MajmusSunda News, Kolom OPINI, Kamis (13/03/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Koperasi Desa Merah Putih (KDMP): Strategi Menurunkan Kesenjangan (Gini Index) dan Mencapai Pertumbuhan 8%” ini ditulis oleh: Prof. Dr. Ir. H. Agus Pakpahan, M.S., Anggota Dewan Pini Sepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS) dan Rektor IKOPIN University Bandung.
Pada tulisan sebelumnya yang berjudul “Korelasi atau Regresi Kemajuan Koperasi dan Kemajuan Negara: Bukti empiris peran koperasi untuk pembelajaran” disampaikan hasil riset, di antaranya adalah bahwa menurut hasil penelitian terdahulu dengan Kepadatan Keanggotaan Koperasi meningkat 10 %, Index Gini akan menurun 1,3 poin.
Tulisan kali ini mencoba menggunakan hasil penelitian tersebut dan menggabungkannya dengan Rencana Pemerintah mengembangkan 70.000 Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) dengan modal awal Rp 5 miliar/KDMP. Imajinasi dilakukan seandainya KDMP langsung membangun strategi mencapai ketahanan pangan dengan mensubstitusi semua komoditas pangan yaitu beras, jagung, gula, daging dan susu yang selama lima tahun terakhir diimpor.

Impor kedelai dan terigu belum disubstitusi mengingat agro-ekosistem Indonesia kurang mendukung untuk menghasilkan kedua produk tersebut dalam skala besar. Angka-angka dalam tulisan ini sebatas angka imajinasi. Semoga bermanfaat untuk merangsang pemikiran dan studi lebih lanjut. Salam koperasi.
Latar Belakang
Indonesia menghadapi dua tantangan besar: ketimpangan ekonomi (Indeks Gini 0,38) dan pertumbuhan ekonomi yang stagnan (rata-rata 5% per tahun). Untuk mengatasi hal ini, Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) dirancang sebagai instrumen transformatif yang menggabungkan penguatan ketahanan pangan, pemberdayaan ekonomi perdesaan, dan pengurangan ketimpangan.
Dengan konsolidasi 70.000 unit KDMP dan aset awal Rp 350 triliun, program ini bertujuan menurunkan Gini Index ke 0,25 (setara negara Skandinavia) dan mendorong pertumbuhan ekonomi 8% per tahun melalui substitusi impor pangan dan kapitalisasi lahan petani.
Desain Organisasi KDMP
KDMP dirancang sebagai lembaga ekonomi kolektif yang mengintegrasikan:
Konsolidasi 70.000 Unit KDMP: Setiap unit mengelola 50 hektar lahan, total 3,5 juta hektar.
Hak Pengelolaan Lahan (HPL): Petani tetap pemilik lahan, tetapi hak pengelolaan diberikan ke KDMP dengan imbalan sewa jangka panjang (5+ tahun).
Substitusi Impor Pangan:
Fokus pada produksi beras, jagung, gula, daging sapi, dan susu. Gandum dan kedelai tetap diimpor.
Dukungan Negara: Biaya kapitalisasi HPL dan insentif fiskal ditanggung pemerintah.
Estimasi Input Produksi
Untuk mencapai substitusi impor, diperlukan input berikut:
- Lahan
Total lahan: 3,5 juta hektar (70.000 KDMP × 50 hektar).
Alokasi per komoditas:
Padi: 1,4 juta hektar (40%).
Jagung: 1,05 juta hektar (30%).
Gula: 0,7 juta hektar (20%).
Peternakan (daging sapi & susu): 0,35 juta hektar (10%).
- Pupuk dan Bibit
Padi: 2,8 juta ton pupuk (2 ton/hektar) + 28.000 ton benih (20 kg/hektar).
Jagung: 2,1 juta ton pupuk + 10.500 ton benih.
Gula: 1,4 juta ton pupuk + 56.000 ton bibit tebu.
Peternakan: 350.000 ekor sapi + pakan 1,75 juta ton/tahun.
- Infrastruktur dan Teknologi
Gudang penyimpanan: 70.000 unit (1 per KDMP).
Alat mesin pertanian:
70.000 traktor, 140.000 pompa irigasi.
Sistem manajemen digital: Platform terintegrasi untuk pemantauan produksi dan distribusi.
Biaya Operasional dan Investasi
- Biaya Awal (Tahap 1)
Kapitalisasi Lahan (HPL): Rp 350 triliun (Rp 5 miliar per KDMP).
Infrastruktur: Rp 100 triliun (gudang, alat mesin, teknologi).
Bibit & Pupuk: Rp 50 triliun.
Total Investasi Awal: Rp 500 triliun.
- Biaya Operasional Tahunan
Tenaga Kerja: Rp 30 triliun (upah 2,5 juta pekerja).
Pupuk & Benih: Rp 40 triliun.
Pemeliharaan: Rp 20 triliun (alat, teknologi, kesehatan hewan).
Sewa Lahan: Rp 17,5 triliun (Rp 5 juta/hektar/tahun).
Total Operasional Tahunan: Rp 107,5 triliun/tahun.
- Pendapatan Tahunan
Beras: 7 juta ton × Rp 12.000/kg = Rp 84 triliun.
Jagung: 6,3 juta ton × Rp 5.000/kg = Rp 31,5 triliun.
Gula: 5,6 juta ton × Rp 15.000/kg = Rp 84 triliun.
Daging Sapi: 175.000 ton × Rp 100.000/kg = Rp 17,5 triliun.
Susu: 1,75 juta ton × Rp 20.000/liter = Rp 35 triliun.
Total Pendapatan: Rp 252 triliun/tahun.
- Arus Kas Bersih
Arus Kas Bersih = Pendapatan – Biaya Operasional = Rp 252 T – Rp 107,5 T = Rp 144,5 triliun/tahun.
Analisis Finansial
- Kriteria Kelayakan (Discount Rate 10%, Umur Proyek 10 Tahun): Menggunakan harga impor.
- Skenario Jika Tidak Feasible
Jika menggunakan harga domestik (bukan harga impor), B/C Ratio turun menjadi 0,8, NPV negatif, dan IRR 5%.
Solusi:
Skenario 2: Pemerintah memberikan subsidi Rp 50 triliun/tahun untuk menutup biaya operasional.
B/C Ratio meningkat menjadi 1,5.
NPV = Rp 387T + Rp 50T × 6,1446 = Rp 694T.
IRR meningkat ke 22%.
Kebutuhan Tenaga Kerja
Tenaga Lapangan: 2,5 juta orang (35 orang/KDMP).
Tenaga Kantor: 210.000 orang (3 orang/KDMP).
Manajer Unit: 70.000 orang (1 orang/KDMP).
CEO Regional/Nasional: 1.000 orang.
Dampak terhadap Gini Index dan Pertumbuhan Ekonomi
Penurunan Gini Index (0,38 → 0,25):
Petani menerima pendapatan tambahan dari sewa lahan (Rp 5 juta/hektar/tahun) + upah kerja (Rp 10 juta/hektar/tahun).
Bagi hasil keuntungan koperasi (Rp 2 juta/hektar/tahun).
Total pendapatan petani naik 300%, mengurangi kesenjangan desa-kota.
Pertumbuhan Ekonomi 8%:
Sektor pertanian menyumbang 13% PDB Indonesia. Dengan peningkatan produksi 20%, kontribusi naik ke 15,6%.
Efek multiplier pada industri pengolahan, logistik, dan UMKM.
Kesimpulan
KDMP adalah solusi holistik untuk mengatasi ketimpangan dan stagnasi ekonomi. Dengan desain organisasi efisien, dukungan kebijakan, dan skenario finansial yang realistis, program ini mampu:
- Menurunkan Gini Index ke 0,25 melalui pemerataan pendapatan petani.
- Mencapai pertumbuhan 8% lewat substitusi impor dan peningkatan produktivitas.
- Membangun ketahanan pangan mandiri dengan nilai tambah Rp 252 triliun/tahun.
Implementasi bertahap, kolaborasi pemerintah-swasta, dan penggunaan teknologi menjadi kunci keberhasilan. Dengan Rp 500 triliun investasi awal, Indonesia dapat menciptakan ekonomi inklusif yang berkelanjutan.
***
Sumber: Conversation with DeepSeek
Judul: Koperasi Desa Merah Putih (KDMP): Strategi Menurunkan Kesenjangan (Gini Index) dan Mencapai Pertumbuhan 8%”
Penulis: Agus Pakpahan
Editor: Jumari Haryadi