Dialog Merajut Harmoni Membangun Koloborasi

Kegiatan ini diinisiasi oleh Yayasan Siliwangi Mustika Nuswantara bersama PT Elitis Daya Media (EDM)

Suasana acara Dialog Merajut Harmoni Membangun Koloborasi yang berlangsung pada Minggu (27/04/2025) di Hotel Grand Savoy Homann, Kota Bandung - (Sumber: AZM)
Suasana acara Dialog Merajut Harmoni Membangun Koloborasi yang berlangsung pada Minggu (27/04/2025) di Hotel Grand Savoy Homann, Kota Bandung - (Sumber: AZM)

MajmusSunda News, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (27/04/2025)Yayasan Siliwangi Mustika Nuswantara bersama PT Elitis Daya Media (EDM) menggelar acara “Dialog Merajut Harmoni Membangun Koloborasi: Bersinergi Dalam Harmoni sebagai Wadah Pemahaman Budaya dan Inspirasi Spirit Identitas Asia-Afrika”. Kegiatan ini berlangsung pada Minggu (27/04/2025) di Hotel Grand Savoy Homann, Jln. Asia-Afrika No. 112, Kota Bandung. Tujuannya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas, berbudaya, dan sejahtera.

Menurut Ketua Pelaksana Kegiatan sekaligus owner PT Elitis Daya Media (EDM), Hj. Elimayanti Padmawijaya atau akrab disapa Hj. Elly, acara dialog tersebut dilaksanakan secara online dan offline dalam rangka halal bihalal Syawal 1446 Hijriah dan partisipasi peringatan Platinum Jubilee Of The Asian African Conference – Reviving The Spirit Of Bandung 2025.

Hj. Elimayanti Padmawijaya, Ketua Pelaksana Kegiatan sekaligus owner PT Elitis Daya Media (EDM) - (Sumber: AZM)
Hj. Elimayanti Padmawijaya, Ketua Pelaksana Kegiatan sekaligus owner PT Elitis Daya Media (EDM) – (Sumber: AZM)

“Semangat merajut harmoni berarti memiliki semangat untuk menciptakan dan menjaga kerukunan, kebersamaan, dan persatuan dalam suatu komunitas atau masyarakat,” ungkap Hj. Elly, “Ini adalah upaya untuk membangun hubungan yang positif dan damai, di mana perbedaan dipahami dan dihargai. Hal ini bukan hanya penting bagi individu dan keluarga saja, tetapi juga bagi masyarakat atau bangsa secara umum,” tambahnya.

Menurut owner PT Elitis Daya Media tersebut, kini sudah saatnya bangsa kita tidak lagi terus tertegun dan terperangah, serta merasa terseok dalam kesadaran budaya, tetapi harus sudah siap berlari kencang dan bersaing.

Suasana acara Dialog Merajut Harmoni Membangun Koloborasi yang berlangsung pada Minggu (27/04/2025) di Hotel Grand Savoy Homann, Kota Bandung - (Sumber: AZM)
Suasana acara Dialog Merajut Harmoni Membangun Koloborasi yang berlangsung pada Minggu (27/04/2025) di Hotel Grand Savoy Homann, Kota Bandung – (Sumber: AZM)
Foto depan (dari kiri ke kanan): Hj. Elimayanti Padmawijaya, Hajah Anak Agung Ngurah Sri Artini, dan Mayjen TNI (Purn.) Asep Kuswani – (Sumber: AZM)
Foto depan (dari kiri ke kanan): Hj. Elimayanti Padmawijaya, Hajah Anak Agung Ngurah Sri Artini, dan Mayjen TNI (Purn.) Asep Kuswani – (Sumber: AZM)

“Dalam dunia yang sedang mencari arah, dunia menanti suara dari Bandung. Semoga ini bukan panggung terakhir yang kita sia-siakan. Insya Allah,” ujar Hj. Elly dengan pandangan optimis.

Hj. Elly menuturkan, Unity in Diversity atau persatuan dalam keberagaman bagi Indonesia saat ini mungkin sudah mulai terusik. Menurutnya, keberagaman di Indonesia bisa menjadi isu yang sensitif, mulai dari konstelasi politik sampai dengan kagetnya masyarakat Indonesia terhadap sosial media. Bahkan, sekarang isu mengenai mayoritas dan minoritas sangat menggema di Indonesia. Tentu kenyataan ini sungguh meresahkan.

“Sebanyak kurang lebih 1.331 kelompok suku dan 652 bahasa daerah di Indonesia. Jika Indonesia hanya tentang mayoritas dan minoritas saja, tentu Indonesia tidak tidak akan berdiri kokoh hingga saat ini. Ketika dalam suatu negara minoritas tertindas, berarti ada yang salah dengan mindset di negara ini,” ujar Hj. Elly.

Sementara itu dalam paparannya, Pembina Yayasan Siliwangi Mustika Nuswantara (Simustara) dan Juga Ketua Dewan Pembina Paguyuban Asep Dunia, Mayjen TNI (Purn.) H. Asep Kuswani, S.H., M.Si.Han., mengatakan bahwa menurut pandangannya, kepemimpinan yang diidolakan baginya hanya dua, yaitu pertama kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan kedua kepemimpinan Prabu Siliwangi.

Mayjen TNI (Purn.) H. Asep Kuswani, S.H., M.Si.Han.,Pembina Yayasan Siliwangi Mustika Nuswantara (Simustara) dan Juga Ketua Dewan Pembina Paguyuban Asep Dunia - (Sumber: AZM)
Mayjen TNI (Purn.) H. Asep Kuswani, S.H., M.Si.Han.,Pembina Yayasan Siliwangi Mustika Nuswantara (Simustara) dan Juga Ketua Dewan Pembina Paguyuban Asep Dunia – (Sumber: AZM)

Menurut Mayjen TNI (Purn.) H. Asep Kuswani, semasa hidup dan pada masa kepemimpinannya, Nabi Muhammad SAW memegang teguh empat sifat yang melekat pada dirinya, yaitu: sidik, amanah, tablig, dan fatanah.

Pertama Sidik, artinya jujur. Kejujuran adalah sikap utama yang selalu dipegang Nabi Muhammad SAW dalam memimpin. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat jujur dan jauh dari dusta.

Kedua Amanah, artinya mampu menjalankan sekaligus menjaga kepercayaan yang diembankan di pundak secara profesional. Sikap amanah sudah mengakar kuat pada diri Nabi Muhammad SAW semenjak beliau masih muda. Sifat amanah ini juga yang seharusnya dimiliki orang yang ingin menjadi pemimpin.

Ketiga Tabliq yaitu menyampaikan kebenaran dan berani mengungkap kebatilan. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW ditopang oleh sikap transparansi, keterbukaan, dan selalu menyuarakan kebenaran, apa pun risikonya.

Seorang pemimpin harus memiliki sifat tablig. Selain berani menyuarakan kebenaran dan berani dinilai secara kritis oleh rakyat, pemimpin yang tablig juga tidak bisa dibeli dengan kekuatan apa pun. Tegas dalam pendirian dan tegar dalam prinsip membela kebenaran.

Keempat, Fatanah artinya cerdas. Kecerdasan, kemampuan menguasai persoalan dan mengatasi masalah mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Nabi Muhammad SAW dalam memberikan arahan, menentukan kebijakan, dan mengambil keputusan selalu mendasarkan pandangan beliau pada ilmu.

Seorang pemimpin harus cerdas dan berilmu sehingga kelak mampu melahirkan kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan rakyat, bukan kebijakan yang merugikan dan menyengsarakan rakyat banyak.

Kemudian Mayjen TNI (Purn.) H. Asep Kuswani juga menjelaskan tentang kepemimpinan Prabu Siliwangi selalu diidentikkan dengan seekor harimau.

“Lambang kepala Harimau itu salah satu yang ada dalam Mustika Siliwangi, di antaranya memiliki khodam Aura yang sangat luar biasa, disegani oleh seluruh makhluk yang dilambangkan seperti harimau, senjatanya adalah  dua buah buah kujang dan intan mutiara merupakan hati yang penuh dengan kesucian dalam pengabdian kepada rakyatnya,” ungkap purnawiran jenderal bintang dua tersebut dengan penuh filosofis.

Dari kesemuanya itu, tambah  Mayjen TNI (Purn.) Asep Kuswani, menjadikan kerajaan yang subur makmur, Gemah Ripah Loh Jinawi adalah perjuangan masyarakat sebagai bagian bangsa Indonesia yang bercita-cita menciptakan ketenteraman, perdamaian, kesuburan, keadilan, kemakmuran, dan tata raharja, serta mulia.

Peserta dialog lainnya yang ikut berbicara adalah Ari Mulya Subagja Husen atau akrab disapa Kang Ari.  Pupuhu Agung Dewan Karatuan Majelis Adat Sunda tersebut menyampaikan betapa pentingnya seluruh komponen bangsa untuk melaksanakan amanah UUD 1945 dan Pancasila menyoroti tentang mencerdaskan kehidupan bangsa hanya diartikan sebagai bangsa Indonesia, harus sekolah setinggi-tingginya.

Ari Mulya Subagja Husen atau akrab disapa Kang Ari,  Pupuhu Agung Dewan Karatuan Majelis Adat Sunda - (Sumber: AZM)
Ari Mulya Subagja Husen atau akrab disapa Kang Ari,  Pupuhu Agung Dewan Karatuan Majelis Adat Sunda – (Sumber: AZM)

“Ini Bablas! Yang harus cerdas adalah kehidupan bangsa Indonesia. Bukan individu bangsa Indonesia. Kalau kecerdasan diukur dari individu sekolah tinggi. Kita malu, di Sukamiskin enggak ada lulusan SMA, rata-rata S2. Harus sekolah S apalagi kita? Akhirnya dibui,” ujar Kang Ari.

Budayawan Sunda tersebut juga menyoroti tentang isi pembukaan UUD 1945 yang menyatakan ”Merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur” yang sampai saat ini masih berupa slogan, belum menjadi kenyataan.

“Bagaimana kita bisa mewujudkan merdeka, bersatu, berdaulat, adil,dan makmur kalau cara-caranya yang sudah dituliskan pada Pancasila dan UUD 1945 ini tidak dipakai,” tandas Kang Ari.

Pembicara lainnya, Prof. Dr. H. Muhammad Asdar, S.E., M.Si. CWM, Guru Besar FEB-Unhas yang hadir secara online sangat mendukung adanya dialog semacam ini, “Saya percaya dan yakin acara dialog ini sangat bermanfat. Saya orang bugis yang jauh dari Bandung merasa dekat dengan budaya Sunda karena saya pernah kuliah dan menyelesaikan S3 saya di Unpad. Tentunya acara semacam ini perlu dipertahankan karena dialog ini sangat bermanfaat dalam kehidupan bangsa dan negara.”

Sementara itu peserta dialog lainnya, Lukman Budiman dari Iluni Universitas Indonesia Wilayah Jawa Barat, menyoroti pentingnya pendikan kebudayaan, “Kalau Kementerian Pendidikan punya sekolah, kalau Kementerian Agama punya sekolah  maka Kementerian Kebudayaan harus membuat sekolah juga, maksudnya sekolahnya bukan yang ada kurikulumnya, tapi dibuat sekolah adat. Mungkin di Bali ada, mungkin di Sumatera Barat ada, mungkin di Sunda ada ya. Nah itu harus dihidupkan dan itu harus diakui negara sebagai isntitusi resmi untuk mendidik sumber daya manusia Indonesia.”

Salah seorang peserta yang hadir secara offline, Lukman Budiman dari Iluni Universitas Indonesia Wilayah Jawa Barat sedang menyampaikan pendapatnya - (Sumber: AZM)
Salah seorang peserta yang hadir secara offline, Lukman Budiman dari Iluni Universitas Indonesia Wilayah Jawa Barat sedang menyampaikan pendapatnya – (Sumber: AZM)

Kegiatan dialog ini berlangsung secara interaktif, menarik, dan sangat bermanfaat karena membahas tentang pengalaman, masalah, dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari dengan narasumber dan peserta dialog yang berkualitas dan kompeten, seperti dari kalangan akademisi, budayawan, dan praktisi berbagai disiplin/profesi/talenta.

Selain nama-nama yang tadi sudah disebutkan, hadir secara offline Adhitiya Alam Syah atau dikenal dengan julukan Abah Alam. Beliau adalah sesepuh penggiat adat dan budaya Sunda, Juga Anggota Dewan Karamaan Majelis Adat Sunda (MAS) dan Kawargian Abah Alam (KAA) di Kota Bandung.

Hadir juga secara offline: Miranda H. Wihardja,  Pengelola Sistem Penanggalan Tradisional Kalender Sunda dan Pendiri/Pembina Yayasan BESTDAYA (Bengkel Studi Budaya);  Asep Zaenal Mustofa, M.Epid., anggota Badan Pekerja Majelis Musyawarah Sunda (MMS) sekaligus Pemimpin Perusahaan MajmusSunda News; Hj. Anak Agung Ngurah Sri Artin, Dewan Pengawas Yasasan Simustara; Mardiansyah Nugraha, M.A., (Peneliti dan Managing Director di Niskala Institute) yang juga selaku moderator; Dr. Ismet Ruchimat, S.Sen., M.Hum., Dekan FSP ISBI Bandung, Pimpinan/Komponis Kelompok Musik Samba Sunda.

Foto bersama acara Dialog Merajut Harmoni Membangun Koloborasi yang berlangsung pada Minggu (27/04/2025) di Hotel Grand Savoy Homann, Kota Bandung - (Sumber: AZM)
Foto bersama para peserta acara Dialog Merajut Harmoni Membangun Koloborasi yang berlangsung pada Minggu (27/04/2025) di Hotel Grand Savoy Homann, Kota Bandung – (Sumber: AZM)

Peserta yang hadir offline lainnya adalah Ir. H. Rd. Roza Rahmadjasa Mintaredja, M.Ars., Konsultan/Arsitek Senior, Pemerhati Budaya Sunda, Pendiri Lembaga Adat Karatuan Padjadjaran (LAKP); K.H. Thontowi D. Musaddad, M.A., Pimpinan Pondok Pesantren Luhur Al-Wasilah, Kabupaten Garut; Forum Silaturahmi Keraton Nusantara; Eduhub Indonesia; Majlis Adat Sunda; Sahabat Museum KAA.; Artis Cantik Kota Bandung; Karang Taruna Kabupaten Bandung, dan lain-lain.

Hadir secara online adalah Prof. Dr. Haryono Suyono, M.A., Ph.D. Kepala BKKBN Periode 1983-1998 (Bapak KB Nasional) dan Menko Kesra dan Taskin 1998-1999; Dr. Dra. Ir. Hj. Eni Sumarni, M.Kes., Pelestari Budaya Sunda/Pinisepuh MMS;  Dr. Deny Rismansyah, S.H., M.Si. (Dosen dan Pengamat Kebijakan Publik).

***

Judul: Dialog Merajut Harmoni Membangun Koloborasi
Reporter: Asep Zaenal Mustofa (AZM)
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *