Menjawab Panen di Musim Hujan

Artikel ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja

Ilustrasi: Gambar sawah yang luas (Sumber: pixabay)

MajmusSunda News, Selasa (14/01/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudulΒ β€œMenjawab Panen di Musim Hujan” ini ditulis oleh:Β Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPDΒ HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Menjelang tibanya panen raya padi, perbincangan soal gabah, kini mulai menghangat. Terlebih bila ditengarai panen raya musim ini seiring dengan datangnya musim hujan. Panen di musim hujan, tentu akan bermasalah terhadap kualitas gabah petani. Dengan kapasitas yang terbatas, petani akan kesusahan untuk memperoleh gabah sesuai persyaratan yang ditentukan.

Di kalangan petani, saat ini muncul diskusi tentang bagaimana psnen di musim hujan akan mampu mengeringkan gabah hasil panennya, jika tidak ada sinar matahari. Di lain pihak teknologi pengeringan yang terbari belum dimiliki para petani. Kalau pun ada teknologi pengeringan, jumlahnya sangat terbatas, sehingga belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan petani.

Ir. Entang Sastraatmadja
Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Sebagian besar petani, saat panen tiba mereka akan menjual hasil panennya dalam bentuk gabah kering panen (GKP). Rata-rata mereka akan menjual seluruh hasil panennya, tanpa ada yang disimpan dalam lumbung. Sekarang lumbung padi sudah memudar karismanya, dan semakin tidak popuker dalam kehidupan masyarakat petani.

Bila panen berlangsung di musim hujan, petani cenderung akan mengeluhkan gabahnya yang sulit dikeringkan, terutama dalam memenuhi kadar air yang ditetapkan. Dengan kadar air yang tinggi karena sinar matahari tidak ada dan teknologi pengeringan yang terbatas jumlahnya, tentu saja membuat kualitas gabah yang dihasilkan sulit mendapat harga wajar, sehingga petani untung.

Kadar air adalahΒ jumlah air yang terkandung dalam suatu benda, seperti bahan pangan, tanah, bebatuan, dan sebagainya.Β Kadar air dinyatakan dalam persen (%) pada kisaran skala 0-100.
Kadar air merupakan salah satu parameter penting untuk menentukan kualitas bahan pangan.Β Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan bakteri, kapang, dan khamir berkembang biak, sehingga struktur bahan pangan akan berubah.

Pentingnya menentukan kadar air dalam bahan pangan, antara lain:Β untuk memastikan penanganan yang tepat dalam pengolahan dan pendistribusian; untuk menentukan kualitas masa simpan bahan pangan dan untuk menentukan kesegaran dan daya tahan bahan pangan Kadar air dapat ditentukan dengan cara mengurangi berat suatu bahan yang dipanaskan pada suhu pengujian.

Kadar air gabah kering panen (GKP) umumnya berkisar antara 21–26%. Kadar air gabah yang tinggi dapat dipengaruhi oleh kelembapan udara saat musim hujan dan kemarau. Kadar air gabah merupakan salah satu faktor yang menentukan proses penggilingan dan penyimpanan gabah. Kadar air juga memengaruhi harga jual gabah di tingkat petani.

Syarat mutu gabah kering panen berdasarkan kelas mutu, yaitu:
– Kelas mutu Premium: kadar air maksimal 22%
– Kelas mutu Medium I: kadar air maksimal 25%
– Kelas mutu Medium II: kadar air maksimal 30%
Gabah kering panen (GKP) dikeringkan menjadi gabah kering giling (GKG) dengan kadar air maksimal 14%.

Gabah dengan kadar air 14% merupakan standar mutu gabah yang baik untuk: mengurangi risiko kerusakan dan pertumbuhan jamur; menghindari kehilangan nutrisi dan flavor; menghemat biaya dan waktu dan mengurangi kehilangan gabah. Manfaat yang dapat diambil dengan kadar air 14% diantaranya meningkatkan kualitas beras; mengurangi risiko kerusakan; meningkatkan efisiensi pengolahan; menghemat biaya produksi dan meningkatkan nilai jual.

Kadar air gabah kering giling (GKG) yang maksimal adalah 14%. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan beras yang dihasilkan memiliki banyak butir patah dan menir.Β  Kadar air gabah merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas gabah dan beras. Kadar air yang tinggi dapat membuat gabah rentan terhadap serangan jamur, bakteri, dan mikroorganisme.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang memengaruhi kadar air gabah:
Varietas gabah, tipe gabah, butiran gabah, butir mengapur, teknik budidaya dan pengeringan. Untuk mendapatkan kadar air yang sesuai, gabah kering panen (GKP) dapat dijemur di bawah sinar matahari langsung hingga kadar airnya mencapai 14-15%.

Agar mendapatkan kualitas yang diharapkan, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut : pengeringan sebaiknya digunakan mesin pengering atau sinar matahari. Penyimpanan digunakan gudang kering dan ventilasi baik. Pemantauan diperiksa kadar air secara teratur. Dan pengolahan dilakukan sortasi dan pembersihan.

Panen raya padi di musim hujan, mestinya dapat kita hindari. Kalau pun kita ngotot ingin melakukannya, yang namanya teknologi pengering gabah sudah dimiliki para petani. Pemerintah, mestinya jangan hanya memfokuskan pada upaya peningkatan produksi semata. Sudah saatnya Pemerintah memberikan bansos Alsintan untuk kegiatan paska panen.

Hal seperti ini, tentu perlu gerak cepat. Tidak boleh lagi menggunakan prinsip “alon-alin asal kelakon”. Pemerintah penting membangun kesadaran baru dalam upaya pencapaian swasembada pangan. Selain strategisnya penanganan peningkatan produksi, penanganan paska panen pun butuh perhatian serius.

Hal ini penting diingatkan, mengingat kehilangan paska panen padi, terekam semakin membengkak persentasenya, sehingga dibutuhkan penanganan sesegera mungkin. Persoalannya semakin menjelinet ketika panen pun berlangsung di musim hujan. Petani tentu butuh pendampungan. Setidaknya, Pemerintah hadir di tengah kesulitan mereka. (PENULIS, KETUA DEWAN PAKAR DPD HKTI JAWA BARAT).

***

Judul:Β Menjawab Panen di Musim Hujan
Penulis:Β Β Ir. Entang Sastraatmadja
Penyunting:Β Β Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *