MajmusSundaNews-Karel Frederik Holle, mewariskan banyak hal baik untuk orang Sunda, khususnya di Priangan.
Dari biografinya yang ditulis oleh Tom van den Berge, diterjemahkan oleh budayawan Hawe Setiawan banyak hal yang bisa diungkap. Hawe menuturkan banyak aspek yang dipersembahkan oleh Holle dalam proses modernisasi orang Sunda.
Hal itu terungkap dari diskusi rutinan Yayasan Odesa (25/09/2024). Holle yang lahir 193 tahun yang lalu itu, tepatnya pada 9 Oktober 1829.
Selama di Tatar Sunda Iip D Yahya penulis sejarah kesundaan dan pesantren mengatakan Hole dalam kajiannya lebih menitik beratkan pada hubungannya Sunda dengan Islam.
“Kebijakan Holle sebagai penasehat kehormatan untuk urusan pribumi, dianggap sangat berpengaruh pada perkembangan Islam dalam berbagai aspeknya,” kata Iip.
Iip mencoba mengangkat kembali warisan dari interaksi Holle dengan orang Sunda.Tanah di Jawa bagian barat yang diserahkan oleh Mataram kepada VOC (1755) dan kemudian diambil alih oleh Pemerintah Hindia Belanda, menjadi wilayah penentu kekuasaan Belanda di Hindia.
Belanda kata Iip, ingin segera menghapus pengaruh Mataram di tatar Sunda dengan cara mendorong bangkitnya bahasa dan sastra Sunda.
Di antara tokoh yang berhasil melakukan misi ini adalah Holle. Ia tidak hanya belajar bahasa dan budaya Sunda melainkan bermetamorfosa menjadi orang Sunda. Sampai-sampai kolega Belandanya menjulukinya sebagai “Si Sunda”.
Sedangkan para tetangganya di Cikajang Garut, tempat ia bermukim, menyebutnya Sayid Mohamad Holla.
“Kebijakan utama Holle ialah menggantikan huruf Arab pegon menjadi latin. Hal ini sangat berpengaruh pada kehidupan umat Islam, khususnya di Jawa Barat. Sebuah kebijakan yang menandai awal modernisasi orang Sunda,” kata Iip.
Dengan terciptanya anak-anak terdidik yang menggunakan huruf latin, tutur Iip, lalu mereka menjadi pekerja bagi kepentingan kolonial, secara pelan tapi pasti kelompok Islam yang masih menggunakan huruf pegon, tersisih ke pinggiran.
“Mereka boleh berkembang tetapi tidak bisa masuk dalam sistem birokrasi pemerintahan, kecuali kelak setelah kaum santri ini juga ikut menggunakan huruf latin,” imbuh Iip.
Namun, selain berpengaruh pada perkembangan Islam dan politik Islam, kebijakan Holle juga sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat Sunda.
Iip menambahkan sebuah obituari yang dimuat dalam de Locomotief pada 24 Agustus 1896, memperlihatkan perhatian Holle yang sangat mendalam untuk modernisasi pertanian bumiputera.
Antara lain ia menulis tentang budidaya kopi, budidaya ikan air tawar, budidaya ikan di sawah, pedoman pembibitan padi, pembuatan terasering, dan lain-lain.
“Jika sebagian dari kita masih ingat cerita sebelum tidur Kura-kura dan Monyet, itu termasuk di antara upaya Holle untuk menyediakan buku bacaan sekolah anak-anak pribumi yang didirikan atas usulannya,” kata Iip
Judul: Karel Frederik Holle “Karuhun” Orang Sunda Modern, Disebut Orang Garut Sayid Mohamad Holla
Jurnalis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS