteri lainnya, menjadi ancaman serius. Resistensi antibiotik dapat membuat pengobatan penyakit yang sebelumnya mudah diobati menjadi sulit dan berbiaya tinggi.
- Zoonosis dan Penyakit Baru yang Muncul
- Penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia (zoonosis), seperti Mpox (cacar monyet), Ebola, Zika dan rabies, tetap menjadi tantangan, terutama di daerah dengan literasi rendah, kontak dengan alam liar dan populasi hewan liar yang tinggi serta tingkat vaksinasi hewan yang rendah.
- Dampak Perubahan Iklim pada Penyebaran Penyakit
- Demam Berdarah Dengue (DBD): Perubahan iklim yang meningkatkan suhu dan curah hujan di beberapa wilayah memperluas habitat nyamuk Aedes aegypti, vektor utama DBD.
- Penyakit pernapasan: Polusi udara dan kebakaran hutan dapat memicu peningkatan kasus penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan asma.
- Lonjakan Penyakit Mental
- Masalah kesehatan mental diprediksi terus meningkat akibat stres ekonomi, ketidakpastian global, dan isolasi sosial.
- Depresi, kecemasan, dan bunuh diri menjadi tantangan utama, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.
- Permasalahan penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi dan penyakit jantung serta pembuluh darah akan semakin meningkat. Seiring dengan populasi penduduk di atas 60 tahun semakin meningkat, gaya sedentary life yang makin merebak. Ditambah dengan pola makan minum yang tinggi kalori, lemak dan gula garam. Masyarakat juga cenderung semakin terpapar polutan dan tata kota yang tidak ramah pejalan kaki dan ruang terbuka hijau semakin menjauhkan publik dari kualitas hidup sehat.
- Poteni kisruh akibat deficit dana jaminan sosial BPJS Kesehatan bisa terjadi, jika tidak ada Solusi cepat dan bijak dari pemerintah.
- Krisis Kesehatan Anak dan Gizi Buruk
- Malnutrisi, baik kekurangan gizi maupun obesitas, menjadi masalah besar di negara berkembang dan maju.
- Penyakit terkait gizi buruk, seperti stunting dan diabetes tipe 2 pada anak, memerlukan intervensi lebih besar. Tidak cukup hanya dengan program makan bergizi gratis yang direncanakan akan dimulai di tahun 2025, namun program ini selain penuh tantangan dari sisi pelaksanaannya yg memerlukan konsistensi, keberlanjutan dan kualitas, juga harus disertai dgn adanya perubahan pola hidup dan juga perubahan aspek atau sektor lain seperti lingkungan, sanitasi, air bersih dll, sehingga mendukung peningkatan status gizi Masyarakat Indonesia.
Tren Kesehatan di Tahun 2025
Teknologi Kesehatan yang Berkembang Pesat
- Telemedicine: Semakin banyak orang menggunakan layanan kesehatan berbasis digital, terutama di daerah terpencil.
- AI dalam Diagnostik: Artificial Intelligence (AI) digunakan untuk mendeteksi penyakit lebih awal dan meningkatkan personalisasi pengobatan.
- Wearable Devices: Perangkat seperti smartwatch semakin populer untuk memantau kesehatan sehari-hari, termasuk deteksi dini penyakit jantung dan diabetes.
Peningkatan Kesadaran Gaya Hidup Sehat terutama kaum berpendidikan di kota besar
- Tren plant-based diet atau pola makan berbasis nabati semakin diminati.
- Fokus pada kesehatan mental, seperti meditasi, terapi, dan pelatihan mindfulness.
- Keseimbangan kerja-kehidupan: Perusahaan semakin mendukung kesejahteraan karyawan melalui program kesehatan.
Strategi Mitigasi untuk 2025
- Memperkuat Deteksi Dini dan Sistem Pengawasan
- Sistem peringatan dini: Menggunakan teknologi berbasis data untuk memantau penyakit menular seperti flu burung, malaria, dan DBD.
- Kolaborasi One Health: Pendekatan integratif yang melibatkan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan untuk mendeteksi dan mencegah penyakit sejak dini.
- Meningkatkan Cakupan Vaksinasi dan Edukasi Publik
- Vaksinasi influenza H5N1: Mempertimbangkan pengadaan vaksin flu burung seperti yang dilakukan oleh Inggris, untuk mengantisipasi potensi pandemi.
- Kampanye imunisasi: Memperbaiki cakupan vaksin untuk campak, TBC, rabies, dan HPV guna mencegah wabah dan menurunkan tingkat kematian.
- Pengendalian Vektor dan Penyakit Zoonosis
- Pengendalian nyamuk: Kampanye pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan penggunaan bioteknologi, seperti nyamuk steril, untuk mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti.
- Vaksinasi hewan: Memperluas program vaksinasi rabies untuk anjing dan kucing serta meningkatkan pengawasan di peternakan unggas.
- Meningkatkan Kesadaran tentang Resistensi Antimikroba
- Edukasi masyarakat untuk mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak sesuai.
- Mendorong penelitian dan pengembangan obat baru untuk menangani infeksi resisten.
- Penguatan program pengedalian penyakit tidak menular
Pemerintah harus mulai Fokus pada Pencegahan Penyakit Kronis dan Lebih banyak strategi komunikasi risiko untuk mencegah diabetes, hipertensi, peny jantung dan pembuluh darh dan obesitas. Selain itu penting di tahun 2025 adanya program komunitas yang mendukung olahraga, pola makan sehat, dan pemeriksaan kesehatan rutin.
- Menyiapkan Rencana Kesiapsiagaan Pandemi
- Latihan simulasi: Pemerintah dan sektor kesehatan perlu rutin melakukan simulasi kesiapsiagaan pandemi.
- Ketersediaan sumber daya medis: Memastikan suplai obat-obatan, alat kesehatan, dan tenaga medis cukup untuk menghadapi wabah besar.
- Melalui pendekatan One Health, penguatan sistem kesehatan, dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia dapat mengantisipasi dan menangani ancaman kesehatan ini secara efektif.
Persiapan yang matang, investasi pada teknologi kesehatan, dan edukasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan untuk memastikan kesehatan yang lebih baik di tahun-tahun mendatang.
***
Judul: Outlook Kesehatan Indonesia di Tahun 2025: Tantangan dan Langkah Strategis
Penulis: Dr Dicky Budiman MScPH PhD
Editor: Jumari Haryadi