MajmusSunda News, Rubrik OPINI, Kamis (03/04/2025) – Artikel berjudul “Kembali Bising” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Saudaraku, lebaran bagaikan jeda, sebuah koma dalam kalimat panjang yang penuh hiruk-pikuk. Sejenak, politik mereda—seperti api yang dikipas pelan agar tak membakar terlalu liar. Semua yang robek dicoba dirajut dalam pelukan maaf dan doa yang membubung bersama takbir. Politik yang gaduh diberi jeda, seolah semua tokoh dan pengikut tersadar bahwa di balik warna dan kubu, mereka masih manusia yang merindukan pulang.

Namun, waktu tak pernah berkompromi. Damai tak kerasan bertahan lama. Begitu ketupat habis dan jalanan kembali padat, politik kembali bergemuruh seperti badai yang hanya menunggu waktu untuk menggulung. Wacana mulai berputar, janji-janji bertebaran, dan perang kata kembali disulut di ruang-ruang digital. Yang kemarin berjabatan tangan, kini kembali berhadapan; yang sempat diam, kini kembali ribut.
Jeda sudah usai. Mesin propaganda kembali dipanaskan, strategi disusun, dan drama pun berlanjut. Seperti arus sungai yang deras setelah bendungan dibuka, politik tak pernah benar-benar pergi—hanya menepi sejenak sebelum kembali menelan kita semua dalam pusarannya.
Kita lelah digulung kebisingan politik tak kenal sudah. Namun, apa daya tak pernah benar-benar bisa berpaling. Seperti menatap langit di musim hujan, berharap cerah tapi tak bisa menolak mendung yang datang. Sesekali ada cahaya, sesekali ada teduh, tapi lebih sering kita terjebak di antara badai yang tak kunjung reda.
Entah sampai kapan, politik tak sekadar panggung yang terus menampilkan drama pertarungan dan kekisruhan, melainkan rumah bahagia bagi asa dan sentosa yang tak perlu takut direnggut. Entah sampai kapan, damai dan bahagia bukan sekadar selingan di tengah gaduh, tapi sungguh-sungguh menjadi pohon kehidupan yang mengakar kuat dan tumbuh lestari.
***
Judul: Kembali Bising
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas tentang penulis
Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.
Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.
Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.
Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.
Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.
***