MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Minggu (20/04/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Hariring Kuring” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Salah satu kearifan lokal sekaligus kekayaan folklore yang dimiliki suku Sunda adalah hariring indung. Hariring artinya bersenandung atau berdendang. Ya, “ngahariring” dalam bahasa Sunda dapat berarti menyanyi atau mengiringi dengan lagu atau nyanyian. Dalam konteks tertentu, “ngahariring” dapat berarti menyanyi pelan-pelan atau mengiringi dengan suara yang lembut.
Lalu, apa yang dimaksud dengan ‘kuring’ ? Dalam bahasa Sunda, “Kuring” berarti “aku” atau “saya”. Dalam bahasa Sunda, “Kuring” adalah kata ganti orang pertama tunggal yang digunakan untuk merujuk pada diri sendiri. Jadi, dalam konteks lagu “Hariring Kuring”, “Kuring” merujuk pada penyanyi atau orang yang sedang bernyanyi, yaitu “aku” atau “saya”.

Sekitar tahun 1970an, tentu kita masih ingat betapa seringnya lagu Hariring Kuring yang dilantunkan Tati Saleh di putar di radio swasta dan RRI. “Hariring Kuring” adalah lagu daerah Sunda yang populer dan memiliki makna yang dalam tentang kehidupan dan perasaan manusia. Lagu ini memang sangat ikonik dan banyak disukai oleh masyarakat Sunda dan pecinta musik tradisional.
Ada beberapa alasan mengapa Lagu “Hariring Kuring” disebut ikonik. Setidaknya ada tiga hal yang mendasarinya. Pertama karena klasik. Lagu ini merupakan salah satu lagu daerah Sunda yang klasik dan telah ada sejak lama. Kedua karena pengaruh budaya. Lagu ini memiliki pengaruh besar terhadap budaya Sunda dan musik tradisional Indonesia.
Ketiga, karena popularitas. Lagu ini sangat populer dan disenangi oleh banyak orang, terutama di Jawa Barat. Dan keempat, karena makna yang mendalam. Lagu ini memiliki makna yang mendalam dan dapat diterima oleh berbagai kalangan. Kombinasi dari faktor-faktor tersebut membuat “Hariring Kuring” menjadi ikonik dan abadi dalam dunia musik tradisional Indonesia.
Masyarakat Jawa Barat meyakini, lagu “Hariring Kuring” memiliki makna yang dalam dan puitis tentang kehidupan dan perasaan manusia.Makna yang terkandung dalam lagu tersebut antara lain menggambarkan kerinduan. Lagu ini mengungkapkan kerinduan seseorang terhadap sesuatu yang dicintainya.
Kemudian menunjukkan kesedihan. Lagu ini juga menggambarkan kesedihan dan kesepian seseorang yang merindukan sesuatu. Dan ketiga menggambarkan refleksi. Lagu ini dapat menjadi refleksi tentang kehidupan dan perasaan manusia yang kompleks. Makna yang tepat dapat berbeda-beda tergantung pada interpretasi pendengar.
Sekedar mengingatkan, berikut ini akan disampaikan lirik lagu Hariring Kuring yang sempat dipopulerkan lewat lantunan suara Tati Saleh sekitar tahun 1970an :
“Tengah peuting keur jemplang jempling
( Tengah malam di saat sunyi )
Kuring nyaring, teu geunah cicing
(Aku terjaga, gundah / gelisah)
Hate melang sumoreang
( Hati was-was teringat waktu lalu )
Buah ati lawas teu patepang
( Buah hati lama tidak bertemu ).
Cuang-cieung kuring sorangan
( kebingungan aku sendirian )
Nunggeulis di pangumbaraan
( sebatang kara di perantauan )
Lieuk dengeun lieuk lain
( Lihat orang-orang tidak kenal )
Taya pisan geusan pamuntangan
( Tidak ada yang bisa dijadikan pegangan )
Rek sasambat ka saha nya nyambat
( Mau manggil kepada siapa harus manggil )
Suwung dulur walura sobat
( Tiada saudara, tiada sobat )
Sangsang badan nitipkeun nya diri
( menitipkan diri )
Iwal ti ka Gusti Yang Widi
( Hanya kepada Tuhan Yang Mahaesa )
Hiliwirkeun duh angin peuting
( bergerak perlahanlah duh angin malam )
Pang nepikeun hariring kuring
( Sampaikan senandungku )
Ka jungjunan nu ngantosan
( Kepada kekasih yang menunggu )
Kawih ati nu keur rungsing pusing
( Lagu hati yang lagi galau )”.
Pesan moral yang terkandung dalam lirik tersebut mengingatkan di tengah kesunyian malam, ketika seseorang merasakan kerinduan mendalam terhadap buah hati nya, maka solusi terbaiknya, hanyalah berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini berarti, kalau saja semua anak bangsa mampu menerapkan pesan moral yang disajikan dalam lirik lagu diatas dengan baik dan bertanggungjawab, mestinya tidak perlu terjadi perselingkuhan diri.
Dengan makna lain, menjadi sangat memalukan dan memilukan jika ada pemimpin di Tatar Sunda yang berani-beraninya melakukan perselingkuhan dengan wanita penggoda yang tetlihat sexy. Lagu Hariring Kuring mestinya dapat meresap dalam sanubari para pemimpin bangsa agar tidak pernah ada lagi orang yang tersakiti apalagi terdholimi.
Lagu Hariring Kuring ( Senandungku) menceritakan tentang kerinduan yang sangat dalam. Lagu ini diterjemahkan tidak 100 % betul, sebab kata-kata dalam bahasa Sunda banyak yang tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Contoh “hiliwirkeun duh angin peuting” Maksud dari hiliwirkeun adalah angin sepoi-sepoi bawakan (sesuatu), kira-kira begitu. Angin peuting = angin malam.
Sebagai penutup dari tulisan singkat ini, mari kita resapkan bait terakhir dari lagi tersebut, yang intinya meminta angin malam untuk menyampaikan pesan kepada sesrorang dari yang sedang gundah gulana. Ingat, “hariring kuring” adalah ungkapan dalam bahasa Sunda yang artinya “berdendang untukku”. “Hariring” sendiri berarti berdendang atau bersenandung.
***
Judul: Hariring Kuring
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi