Anak-Anak Semesta

Artikel ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif

Prof. Yudi Latif
Prof. Yudi Latif bersama putri-putrinya - (Sumber: Koleksi pribadi)

MajmusSunda News, Rubrik OPINI, Kamis (08/05/2025) Esai berjudul “Anak-Anak Semesta” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Saudaraku, waktu bergegas melangkah dalam senyap. Tanpa riuh tanda, tahu-tahu anak-anakku tumbuh—berkembang dalam pelukan semesta, menempuh orbitnya masing-masing. Mereka hadir membawa cahaya yang berbeda: karakter, kecerdasan, dan bakat yang tak serupa.

Aku tak merasa banyak mendidik mereka. Lingkungan sekolah dan pergaulan yang baik lebih dahulu membentuk adab mereka—lebih halus akhlaknya, lebih civic perilakunya. Bahkan, dalam perkara tertib lalu lintas, mereka kerap mengingatkan bapaknya. Untuk itu, kusampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada para guru dan pembimbing yang telah menjaga cahaya itu tetap bernyala.

Prof. Yudi Latif
Prof. Yudi Latif saat menghadiri acara wisuda putrinya di Universitas Padjadjaran Bandung – (Sumber: Koleksi pribadi)

Tugasku bukan membuat mereka meniru jejak bapaknya, melainkan menumbuhkan keberanian untuk menjadi dirinya sendiri. Bukan sekadar belajar, tetapi juga meluruhkan—dogma, kebiasaan, dan jejak-jejak yang tak patut diwariskan.

Yang kutanam hanya dua hal: bertanggung jawab atas pilihan, dan doa yang tak pernah putus. Sebentuk titipan kepada langit—agar ketika tangan tak lagi menjangkau, kasih Illahi tetap memeluk langkah mereka. Semesta pun membalas dengan kasih.

Matahari Kesadaran, sulung kami, menempuh S1 di ITB, lalu meraih gelar master dari University of Chicago dan American University in Cairo. Kini ia bersiap melanjutkan ke Eropa. Cerlang Gemintang lulus dari MIPA Universitas Gadjah Mada dan kini bekerja sebagai software engineer. Bening Aura Qalby baru saja diwisuda cum laude dari Universitas Padjadjaran. Sementara Binar Aqlia Semesta, si bungsu, insya Allah akan memulai studi S1-nya di Kyoto, Jepang.

Bening Aura Qalby
Bening Aura Qalby, putri Prof. Yudi Latif yang baru diwisuda di Universitas Padjadjaran Bandung – (Sumber: Koleksi pribadi)

Sikapku dengan pencapaian studi mereka cuma bisa bersyukur, tanpa dibarengi kebanggaan yang melambung. Kendati prestasi akademik bolehlah dihargai. Namun, hal yang lebih utama adalah kelulusan dalam menempuh ujian kehidupan karena di ujung perjalanan yang memberi nilai utama pada manusia bukanlah prestasi sekolahnya, melainkan prestasi kehidupannya.

Semoga dari jejak langkah mereka, tumbuh kehidupan yang lebih bermakna, lebih maslahat, dan lebih berkah.

***

Judul: Anak-Anak Semesta
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi

Sekilas tentang penulis

Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.

Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.

Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.

Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.

Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.

***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *