MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Rabu (07/05/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Ketika Bulog Kekurangan Gudang” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS
Langkah dan gerak cepat Presiden Prabowo membangun gudang beras alternatif sebesar 25 ribu buah, sebetulnya tidak perlu terjadi dan membuat heboh. Bila sedini mungkin Pemerintah/Perum Bulog mampu menerapkan pendekatan ‘deteksi dini’, persiapan membangun gudang alternatif, sesungguhnya bisa disiapkan sejak jauh-jauh hari.

Namun, apa hendak dikata, bangsa ini rupanya masih sulit untuk membebaskan diri dari jebakan pola pendekatan ‘pemadam kebakaran’. Pemerintah agar bergerak, sekiranya telah muncul masalah. Padahal, kalau saja sedari awal telah diterapkan pendekatan ‘deteksi dini’ (early warning), besar peluangnya, masalah tidak perlu terjadi.
Begitupun dengan masalah gudang beras alternatif ini. Presiden Prabowo langsung bersikap setelah mendapat laporan dari Menteri Pertanian bahwa gudang Perum Bulog hanpir penuh. Dikhawatirkan dengan serapan gabah yang masih berjalan Perum Bulog akan kesulutan untuk menyimpan gabah yang diserapnya. Membangun gudang beras alternatif, dianggap sebagai solusi cerdas.
Dengan kekuasaan dan kewenangan yang digenggamnya, Pemerintah mestinya mampu merencanakan penyerapan gabah oleh Perum Bulog dalam Panen Raya tahun ini, secara utuh, holistik dan komprehensif. Berbasis data Badan Pusat Statistik (BPS) dapat menghitung berapa sebetulnya produksi gabah yang akan dihasilkan para petani.
Selanjutnya, Perum Bulog juga dapat memperkirakan apakah gudang Perum Bulog yang ada sekarang, bakal mampu menampung gabah yang akan diserap Perum Bulog ? Dengan perencanaan dan perhitungan yang akurat, Perum Bulog pasti akan dapat memproyeksikan berapa sebetulnya gudang tambahan, jika produksi gabah yang dihasilkan petani membludak.
Sayang, langkah seperti ini, tidak menjadi prioritas. Perum Bulog sendiri, terekam sibuk membahas soal penyerapan gabah. Petinggi Perum Bulog banyak yang risau terkait dengan penugasan Pemerintsh untuk menyerap gabah petani setara 3 juta ton beras. Mereka harap-harap cemas juga, apakah target penyerapan yang dibebankan bskal tercapai ?
Akibatnya wajar, bila persoalan kebutuhan gudang beras ini pun luput dari pengamatannya. Baru setelah terjadi secara nyata peningkatan produksi yang cukup besar dan hasil penyerapan Perum Bulog sangat tinggi, semua pihak mulai sadar tentang perlunya gudang beras tambahan. Dari suasana ini, kekuarlah perintah Presiden Prabowo untuk membangun gudang beras alternatif 25 ribu buah.
Berkaca pada pengalaman yang terjadi, ke depan tentu kita berharap agar Pemerintah/Perum Bulog mampu mengantisipasi seabreg kemungkinan yang bakal terjadi. Disinilah perlunya desain perencanaan yang berkualitas. Langkah ini perlu diambil, mengingat ada kemauan untuk mewujudkan ‘sukses penyerapan = sukses penyimpanan’nya’.
Sukses penyerapan, kini telah memperlihatkan kisah suksesnya. Cadangan beras Pemerintah (CBP) kini meningkat cukup signifikan. Dengan posisi CBP sekitar 3,5 juta ton, membuktikan kekokohan cadangan beraz yang kita miliki. Hal ini terjadi, karena keberhasilan Perum Bulog menyerap gabah dari petani. Acungan jempol untuk Perum Bulog.
Lalu, bagaimana dengan sukses penyimpanannya ? Inilah yang masih butuh pembuktian dari Perum Bulog. Langkah Presiden Prabowo membangun 25 ribu gudang beras alternatif adalah salah satu cara agar proses penyimpanan gabah dapat berjalan dengan baik. Bayangkan, jika tidak ada gudang ysng layak, bagaimana penyimpanannya ?
Sukses penyimpanan sendiri sangat penting bagi keberlangsungan cadangan beras Pemerintah. Kita tidak mau lagi mendengar ada beras berkutu didalsn gudang Perum Bulog. Apalagi, jika ditemukan adanya beras berwarna kekuning-kuningan dan baunya apek, karena keteledoran petugas gudang Perum Bulog dalan menjalankan SOPnya.
Kita percaya Perum Bulog akan merekrut petugas gudang yang cekatan dan profesional dalam mendukung pembangunan gudang beras alternatif sebagaimana ysng dinginkan Presiden Prabowo. Mencari 25 ribu petugas gudang yang mrmenuhi persyaratan tertentu, bukan hal mudah untuk ditempuh. Dibutuhksn keseriusan untuk menyiapkannya.
Untuk itu, kita berharap agar Perum Bulog tidak lagi memposisikan diri sebagai ‘pemadam kebakaran” dalam merekrut petugas gudang beras alternatif ini. Tidak salah, bila mulai sekarang Perum Bulog telah menggarapnya agar pada waktunya, tidak seperti dikejar-kejar target. Divisi perencanaan Perum Bulog perlu bergerak cepat mengimbangi begitu cepatnya Presiden Prabowo bersikap.
Pembangunan gudang beras alternatif dan penyiapan petugas gudangnya, menjadi hal mendesak untuk digarap. Pemerintah/Perum Bulog perlu bekerja cepat untuk menampilkan kinerja terbaiknya. Bagi Perum Bulog hal ini bisa saja disebut sebagai ‘pe-er’ penting dalam membuktikan diri sebagai BUMN yang handal dan teruji. Ke depan kita yakin Perum Bulog tidak akan berperan lagi sebagai pemadam kebakaran dalam menhawab masalah yang ada, namun akan menyempurnakannya dengan pendekatan deteksi dini. Ke arah sanalah mestinya Perum Bulog melangkah.
***
Judul: Ketika Bulog Kekurangan Gudang
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi