Catatan Lepas: Mengenang Sosok Mursid Widanu Kusumo Pejuang di Ruang Sunyi Kehidupan

Artikel ini ditulis oleh: Ahmad Adib Zain

Foto bersama Mursid Widanu Kusumo (pakai kaus putih) (Sumber: MajmusSundaNews)

MajmusSunda News, Rubrik Artikel/Opini, Kamis (19/12/2024) – Saya mengenal Mursid Widanu Kusumo, anak Melayu keturunan Jawa ini atau kami memanggilnya Sumo, sewaktu dia baru pertama sekali datang ke Bandung dari Tanjungpinang, Kepulauan Riau tahun 1981. Saya telah lebih dulu setahun di Bandung karena masuk IKIP/UPI Bandung angkatan tahun 1980, kami satu kosan di Jl. Picung, Gegerkalong.

Melalui testing penerimaan mahasiswa baru, Mursid masuk Fisip UNPAD 1981, seangkatan dengan antara lain alm. Ferry Mursyidan Baldan. Orangnya sangat cerdas, memiliki daya ingat bak kamus berjalan. Selalu bersemangat, ramah dan ceria, pintar main gitar dan menyanyi… tapi agak malas olah raga, kadang sesekali ikut main sepak takraw yang merupakan permainan tradisi anak Melayu, pesisir.

Semasa mahasiswa kami sama-sama terdampar menjadi anggota HMI, walaupun Mursid tidak aktif. Ketika saya terpilih menjadi Ketua Umum Keluarga Mahasiswa Riau, Komisariat Kepulauan Riau tahun 1984, waktu itu Kepri hanyalah salah satu Kabupaten di Riau, Mursid saya minta menjadi Sekretaris Umum, setelah itu dialah penerus saya menajdi Ketua Umum.

Selama mahasiswa kami sering berdiskusi, berdebat tentang banyak persoalan kemasyarkatan dan kenegaraan dimasa Orde Baru itu. Setelah selesai kuliah, lama kami tidak berjumpa. Saya mendengan dia menjadi wartawan di Galamedia PR Group dan menikah juga dengan rekan sekerjanya, kemudian entah kemana lagi Mursid mengembara. Baru kemudian saya tahu dia menjadi Sekum Persatuan Sepakbola Bandung Raya milik Tri Gustoro, yang kemaren kelihatan takziyah ke rumah duka.

Setelah reformasi 1998 saya aktif di partai, PAN. Saya pula mengajak dia masuk PAN dan kemudian ketika saya menjadi Ketua PAN Jawa Barat 2005- 2010, Mursid saya ajak menjadi Ketua Departemen Humas. Namun tidak lama dia ikut aktif karena dia memang selalu kritis dan senang dengan tantangan baru.

Dalam rentang waktu yang panjang Mursid pun tidak aktif dan jarang kelihatan di acara perkumpulan masyarakat Kepri di Kota Bandung. Sampai suatu hari menjelang Pilpres tahun 2014 secara tidak sengaja bertemu di tempat pemberangkan travel Jakarta – Bandung. Ternyata dia menjadi pengasuh Tabloid GO, yangΒ  banyak pemberitaan sepak bola. Kami diskusi, akhirnya dia mengetahui saya pendukung Prabowo Hatta dia menawarkan untuk memuat iklan kampanye. Ada 2 kali pertemuan, karena saya tidak berwenang, saya menyerah, Dia kelihatan kecewa.

Dalam perjalanan waktu saya mendengar info dia sakit agak parah, kami dengan beberapa teman seperantaun Kepri ke rumahnya, dia kaget. Karena dia tidak mau menyusahkan orang dan “menutup diri” untuk tidak boleh ada yang tahu kalau dia sedang sakit. Pertemuan ini punΒ  dimanfaatkannya dengan semangat untuk berdiskusi banyak tentang persoalan negeri ini dan cerita lain, tentang dunia persepakbolaan kita yang penuh sengkarut, karena dia pernah menjabat Wasekum PSSI.

Mursid manusia langka, dalam sakitnya dia pun terus membangun bisnis bersama istrinya untuk menghidupi banyak UMKM, sektor produk tekstil, antara lain kaus jersey olahraga sampai dengan untuk kaus kampanye politik. Ternyata bakat sosial bisnis ini, model koperasi mengalir dalam diri seorang Mursid karena dia adalah keturunan ke lima dari H. Samanhudi, pendiri Serikat Dagang Islam, info ini baru saya tahu dari kakak iparnya saat saya takziyah di “rumah duka”.

Info dari tetangga sebelum kepergiaannya menghadap Sang Pencipta, Selasa, 17 Desember 2024 dini hari sekitar jam 2. Di rumah Mursid malam itu ada pengajian rutin, dia pergi ke RS Imanuel Bandung diantar sendiri oleh istrinya karena sudah terasa sesak napas, namum tetap masih kuat berjalan. Pengajian terus berlangsung dan tidak berhenti walaupun tuan rumah tidak ada ditempat, karena saat itu Mursid hanya berdua saja, anak-anaknya di luar kota dan di luar negeri. Menunjukkan, bahwa secara keyakinan Islam Mursid meninggal disaat melakukan kebaikan dalam agama.

Mursid Widanu Kusumo adalah keponakan Sutardji Calzoum Bachri, Raja Penyair Indonesia yang terkenal tahun 1980-an. Pernah menjadi Sekum Pengda PSSI Jabar, Biro Humas Koni Jabar ini sangat dekat dengan Arifin Panigoro. Mursid menjadi “Jokowi maniak”, dengan alasan bahwa “orang kecil” seperti Jokowi bisa jadi Presiden, tetapi akhirnya kecewa. Untuk soal ini saya berdebat keras dengan dia, karena memang tidak sejalan namun persahabatan kami tetap baik hingga akhir hayatnya. Kekecewaan terhadap Jokowi dilampiaskannya dengan cara bergabung mendukung Ganjar Mahfud. Ditengah sakitnya, dia tetap kampanye untuk sebuah keyakinannya itu.

“Manusia langka” ini, sempat juga aktif di Yayasan Sekolah Islam Al Azhar Bandung. Dari info DKM Daarul Muhajir dikomplek, Bumi Asri, Marga Asih, Kabupaten Bandung dimana Mursid tinggal; Almarhum panitia pendirian mesjid yang megah dikomplek itu, terkahir dia pula menjadi Ketua Yayasan disitu. Menambah kekaguman saya kepada junior saya yang satu ini, amalnya dalam sunyi tidak terbatas. ( Bersambung, kalau ada yang mau membaca cerita iniΒ  )

 

Bandung, 18 Desember 2024

***

Judul: Catatan Lepas Mengenang Sosok Mursid Widanu Kusumo Pejuang di Ruang Sunyi Kehidupan
Penulis: Ahmad Adib Zain
Editor: Dewi Sekar Uni

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *