Beras Berkutu: Apakah Layak Konsumsi?

Artikel ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja

Penjual beras
Ilustrasi: Pedagang beras di tokonya - (Sumber: Arie/MMS)

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Minggu (16/03/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Beras Berkutu: Apakah Layak Konsumsi?” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Ditemukannya beras berkutu di gudang Perum Bulog Jogjakarta oleh Ketua Komisi IV DPR saat reses ke Daerah Pemilihannya, wajar bila membuat banyak pihak yang terperangah atau geleng-geleng kepala. Tidak sedikit yang bergumam, kok bisa-bisanya ada beras berkutu? Lebih sedih lagi, ada berita jumlahnya cukup besar. Terinformasikan, sekitar 300 ribu ton dari 1,9 juta ton cadangan beras Pemerintah yang berkutu. Memilukan!

Beras berkutu adalah masalah yang sering terjadi dalam penyimpanan beras. Setidaknya ada empat faktor penyebab terjadinya beras berkutu. Keempat faktor tersebut adalah pertama berkenaan dengan faktor penyimpanan. Kelembaban yang tinggi dalam gudang penyimpanan dapat menyebabkan beras menjadi lembab dan berkutu.

Ir. Entang Sastraatmadja
Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Selain itu, suhu yang tidak stabil dalam gudang penyimpanan dapat menyebabkan beras menjadi berkutu. Bahkan penyimpanan beras yang tidak baik, seperti tidak menggunakan wadah yang tertutup atau tidak menggunakan bahan pengawet, dapat menyebabkan beras berkutu. Kedua adalah faktor kualitas beras. Artinya, kualitas beras yang rendah dapat menyebabkan beras lebih mudah berkutu.

Kemudian, kadar air yang tinggi dalam beras dapat menyebabkan beras berkutu. Ketiga, faktor hama seperti kutu beras dan serpis. Kutu beras adalah hama yang dapat menyebabkan beras berkutu. Sedangkan serpis adalah hama yang dapat menyebabkan beras berkutu. Keempat adalah faktor lain, seperti penggunaan bahan kimia yang tidak tepat dalam proses penyimpanan beras dapat menyebabkan beras berkutu.

Atau karena kurangnya pengawasan dalam proses penyimpanan beras dapat menyebabkan beras berkutu. Dengan demikian, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan beras berkutu. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian yang baik dalam proses penyimpanan beras. Pertanyaan kritisnya adalah apakah beras berkutu masih bisa dikonsumsi?

Di satu pihak ada yang menyebut beras berkutu tidak layak dikonsumsi. Beberapa pertimbangannya, karena beberapa alasan seperti berkaitan dengan risiko kesehatan. Pertama, kutu beras dapat menghasilkan alergen yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang. Dan kedua, kutu beras dapat menghasilkan toksin yang dapat menyebabkan keracunan jika dikonsumsi.

Kemudian berhubungan dengan kualitas beras. Artinya, beras berkutu memiliki kualitas yang rendah karena kutu beras dapat merusak struktur beras dan mengurangi nilai giziannya. Kemudian, beras berkutu dapat memiliki bau dan rasa yang tidak enak karena kutu beras dapat menghasilkan senyawa yang tidak diinginkan.

Selain itu, beras berkutu mengundang risiko penyakit. Beras berkutu dapat menyebabkan penyakit seperti gastroenteritis dan diare karena kutu beras dapat menghasilkan bakteri patogen. Bahkan beras berkutu dapat menyebabkan infeksi karena kutu beras dapat menghasilkan bakteri patogen yang dapat menyebabkan infeksi. Oleh karena itu, beras berkutu tidak layak dikonsumsi dan harus dibuang untuk menghindari risiko kesehatan dan penyakit.

Namun begiti, ada juga yang  erpandangan beras berkutu, memang dapat dikonsumsi asalkan telah melalui proses fumigasi yang tepat. Fumigasi adalah proses penggunaan gas atau uap untuk membunuh kutu beras dan hama lainnya yang ada dalam beras. Proses fumigasi dapat membantu menghilangkan kutu beras dan membuat beras menjadi aman untuk dikonsumsi.

Hanya perlu diingat bahwa fumigasi harus dilakukan dengan benar dan sesuai dengan standar yang berlaku. Jika fumigasi tidak dilakukan dengan benar, maka kutu beras masih dapat bertahan dan menyebabkan masalah kesehatan. Oleh karena itu, jika kita ingin mengonsumsi beras berkutu, pastikan bahwa beras tersebut telah melalui proses fumigasi yang tepat dan aman.

Kalau betul beras berkutu yang ditemukan Ketua Komisi IV DPR di Gudang Perum Bulog Jogjakarta, disebabkan oleh Tata Kelola Penyimpanan gabah/beras yang ala kadarnya maka tidak menutup peluang di gudang-gudang Perum Bulog lainnya pun akan menghadapi hal yang tidak jauh berbeda. Masalahnya adalah adakah kejujuran Perum Bulog untuk mengungkapkannya kepada publik?

Hal ini tentu perlu kita cermati dengan seksama. Sebab, kalau terbukti Tata Kelola Penyimpanan gabah/beras oleh Perum Bulog hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban semata maka hal ini perlu kita benahi lebih lanjut. Pertanyaannya apakah Perum Bulog bakal mampu “menyimpan” gabah/beras di gudang-gudang jika gabah/beras yang disimpannya sejumlah 3 juta ton setara beras?

Problemnya menjadi semakin rumit, manakala gabah yang harus disimpannya tergolong ke dalam jenos gabah basah ? Apakah gudang-gudang Perum Bulog di seluruh Tanah Merdeka ini merupaksn tempat ysng pantas untuk menyimpan gabah/beras seperti yang diinginkan? Jangan-jangsn, kini banyak gudang-gudang Perum Bulog yang tidak terkelola dengan baik.

Akhirnya menarik untuk dijadikan bahan penelaahan lebih lanjut dengan ditemukannya beras berkutu di gudang Perum Bulog Jogjakarta tersebut. Banyak pihak mempertanyakan, mengapa di gudang Perum Bulog harus ada beras berkutu? Bukankah Perum Bulog telah memiliki prosedur dan proses penyimpanan gabah/beras yang profesional?

Beras berkutu, mestinya tidak ditemukan di gudang Perum Bulog, sekiranya proses penyimpanan digarap secara berkualitas. Apa sih yang jadi kelemahannya, sehingga beras berkutu harus berada di gudang Perum Bulog ? Apakah karena kekurangan anggaran atau karena terbatasnya sumber daya manusia yang melaksanakan di lapangan ? Atau ada faktor ysng lain?

Semoga fenomena beras berkutu ini dapat menjadi bahan pembelajaran kita bersama untuk melakoni penyimpanan gabah/beras yang lebih berkualitas lagi.

Judul: Beras Berkutu: Apakah Layak Konsumsi?
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *