MajmusSunda News, Jumat (17/1/2025) – Artikel berjudul “Kekawin Pagi” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Saudaraku, pagi adalah puisi yang ditulis semesta dengan tinta cahaya. Ia datang tanpa mengetuk, menyelinap lembut melalui celah jendela, membangunkan dunia dengan sentuhan hangatnya. Di setiap embusan angin, ia membawa cerita baru, kisah tentang harapan yang tumbuh dari sisa-sisa malam.
Pagi adalah sebaris doa yang dikirimkan langit pada bumi. Ia terbit dengan lembut, menggenggam sisa-sisa gelap malam, lalu menyerahkannya pada cahaya. Dalam keheningannya, ia menyelipkan harapan yang tak kasat, mengalir pelan di antara embusan angin dan aroma tanah yang baru terbangun.

Pagi adalah pelukis yang piawai, mencampur warna oranye, merah muda, dan biru pucat di kanvas langit. Ia menghadirkan keajaiban yang hanya terlihat oleh mereka yang bangun lebih awal, yang berani menatap dunia dengan mata penuh rasa syukur.
Aku mencintai pagi karena ia jujur tak pernah menyembunyikan apa pun. Ia menunjukkan embun yang menggantung di daun, burung-burung yang bernyanyi tanpa lelah, dan jalanan sepi yang perlahan hidup kembali. Pagi mengingatkanku bahwa setiap hari adalah awal yang baru, sebuah kesempatan untuk mencoba lagi, untuk mencintai lagi, dan untuk hidup sepenuhnya.
Aku ingin merangkul pagi, menyerap kehangatannya, dan membiarkan cahaya pertama menyusup ke dalam jiwaku. Sebab, di balik kabut tipis yang menggantung, pagi selalu membawa janji: bahwa hidup, meski tak sempurna, selalu menyimpan keindahan bagi bening embun jiwa yang pandai bersyukur.
***
Judul: Kekawin Pagi
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas tentang penulis
Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.
Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.
Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.
Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.
Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.
***