MajmusSunda News, Minggu (30/03/2025) – Artikel berjudul “Kerinduan Idul Fitri” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Saudaraku, langit pagi di ujung Ramadan seperti menghamparkan gemuruh doa. Di antara desir angin dan gemetar cahaya fajar, hati bergetar dalam rindu suci—rindu akan pangkuan yang melahirkan, rindu akan rahim yang mencipta. Seperti ombak yang mencari bibir pantai, kita pun bergegas pulang, meniti jembatan rindu menuju keheningan yang lama menunggu.

Idul Fitri bukan sekadar hari. Ia adalah gerbang cahaya, tempat jiwa kembali dari pengembaraan panjang. Sepanjang bulan suci, kita telah menelusuri jalan-jalan ke dalam diri, mengikis debu dosa, mencuci luka-luka lama. Kini, saatnya kembali kepada keheningan yang murni, kembali kepada cahaya yang menghangatkan dada.
Di jalan-jalan desa, anak-anak berlarian dengan mata berbinar, seperti bintang-bintang kecil yang menyala di langit malam. Wajah-wajah tua yang berkerut oleh rindu menyambut dengan pelukan hangat. Di setiap jabat tangan, ada kepulangan yang tak terkatakan, ada maaf yang mengalir, meluruhkan retak dan jarak yang memisahkan.
Di meja makan, hidangan sederhana menjadi saksi bahwa cinta adalah rasa yang tak pernah pudar. Ketupat yang dianyam dengan kesabaran ibu dan opor yang diaduk dengan doa adalah wujud kasih yang tak lekang oleh waktu. Seperti itulah negeri ini, seharusnya: anyaman tangan-tangan yang tulus, semangkuk persaudaraan yang tak pernah habis dibagi.
Kampung halaman sejati ada dalam hati yang bersih, dalam jiwa yang kembali pada-Nya, dalam negeri yang saling memaafkan, saling mengasihi, dan menjaga kebersihannya. Kepulangan kita bukan hanya ke rumah, tapi ke rahim Ilahi. Ke kesucian yang abadi, ke negeri yang bersih dari korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan perampasan sumber daya bersama.
Seindah fitrah yang baru terlahir, negeri ini harus dijaga agar tetap suci, agar keadilan dan kasih sayang tidak sekadar janji, tetapi nyata dalam setiap napas kehidupan. Di gang kumuh perkotaan dan gubuk pedesaan, ada jerit pengharapan bahwa Idul Fitri bukan hanya tentang kain baru dan kenduri meriah, tetapi juga tentang keadilan dan harapan hidup lebih layak.
***
Judul: Kerinduan Idul Fitri
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas Tentang Penulis
Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.
Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.
Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.
Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.
Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.