MajmusSunda News, Bandung, Jumat (24/01/2025) – Salah satu topik yang hangat dibahas dalam kunjungan Violet E. Horvath, Direktur Pacific Disability Center (PDC) dari John A. Burn School of Medicine, University of Hawaii at Manoa, adalah pentingnya pertukaran data dan pengetahuan dalam konteks disabilitas dan lansia (DILANS). Dalam dialog ini, Horvath mengungkapkan bahwa kesenjangan informasi dan aksesibilitas terkait DILANS bukan hanya masalah yang dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia, tetapi juga oleh negara maju seperti Amerika Serikat.
Horvath menekankan bahwa marginalisasi warga rentan ini dapat berdampak serius, terutama saat terjadi bencana alam atau hidrometeorologis yang dipicu oleh krisis iklim. Dengan Indonesia yang berada di kawasan Lingkaran Api Pasifik, yang sering kali menghadapi gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami, kesenjangan ini menjadi masalah yang semakin mendesak. Wilayah ini mencakup Samudra Pasifik dengan panjang sekitar 40.550 km, di mana Indonesia termasuk salah satu negara yang sangat rentan terhadap bencana tersebut.
Pada pertemuan yang berlangsung selama dua jam tersebut, turut hadir berbagai pihak dari mitra DILANS Indonesia, termasuk Bandung Heritage, Konsorsium Relawan Bencana Indonesia (KIRBI), Lembaga Pencegahan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama Jawa Barat, Program Studi Geodesi dan Geomatika ITB, Advanced System Computing, Design and Innovation (ASCODI) Lab, serta perwakilan dari Tune Map, yang juga merupakan fellow dari Young South East Asia Leadership Initiative (YSEALI) Reciprocal Project.
Diskusi ini menghasilkan berbagai usulan progresif untuk mendorong kolaborasi lebih lanjut, di antaranya adalah inisiasi pengembangan perpustakaan virtual. Perpustakaan ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan rujukan terkait kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial (GEDSI), yang juga berkaitan dengan dampak krisis iklim dan keberlanjutan. Salah satu prioritas utama yang disepakati adalah pembangunan kapasitas sumber daya manusia dan organisasi, dengan harapan agar pengetahuan ilmiah dan praktiknya dapat meluas dan diterapkan secara lebih efektif di lapangan.
Inisiatif ini sejalan dengan komitmen DILANS Indonesia dan mitra-mitranya untuk mempercepat pemenuhan hak-hak warga DILANS, dengan menekankan pentingnya akses informasi yang terbuka dan inklusif untuk semua lapisan masyarakat. Hal ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan dalam pemahaman dan penanggulangan bencana, serta memperkuat ketahanan masyarakat dalam menghadapi dampak krisis iklim yang semakin kompleks.
Dengan kolaborasi global yang semakin intensif, diharapkan dapat tercipta sebuah jaringan pengetahuan yang mendukung inklusi sosial dan kesetaraan di tengah perubahan iklim yang tidak dapat dihindari.
***
Judul: Dialog Internasional Tentang Pengetahuan dan Perpustakaan Virtual untuk DILANS: Mendorong Akses dan Kesetaraan di Tengah Krisis Iklim
Jurnalis: Farhan Helmy
Editor: Jumari Haryadi