Gerakan Pilihan Sunda 1955 dan Gerakan Pilihan Sunda 2017, Apa Bedanya?

Daya Sunda induk semang lahirnya Gerpis 1955 terus bergelut dan berjuang dalam  pergulatan mempertahankan eksistensi urang Sunda

Sebanyak 50 deklarator Gerpis 2017 perwakilan tokoh dan elemen Sunda dari Banten, DKI dan Jabar Gerpis 2017 dideklarasikan di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat Bandung Rabu 27 Desember 2017. (Foto: Muhammad Ibda)

MajmusSunda News, Bandung, Jawa Barat, Rabu (18/12/2024) Artikel dalam Rubrik “POLITIK  DAN PEMERINTAHAN,” Gerakan Pilihan Sunda 1955 dan Gerakan Pilihan Sunda 2017, Apa Bedanya?”, ini ditulis oleh: Agung Ilham Setiadi.

 

Sejarah kerap berulang, mungkin itu sering kita dengar. Tak terkecuali Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis) yang lahir tahun 1955. Setelah puluhan tahun tenggelam Gerakan Pilihan Sunda lahir kembali tahun 2017.

Dengan berbagai cara Daya Sunda induk semang lahirnya Gerpis 1955 terus bergelut dan berjuang untuk pergulatan mempertahankan eksistensi urang Sunda.

Namun akhirnya sekitar tahun 2000 tepatnya sejak Daya Sunda tidak ikut lagi di ranah politik (4 Januari 1969) nama Daya Sunda terus menerus surut dan menghilang dari perjalanan urang Sunda.

Prof. Dr. Edi S Ekajati dalam buku “Nu Maranggung dina Sajarah Sunda, menulis awal tahun 1950-1959 banyak lahir pergerakan di beberapa daerah Indonesia, termasuk di Tatar Sunda, akibat polarisasi dan pergulatan politik masa orde lama banyak pergerakan Sunda merasa tidak nyaman karena kebijakan dan manuver politik dari pusat Jakarta.

Gerakan Pilihan Sunda 1955

Sejak lahirnya Daya Sunda (19 Juli 1953), para tokoh Sunda saat itu seperti mendapat energi baru. Daya Sunda yang asal mulanya gabungan dari dua kekuatan Pangauban Sunda dari Bandung dan Sunda Budaya dari Bogor melebur menjadi kekuatan baru.

Daya Sunda tidak hanya bergerak dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial dan keagamaan tetapi juga dalam politik praktis.

Tak mau ketinggalan dalam pergerakkan dengan suku bangsa yang lainnya di Indonesia.
Daya Sunda ikut terjun dalam dunia politik. Kendati pada saat itu banyak yang alergi atau bisa juga kurang suka jika mendengar kata Sunda karena dianggap partisan (sukuisme/provinsialisme)

Sutisna Senjaya (kanan) dan Ema Bratakusumah duo bintang Gerpis (Tangkapan Layar)

Prof. Dr. Edi S Ekajati dalam buku “Nu Maranggung dina Sajarah Sunda menjelaskan tahun 1955 Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis) lahir merupakan perwujudan sayap politik dari Daya Sunda berdiri dan tetap konsisten memperlihatkan identitas kesundaannya.

Lahir Gerpis masuk dalam kelompok partai Islam, erat kaitannya dengan tokoh Sunda yang dua-duanya lahir dari rahim Daya Sunda (Pangauban Sunda dan Sunda Budaya).

Sutisna Senjaya dan Ema Bratakusuma menjadi duet bintangnya Gerpis, hanya dengan persiapan yang singkat sekitar tiga bulan menjelang pemilu pertama yang paling demokratis (1955). Sebagai partai lokal berhasil meloloskan satu-satunya wakil rakyat ke Jakarta, yakni Sutisna Senjaya.

Sedangkan Gan Ema tetap menyokong dari segi dana untuk menghidupi Gerpis dan Daya Sunda bersama tokoh Sunda yang lainnya terdiri dari para akademisi, pakar, militer, budayawan, wartawan, sastrawan, inohong dan banyak lagi gegeden Sunda lainnya pada saat itu

Murid politik satu-satunya Gan Ema, yakni Tjetje Hidayat Padmadinata, saksi hidup yang menyaksikan sepak terjangnya Sutsen dan Gan Ema menegaskan, hanya Gerpis kendati partai lokal satu-satunya yang berani memakai embel-embel Sunda di belakang nama partai politiknya.

Semua partai bernuansa Sunda tegas Tjetje, tidak ada yang berani memakai nama di belakangnya kalimat Sunda, hatta Paguyuban Pasundan (PP yang besar. Saat itu PP mendirikan Parki (Partai Kebangsaan Indonesia).

“Saat Gan Ema di Gerpis Saya murid politik satu-satunya beliau, usia saya saat itu sekitar 20 tahunan. Pada saat itu tidak ada yang berani tokoh Sunda menamai partainya memakai embel-embel Sunda,” tegas Kang Tjetje akrab disapa saat wawancara ekslusif menjelang beberapa jam deklarasi lahirnya kembali Gerpis (27 Desember 2017).

Hubungan tokoh Sunda tandas Kang Tjetje, sedang tidak harmonis dengan Jakarta. Semua takut dicap sebagai provinsialisme (fanatik kesundaan). Hanya Sutsen dan Gan Ema yang berani.

Ia menambahkan suasana politik sejak pemilu 1955 ternyata tidak berjalan mulus, hubungan tokoh Sunda dan Jakarta juga tidak semakin baik jika tidak dikatakan memuncak dengan lahirnya Kongres Pemuda Sunda 1956.

Gerakan Pilihan Sunda 2017

Spirit Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis), tahun 2017 muncul kembali (reborn) setelah sekitar hampir setengah abad dalam pergerakkan dan perpolitikan di Indonesia tidur nyenyak tidak kedengaran lagi.

Terutama setelah pada Kongres Daya Sunda (4 Januari 1969) ditetapkan Daya Sunda yang membidani Gerpis (1955), sudah tidak berkiprah lagi di bidang politik, dan hanya menggarap bidang-bidang kebudayaan/kesenian, pendidikan, ekonomi dan sosial

Kesadaran kolektif dan semangat tokoh Sunda melihat fenomena, pergulatan, perjalanan, pergerakkan dan perjuangan tumbuh kembali memasuki tahun 2018 atau akhir tahun 2017.

Banyak pekerjaan rumah di lemah cai atau sarakan Sunda yang harus mendapat perhatian serius, orang Sunda kiwari yang cenderung statis, terutama dalam pergerakkan politik orang Sunda di Indonesia.

Persoalan yang kasat mata dihadapi orang Sunda kiwari, minimnya wakil rakyat yang bisa masuk di Senayan Jakarta dan Bandung, hingga sekarang (baru menjadi orang dua/wakil presiden) belum kedengaran lagi partai Sunda yang berani seperti Gerpis dan melahirkan tokoh sekaliber Sutisna Senjaya dan Raden Ema Bratakusuma lebih dikenal dengan Gan Ema, juga sederet tokoh Sunda lainnya yang tergabung dalam wadah perjuangan Daya Sunda.

Hanya saja Gerpis Reborn 2017 berbeda dengan Gerpis 1955. Lahirnya kembali Gerpis 2017 dengan spirit Pajajaran Anyar “Uga Ngawaruga gumelarna Putra-Putri Pajajaran di buana geusan ngadegna kejayaan Nusantara,”

Lebih mengedepan dialog intelektual (dialektika) dan gerakan budaya, serta tidak masuk ke ranah politik praktis. Namun tetap konsinten dibawah bingkai NKRI dengan motto “Membela Indonesia Melindungi Nusantara

Penandatangan dekrasi Gerpis 2017 dari 50 perwakilan tokoh Tatar Sunda Jawa Barat (Foto: Muhammad Ibda

Sebanyak 50 deklarator Gerpis 2017 perwakilan tokoh dan elemen Sunda dari Banten, DKI dan Jabar Gerpis 2017 dideklarasikan di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat Bandung Rabu 27 Desember 2017.

Isi Deklarasi

1. Demi mencetak sejarah kehormatan Bangsa Indonesia, kami putra-putri Pajajaran Anyar menyatakan Wangsit Prabu Siliwangi merupakan sumber inspirasi dan alat analisis terhadap kondisi obyektif kekinian yang efektif digunakan sebagai strategi untuk memimpin kebangkitan Indonesia melalui penegakkan prinsip-prinsip Pajajaran Anyar untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta memelihara ketertiban dunia.

2. Demi memastikan kokohnya persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka kami putra-putri Pajajaran Anyar menyatakan bahwa setiap warga negara dan Ki Sunda harus siap menjadi Garda Terdepan dalam menjaga pilar-pilar dan ukhuwah NKRI

3. Kepada seluruh elemen warga Negara dan khususnya orang Sunda pangumbaraan, Sunda diaspora dan pejuang paku sarakan, kami putra-putri Pajajaran Anyar menyerukan untuk mendukung cita-cita, misi dan strategi Gerakan Pilihan Sunda di setiap front perjuangan politik, ekonomi, budaya, kebangsaan dan keutamaan demi tercapainya tujuan negara berdasarkan UUD 1945, Pancasila dan Wawasan Nusantara dibawah kepemimpinan dan ketokohan putra-putri terbaik Pajajaran Anyar.

Ketua Gerpis Andri Perkasa Kantaprawira menegaskan Gerpis dengan spirit Pajajaran Anyar mendorong semua tokoh Sunda untuk bersama-sama memikirkan nasib orang Sunda ke depan.

“Sudah saatnya Sunda sa-Pajajaran memikirkan bangsa Sunda ke depan demi keutuhan bangsa Indonesia dan memberikan kontribusi tidak hanya untuk suku bangsa Sunda, tapi seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia,” tegas Andri.

Kini usia Gerpis 2017 dengan usianya sebentar lagi genap 7 tahun (lahir kembali 27 Desember 2017) masih tetap eksis kendati berbeda dengan Gerpis 1955 dalam sokongan dana didukung penuh oleh Gan Ema.

Gerpis 2017 pelan tapi pasti banyak melahirkan ide dan gagasan tetap masih bertahan hingga sekarang. Kendati Gerpis 2017 terdengar sayup-sayup, saatnya Gerpis 2017 diperlukan orang semacam Gan Ema, pengusaha yang haat ka Sunda, terkenal dengan pernyataannya “Sagalana keur Sunda” (Prof Dr Edi S Ekajati: Nu Maranggung dina Sajarah Sunda)

Diakui ataupun tidak, rencana Kongres Sunda II (tidak atau belum jadi), Forum Sunda Ngahiji (FSN). Majelis Musyawarah Sunda (MMS), dan kegitan kesundaan lainnya, tidak lepas dari peran seorang AndriPerkasa Kantraprawira

Kini Gerpis dengan pupuhunya Andri Perkasa Kantraprawira tetap aktif dalam berbagai kegiatan yang bernafaskan Sunda.

 

Judul: Gerakan Pilihan Sunda 1955 dan Gerakan Pilihan Sunda 2017, Apa Bedanya?
Penulis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *