Arus Waktu

Artikel ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif

Ilustrasi arus waktu (Sumber: Bing Image Creator AI)

MajmusSunda News, Selasa (31/12/2024)  Artikel berjudul “Arus Waktu” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Saudaraku, waktu adalah ilusi mental tentang babak kehidupan yang terus bergerak dalam fantasi. Ia tak pernah mau menunggu. Hanya memberi kesempatan drama kehidupan berpentas, lantas berlalu.

Dalam mengarungi ruang-waktu yang terus melesat mengembang, manusia kelelahan berenang di lautan tak bertepi. Perlu titik singgah tempat menarik batas imajiner antara yang layu dan yang laju.

Maka, pergantian tahun adalah titik transit perjumpaan kenangan dan harapan. Sebuah perayaan kecil untuk melepas yang berlalu, dan menyambut kedatangan yang baru.

Tahun lawas berlalu, menorehkan goresan cerita penuh warna. Ada tangis yang mengalir bak hujan deras, ada tawa yang pecah seperti gelombang. Ada mimpi yang terbang tinggi, ada juga yang tersangkut di ranting-ranting kecewa. Tapi semua itu, seperti daun gugur, yang akan menjadi bagian dari tanah tempat kita berpijak.

Kini, di hadapan tahun yang baru, kita berdiri di ambang pintu waktu. Ada harapan yang menggelembung di dada, seperti matahari yang malu-malu muncul di ufuk timur. Ada ketakutan yang membisikkan keraguan, namun keberanian perlahan menutup telinganya.

Pergantian tahun bukan hanya soal angka, tetapi tentang perjalanan jiwa. Tentang keberanian untuk melangkah meski jalan di depan masih berkabut. Tentang keyakinan bahwa setiap malam akan berujung fajar, dan setiap luka akan menemukan sembuhnya.

Maka, biarlah tahun yang baru menjadi kanvas kosong. Biarlah tangan kita yang menggambar, dengan warna-warni yang kita pilih sendiri. Mari kita menari bersama waktu, merangkai hari-hari menjadi puisi indah.

Tahun lawas surut, tahun baru terbit. Semoga yang berlalu jatuh menjadi pupuk. Yang baru bersemi menumbuhkan daun-daun kebahagiaan.

***

Judul: Arus Waktu
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi

Sekilas tentang penulis

Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.

Prof. Yudi Latif
Prof. Yudi Latif – (Sumber: beritaenam.com)

Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.

Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.

Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.

Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.

***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *