MajmusSunda News, Rabu (01/01/2025) – Artikel berjudul “Kenduri Akhir Tahun” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Saudaraku, perjalananku ke Tanah Bangka menutup kisah akhir tahun dengan pesta durian. Semesta menganugerahi tanah Bangka aneka durian varian lokal dengan kelezatan serasa nirwana. Setelah sang raja buah di berbagai sudut pulau dijajal, puncak ekstase terjadi di kebun buah Gerbang Naga Langit milik @yoh_yudistira.
Di bawah langit senja yang berinai gerimis hujan, pesta durian digelar dengan persekutuan doa seperti ritual kuno yang diwariskan oleh waktu. Pepohonan buah sekeliling menjadi saksi bisu dari perayaan yang tak hanya sekadar tentang rasa, tetapi juga tentang jiwa.
Di atas meja kayu, sang raja buah yang berduri namun memesona, menjadi pusat perhatian. Aroma khasnya menyeruak, mengisi setiap sudut, membawa kenangan masa kecil, cerita tentang kebun-kebun tua, dan musim yang tak pernah gagal memberi.
Dagingnya yang kuning keemasan mengundang siapa saja untuk mencicipi, mengisi mulut dengan rasa manis yang lembut, berpadu dengan sedikit pahit yang menggoda. Setiap gigitan seolah menyimpan cerita tentang musim hujan yang syahdu, pohon-pohon yang sabar menunggu waktu, dan tangan-tangan yang memetiknya dengan penuh harap.
Semua sahabat berkumpul melingkar dalam tawa yang tulus. Jemari-jemari sibuk mengupas durian, mengeluarkan daging buah yang lembut dan berkilau, seperti emas yang lahir dari rahim bumi. Gigitan pertama adalah harmoni manis, legit, dan sedikit pahit, seperti kehidupan yang mereka jalani bersama.
Di sela santap durian, kami berbagi cerita tentang kenangan dan impian. Daya magnit eksotisme durian menjadi pengikat jiwa, penaut perayaan hidup, pengingat bahwa dalam setiap duri yang tajam, selalu ada manis yang menunggu untuk ditemukan. Di tanah ini, di bawah langit yang menjadi saksi, persaudaraan terus dirajut, seperti aroma durian yang tak pernah hilang dari ingatan.
Di tanah Bangka, pesta durian bukan sekadar tentang buah, melainkan tentang kebersamaan. Tentang keluarga, tetangga, dan teman yang berkumpul, menyatukan tawa, rasa, dan kenangan. Di penghujung tahun ini, ketika kalender hampir habis dan harapan baru mulai tumbuh, pesta durian menjadi simbol kehidupan yang terus berputar manis, pahit, dan selalu penuh kejutan.
***
Judul: Kenduri Akhir Tahun
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas tentang penulis
Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.

Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.
Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.
Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.
Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.
***