Museum Tambaksari Ciamis, Kaya dengan Ragam Temuan Fosil Binatang Laut Ribuan Tahun Lalu

Kawasan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, menjadi sebuah daerah penting dan banyak didatangi oleh para peneliti.

Fosil fauna laut yang ditemukan di wilayah Tambaksari Ciamis

MajmusSundaNews-Ciamis,Rabu, (25/9/2024) Juru Pelihara Museum Fosil Tambaksari Gilang Nugraha mengatakan penemuan fosil diawali pada tahun 1920. Ia menuturkan informasi yang ada di museum, diawali pada masa kolonial Belanda, Van Houten J seorang ahli geologi yang bekerja di Dinas Dienst Van den Mijnbouw Bandung melakukan survei dan penelitian di lembah Cijolang.

Di lokasi itu, Van Houten menemukan fosil vertebrata pada tebing Sungai Cijolang. Temuan itu pun ditindaklanjuti oleh Dinas Dienst van den Mijnbouw dengan menugaskan van Es (1931) dan von Koenigswald (1934) untuk melakukan penelitian lanjutan di daerah.

Pada tahun 1934, von Koenigswald pun mendeskripsikan fosil-fosil yang ditemukan. Beberapa jenis binatang pernah hidup di wilayah Cijolang.

Antara lain mamalia yang sudah punah Merycopotamus nanus Lydekker, kudanil bergigi seri enam Hexaprotodon, gajah purba Stegodon sp., Cervus atau rusa-rusaan, Bovidae atau sapi-sapian, hingga fauna semiakuatik seperti buaya dan kura-kura. Kumpulan fosil fauna ini kemudian dipublikasikan oleh von Koenigswald sebagai Fauna Cijolang.

Kawasan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, menjadi sebuah daerah penting dan banyak didatangi oleh para peneliti. Di daerah ini banyak ditemukan aneka fosil fauna laut, fauna dasar dan fosil tumbuhan pada zaman purba.

Atas banyaknya temuan fosil laut, diduga daerah tersebut mengandung bukti awal dari perubahan lingkungan laut menjadi darat di Pulau Jawa. Seperti ditemukannya fosil moluska laut, fosil kerang, sisik ikan, hingga fosil kura-kura purba.

Fosil-fosil tersebut disimpan di Museum Fosil Tambaksari. Ada juga yang disimpan di ruang Lab SMPN 1 Tambaksari dan yang disimpan oleh warga yang tak sengaja menemukannya.

Kemudian pada tahun 1980, Darwa Hardiya Ruhyana, Guru Biologi SMPN Tambaksari memberikan arahan dan bimbingan terhadap anak didiknya untuk mengumpulkan fosil. Tugas itu diberikan baik dalam sekolah atau kegiatan ekstrakulikuler.

Fosil-fosil itu ditemukan di sejumlah titik yakni, Urugkasang, Cisanca, Cicalincing, Cibabut, Cihonje, Ciloa, Cibatu, dan Cipasang. Fosil pun banyak ditemukan dan dikumpulkan. Saat ini fosil tersebut pun disimpan dan ditawar di SMPN 1 Tambaksari untuk edukasi bagi para siswa.

Pada tahun 2024, Museum Geologi melakukan kegiatan di Tambaksari, Ciamis. Tujuannya bagian dari upaya pelestarian koleksi kegeologian. Kegiatan tersebut dilakukan secara terpadu.

Mulai dari penyelidikan lapangan, preparasi dan konservasi koleksi kegeologian, penataan ulang ruang pamer di Rumah Fosil menjadi layaknya sebuah museum. Termasuk penyebarluasan informasi melalui program edukasi kepada masyarakat.

“Tujuannya untuk menyampaikan nilai penting kawasan Kawasan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, menjadi sebuah daerah penting dan banyak didatangi oleh para peneliti. dan temuan fosilnya. Sekaligus meningkatkan kesadaran akan warisan geologi dan pentingnya pelestarian lingkungan,” kata Gilang, Sabtu (21/9/2024).

Gilang bersyukur kini Museum Fosil Tambaksari telah dilakukan penataan menjadi lebih representatif. Kini tingkat kunjungan ke Museum Fosil Tambaksari semakin meningkat.

Gilang menambhakan,pada tahun 2004, Pemerintah Provinsi Jawa Barat membangun rumah fosil. Tujuannya untuk menyimpan fosil yang ditemukan di daerah Tambaksari Ciamis dan sekitarnya.

Keberadaan fosil di Tambaksari ini mendapatkan perhatian dari para peneliti. Pada awal tahun 80-an banyak ahli dari berbagai institusi melakukan penelitian.

Tidak hanya dalam negeri tapi juga luar negeri. Ada pun ahli yang telah melakukan penelitian di Tambaksari, antara lain, ahli dari universitas di Amerika, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Museum Geologi, Balai Arkeologi, Pusat Arkeologi Nasional, ITB, UNPAD, BPSMP Sangiran, dan lain-lain.

 

Judul: Museum Tambaksari Ciamis, Kaya dengan Ragam Temuan Fosil Binatang Laut Ribuan Tahun Lalu
Jurnalis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *