Khutbah Jumat, Sikap Seorang Muslim di Akhir Bulan Ramadhan

Ir. H. Asep Ruslan, Pembina Pesantren Rahmat Lil Alamin & Wakil Badan Pekerja IV Majelis Musyawarah Sunda (MMS)

Ir. H. Asep Ruslan dan Ir. H. Rohman, Ketua DKM Al Hadid Komplek LIK Jl. Sukarno Hatta KM. 12,5 kel. Mekar Mulya, kec. Panyileukan, Kota Bandung (Foto: Arus)

MajmusSunda News, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Jumat (28/03/2025) – Dalam hadits disebutkan bulan Ramadhan terbagi dalam tiga fase, pada 10 hari pertama disebut fase penuh dengan rahmat, 10 hari kedua atau pertengahan adalah fase penuh ampunan dan 10 hari ketiga atau fase terakhir yakni pembebasan dari api neraka.

“Dari Abu Hurariah, Ramadhan itu adalah bulan yang awalnya penuh dengan rahmat. Di pertengahannya penuh dengan ampunan. Dan, di ujungnya pembebasan dari api neraka.” (HR Ibnu Abi Dunya dan Ibnu ‘Asakir).

Saat ini sudah memasuki hari ke-29 bulan Ramadhan, berarti masuk dalam fase 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Khutbah Jumat berikut ini mengangkat tema “Sikap Seorang Muslim di Akhir Bulan Ramadhan oleh Ir. H. Asep Ruslan (Pembina Pesantren Rahmat Lil Alamin) di Masjid Al Hadid Komplek Lingkungan Indudtri Kecil (LIK) Jl. Sukarno Hatta KM. 12,5 kel. Mekar Mulya, kec. Panyileukan, Kota Bandung, Jumat (28/3/2025).

Masjid Al Hadid Komplek LIK Jl. Sukarno Hatta KM. 12,5 kel. Mekar Mulya, kec. Panyileukan, Kota Bandung (Foto: Arus)

Inilah isi khutbah Jumat yang disampaikan oleh Wakil Ketua IV Badan Pekerja Majelis Musyawarah Sunda (MMS), yang juga Dewan Penasehat Media Independen Online (MIO) Indonesia DPW Provinsi Jawa Barat. Semoga bermanfaat.

“Khutbah Jumat, Sikap Seorang Muslim di Akhir Bulan Ramadhan”

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya. Karena hanya inilah satu-satunya cara, agar kita menjadi orang yang beruntung dan bahagia baik di dunia maupun di akhirat.

Hari ini, kita memasuki hari ke-28 Ramadhan, yang masuk dalam 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Sebentar lagi kita akan meninggalkan bulan suci dan mulia ini, untuk selanjutnya merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Mayoritas di antara kita mungkin sangat senang dengan berakhirnya Bulan Ramadhan, karena puasa telah lewat, kita tidak lagi merasakan lapar di siang hari, hari-hari kembali normal sebagaimana biasanya.

Namun demikian, bila dipandang dari sudut agama, sebenarnya kesenangan kita ditinggalkan Bulan Ramadhan itu membuktikan betapa rendah dan lemahnya iman kita. Karena dengan berakhirnya bulan Ramadhan, justru kita sudah tidak bisa mendapatkan pahala yang besar sebagaimana yang bisa kita dapatkan di bulan Ramadhan.

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, “Ketika tiba akhir malam Ramadlan, langit, bumi dan malaikat menangis karena adanya musibah yang menimpa umat Nabi Muhammad SAW. Lalu Sahabat bertanya, “Musibah apakah wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Berpisah dengan bulan Ramadlan, sebab pada bulan ini do’a dikabulkan dan shadaqah diterima. Kebaikan dilipatgandakan dan siksa dihentikan.”

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Para sahabat dan orang-orang yang shalih sungguh merasa sedih dan menangis bila ditinggalkan bulan ramadhan, hal ini paling tidak disebabkan 2 alasan.

Pertama, Kesadaran mereka bahwa dengan perginya bulan ramadhan, pergi pula berbagai keutamaan yang ada di dalamnya. Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling berkah, yang mana pintu-pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup? Bukankah hanya di bulan suci ini syetan dibelenggu?

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta para syetan dibelenggu,” (HR. Ahmad).

Di bulan Ramadhan amal sunnah diganjar pahala amal wajib, seluruh pahala kebajikan dilipatgandakan hingga tiada batasan?  Semua keutamaan itu takkan bisa ditemui lagi jika bulan Ramadhan telah pergi. Ia hanya akan datang pada bulan Ramadhan setahun lagi.

Padahal tiada yang dapat memastikan apakah kita masih hidup dan sehat pada bulan ramadhan yang akan datang. Inilah alasan mengapa para sahabat dan orang-orang shalih bersedih, bahkan menangis mendapati ramadhan akan pergi.

Kedua,  adanya peringatan dari Rasulullah SAW bahwa semestinya bulan Ramadhan menjadikan seseorang diampuni dosanya. Jika seseorang sudah mendapati bulan ramadhan, maka ia sebulan bersama dengan peluang besar yang penuh keutamaan, namun jika ia masih saja belum mendapatkan ampunan, maka ia benar-benar menjadi orang yang sangat rugi, bahkan celaka.

Rasulullah SAW bersabda, “Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni,” (HR. Ahmad).

Para sahabat dan orang-orang shalih merasa bahwa diri mereka tidak bisa menjamin akan mendapatkan ampunan itu, sementara jika mereka tidak dapat ampunan, mereka tentu akan celaka.

Inilah yang kemudian menyentuh rasa khauf (rasa takut dan khawatir kepada Allah) para sahabat dan orang-orang yang shalih.

Mereka takut menjadi orang yang celaka karena tidak mendapatkan ampunan, sementara bulan Ramadhan akan segera pergi. Merekapun menangis, meluapkan ketakutannya kepada Allah seraya bermunajat agar amal-amalnya diterima, seraya melantunkan do’a.

“Allaahumm laa taj’alhu aakhirol ‘ahdi, min shiyaaminaa iyyaahu, fa’in ja’altahu faj’alnii marhuuman, wa laa taj’alnii mahruuman.”

Artinya: “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan bulan Ramadhan ini Bulan Ramadhan terakhir dalam hidupku. Jika Engkau menjadikannya sebagai Ramadhan terakhir bagiku, maka jadikan lah aku sebagai orang yang Engkau sayangi dan jangan jadikan aku orang yang Engkau murkai”.

Panitia Pembangunan Masjid Al Hadid Komplek LIK Jl. Sukarno Hatta KM. 12,5 kel. Mekar Mulya, kec. Panyileukan, Kota Bandung (Foto: Arus)

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Apa yang dilakukan oleh para sahabat dan orang-orang shalih ini, tentu berbeda jauh dengan apa yang kita lakukan saat ini, untuk itu patutlah kita mawas diri. Apakah hingga akhir Ramadhan ini atau justru kita menjadi orang yang celaka?

Apakah kita tidak takut jika bulan ramadhan ini berlalu, apakah kita sudah mendapatkan ampunan? Atau dosa-dosa kita belum terampuni? maka jadilah kita orang-orang yang celaka.

Untuk itu, marilah sisa-sisa di hari terakhir Ramadhan ini kita gunakan untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT, kita banyak memohon ampun kepada Allah, dengan harapan ketika bulan Ramadhan ini lewat, dosa-dosa kita benar-benar diampuni oleh Allah SWT.

 

Judul: Khutbah Jumat, Sikap Seorang Muslim di Akhir Bulan Ramadhan

Jurnalis: Arus

Editor: Asep Ruslan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *