Kisah Sang Raja  Galuh Bratasenawa yang Terusir dari Tahta Kerajaannya

Kesempatan Purbasora dan Demunawan tidak disia-siakan untuk merebut tahta Kerajaan Galuh, kekuatan semakin besar karena Bimaraksa dari Kerajaan Denuh ikut bergabung

Ilustrasi Kerajaan Galuh (Jumari Haryadi by Bing Image Creator AI)

MajmusSunda News, Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis(14/11/2024) Artikel dalam Rubrik “SEJARAH” berjudul “Kisah Sang Raja  Galuh Bratasenawa yang Terusir dari Tahta Kerajaannya”, ini ditulis oleh: Agung Ilham Setiadi.

Dendam putra Sang Sempakwaja Rajaresi di Galunggung Purbasora dan Demunawan tak pernah padam. Apalagi Ayahnya Bratsenawa Raja Galuh Amara atau Mandiminyak sudah meninggal

Mandiminyak sendiri adalah paman dari Purbasora dan Demunawan, karena Mandiminyak adik kedua dari Sang Sempakwaja putra dari Raja Galuh yang agung Wretikandayun.

Kesempatan Purbasora dan Demunawan tidak disia-siakan untuk merebut tahta Kerajaan Galuh, kekuatan semakin besar karena Bimaraksa dari Kerajaan Denuh ikut bergabung bersama merebut tahta kerajaan GaluhKerajaan Denuh yang pada waktu itu yang menjadi Rajaresinya  Jantaka atau Wanayasa (Ranghyang Kidul) putra kedua dari Raja Galuh Wretikandayun atau Adik dari Sang Sempakwaja atau kakak Amara (Mandiminyak)

Dalam buku Sejara Jawa Barat (Yuganing Raja Kawasa) ditulis Drs Yoseph Iskandar peristiwa perebutan kekuasaan keluarga Sang Sempakwaja dari Galunggung dan Sang Jantaka dari Denuh.

Pubasora, Demunawan dan Bimarakasa berhasil merebut tahta Keraajaan Galuh dari Bratasenawa, dikenal Sena atau Sana dalam prasasti Canggal

Akibat peristiwa perebutan kekuasaan yang dilakukan Purbasora, Demunawan dan Bimaraksa. Sang Sena Raja Galuh yang sah, hanya memerintah selama 7 tahun (709-716 M).

Saat berhasil merebut tahta Kerajaan Galuh, Purbasora dinobatkan menjadi Raja Galuh (716 M) saat itu usianya sudah 73 tahun.

Terusirnya Sang Sena dari Keraton Galuh membangkitkan kekecewaan dan kemarahan keluarga Keraton Bumi Mataram (Kalingga Utara).

Untuk menentramkan dan menyejukan hati menantunya Bratasenawa  (Sena/Sana). Ratu Parwati pada saat itu pula menyerahkan tahta kerajaan Bumi Mataram kepada Sena dan Sanaha (istri Sena).

Setelah itu sejak Sang Mandiminyak jadi penguasa Galuh dan wafat tahun 709 M, Ratu Parwati memerintah seorang diri  Bumi Mataram (702-716 M).

Darah Sanjaya putra Sena atau cucu Mandiminyak menggelegak mendengar kerajaan ayahnya (Keraton Galuh) Sang Sena jatuh ke tangan Purbasora.

Pasca Sang Sena jatuh Keraton Galuh dikuasai oleh keturunan Sang Sempakwaja dan Sang Jantaka yang keduanya-duanya putra Sang Wretikandayun.

Dari ketiga putra Sang Wretikandayun, putra bungsu Sang Mandiminyak yang lebih dulu meninggal, sedangkan kedua kakaknya berumur panjang.

Suami dan istri saudara seayah yang sekaligus saudara tiri tersebut menjadi penguasa di Bumi Mataram selama 16 Tahun (716-732 M).

Sedangkan Ratu Parwati dan Sang Mandiminyak adalah suami istri orangtua Sanaha, yang memerintah di Bumi Mataram selama 14 tahun (688-702 M).

Saat perebutan kekuasaan Sanjaya baru berusia 33 tahun. Kejadian jatuhnya kekuasaan Sena (716 M).

Judul: Kisah Sang Raja  Galuh Bratasenawa yang Terusir dari Tahta Kerajaannya
Penulis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *