Dalam Kondisi Ekonomi Negara yang Parah, Perlunya Mengubah Kompetensi Sumber Daya Manusia Menjadi Sumber Daya Insani

Artikel ini ditulis oleh: Dr. Ernawan S. Koesoemaatmadja

Ilustrasi: Beberapa pekerja sedang bekerja merakit mobil di sebuah perusahan industri otomotif - (Sumber: Bing Image Creator AI)
Ilustrasi: Beberapa pekerja sedang bekerja merakit mobil di sebuah perusahan industri otomotif - (Sumber: Bing Image Creator AI)

MajmusSunda News, Sabtu (07/12/2024) – Artikel berjudul “Dalam Kondisi Ekonomi Negara yang Parah, Perlunya Mengubah Kompetensi Sumber Daya Manusia Menjadi Sumber Daya Insani” ini ditulis oleh: Dr. Ernawan S. Koesoemaatmadja, M.Psi., M.B.A., CIQA., CQM., CPHRM., Anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Keadaan yang dialami negara kita dewasa ini, tidak ada padanannya di dunia. Semakin banyak industri dan pabrik kolaps dan semakin banyak kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi dalam jutaan buruh, malah mungkin siapa tahu nanti kita ini  juga akan terkena imbasnya.

Keadaan tersebut harus diantisipasi oleh para buruh dan pengelola sumber daya di perusahaan dengan mempersiapkan langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan. Jangan sampai ada korban PHK berjatuhan, apalagi dengan derasnya tenaga kerja asing (TKA) datang dari China yang merebut hak kerja pribumi Indonesia.

Dr. Ernawan S. Koesoemaatmadja, M.Psi., M.B.A., CIQA., CQM., CPHRM.
Dr. Ernawan S. Koesoemaatmadja, M.Psi., M.B.A., CIQA., CQM., CPHRM. – (Sumber: Koleksi pribadi)

Situasi saat ini membuat sebagian di antara kita secara otomatis melakukan penghematan di segala bidang, seperti training and development dan program pengembangan lainnya. Bahkan, mungkin mem-PHK-kan karyawan kita yang potensial.

Jika keadaan ini kita biarkan terus berlarut larut maka kompetensi kita semakin menurun sehingga pada saat ekonomi kita membaik, kita tidak memiliki sumber daya yang updated, kita tidak bisa menjawab tantangan persaingan bisnis yang semakin meningkat, yaitu era pasar bebas  dan peluang pun bisa lepas dari tangan kita.

Secara geografis Indonesia diberkahi sumber daya alam yang melimpah, serta para pejabat yang katanya cerdas. Namun, kenyataanya Indonesia sampai saat ini stagnan karena mentalitas dan perilaku pejabat dan masyarakat yang tidak kunjung berubah.

Kita semua sekarang  harus segera mampu mengubah pola pikir, dari yang sibuk memikirkan diri sendiri dan kelompok, saling menghancurkan, cepat puas dengan hasil sangat minimal, segan dan malas meningkatkan produktivitas dan daya saing, serta terbelenggu dengan berbagai aturan.

Di samping itu Indonesia memiliki banyak culture, sulit dipadukan, masing masing memiliki kelebihan dan sekaligus kekurangan, didukung oleh faktor berlimpahnya sumber daya alam (SDA). Namun, di sisi lain tidak menghiraukan pengembangan mutu sumber daya manusianya. Masyarakat kita kemudian cenderung pemalas, tidak menghargai waktu, fatalistik dan nrimo ing pandum. Ironisnya, kebijakan kebijakan pemerintah selama ini cenderung lebih mengeksploitasi sumber sumber yang ada, terlebih sumber daya alam.

Pabrik perakitan mobil
Ilustrasi: Para pekerja sedang merakit mesin mobil di sebuah perusahaan otomotif – (Sumber: Bing Image Creator AI)

Pembangunan ekonomi yang seharusnya berbasis pada pertumbuhan ekonomi rakyat, malah tidak memberi ruang yang cukup untuk masyarakat, berkompetisi meningkatkan daya saing. Pemerintah lebih mengutamakan pinjaman dana dan modal asing yang sangat mengikat dan menjerat leher bangsa untuk membangun Infra struktur dan pembangunan fisik bagi kepentingan segelintir orang dan kelompok (oligarki) daripada meningkatkan dan memberdayakan kemampuan daya saing SDM Indonesia, terlebih carut marutnya marwah pendidikan yang tidak ada culture value-nya.

Struktur birokrasi yang selama ini dibangun, kurang mendukung upaya upaya pengembangan produktivitas dan daya saing bangsa.

Kita terjerembab dan tersungkur sistem birokrasi patrimonial yang begitu digjaya. Birokrasi seperti ini lebih mengapresiasi pola hubungan askriptif, partikulatif, dan afectif, daripada budaya silih asah, silih asih, dan silih asuh yang berisi culture value, work design, review, reward, training & development, inf.technology, team building dan leadership.

Di sisi lain masih banyak masalah pengambilan kebijakan publik yang tidak sejalan dengan kepentingan bisnis  dan aspirasi masyarakat dimana governance tidak berjalan (partnership antara pemerintah, rakyat dan sektor bisnis), di mana tadinya untuk memudahkan sektor swasta & ekonomi rakyat sebagai pertumbuhan ekonomi, dan menanggapi tuntutan masyarakatnya agar pemerintah lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan layanan.

Undang-Undang ketenagakerjaan masih menyisakan banyak masalah, begitu pula dengan Undang-Undang perpajakan, dan lain-lain yang kesemuanya masih terdapat kendala untuk memacu perkembangan negara ini.

Tidak ada kata terlambat dalam mengantisipasi persaingan mendatang bagi para pengelola sumber daya dan para pebisnis untuk melakukan transformasi budaya dari SDM yang berpola birokrasi, finance dan waktu, menjadi sumber daya insani (SDI) yang berlandaskan creativity (quality, HRM dan technology), serta identitas kebangsaannya jelas, terlihat pada idealisme (visi), profesionalisme (misi), patriotisme (aksi) selain reformasi diri (etika), pengembangan diri (logika), berjiwa entrepreneur (estetika/dari open bureaucracy menuju entrepreneurship), di samping inward looking menuju outward looking, low timelines menuju high urgency, avoid conflict menuju constructive resolution, dan lain-lain.

Semoga para profesional dan pengelola sumber daya (enam Sumber daya), mampu menggali masalah masalah strategis dalam pemberdayaan sumber daya alam, pada gilirannya dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

***

Judul: Dalam Kondisi Ekonomi Negara yang Parah, Perlunya Mengubah Kompetensi Sumber Daya Manusia Menjadi Sumber Daya Insani
Penulis: Dr. Ernawan S. Koesoemaatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Sekilas info Penulis

Dr. Ernawan S. Koesoemaatmadja, M.Psi., M.B.A., CIQA., CQM., CPHRM., adalah anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS). Penulis pernah bertugas sebagai General Manager HRD, General Manager Accounting – Finance, Direktur HRM & Adm, Serta Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan & Alumni, Wakil Rektor Bidang Keuangan, Asset & Legal.

 

Advertorial

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *