MajmusSunda News, Kolom OPINI, Minggu (23/03/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Credit Union di Kalimantan Barat: Implikasi untuk Transformasi Ekonomi Indonesia Berbasis Solidaritas?” ini ditulis oleh: Prof. Dr. Ir. H. Agus Pakpahan, M.S., Anggota Dewan Pini Sepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS) dan Rektor IKOPIN University Bandung.
Dalam tulisan ini kita mencoba menarik implikasi andaikan Credit Union (CU) yang berkembang di masyarakat Dayak, berkembang pula di Indonesia secara keseluruhan. Apa yang akan terjadi? Semoga bermanfaat dan salam koperasi selalu
***
Di tengah gempuran lembaga keuangan besar dengan segala kilauannya, Credit Union (CU) hadir membawa filosofi yang berbeda—filosofi yang menekankan solidaritas, keadilan, dan pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas. Tidak seperti Bank atau Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang berorientasi pada keuntungan dan investor, CU berakar pada prinsip koperasi: demokrasi, partisipasi, dan kebersamaan. CU berdiri untuk melayani kebutuhan anggotanya, bukan untuk mengejar laba sebesar-besarnya.
Sebagai koperasi, setiap anggota CU memiliki hak suara yang sama, terlepas dari jumlah simpanan mereka. Inilah esensi demokrasi ekonomi yang menjadi dasar berdirinya CU di seluruh dunia.
Keuntungan CU bukan dibagikan ke pemilik saham, tetapi kepada anggota melalui Sisa Hasil Usaha (SHU). Dengan prinsip ini, CU menciptakan sistem keuangan yang lebih adil dan inklusif, terutama bagi mereka yang sering kali diabaikan oleh sistem perbankan konvensional.

Awal Perkembangan CU di Dunia
Perjalanan CU dimulai di Jerman pada abad ke-19 melalui sosok seperti Friedrich Wilhelm Raiffeisen dan Hermann Schulze-Delitzsch, yang menciptakan model keuangan berbasis koperasi untuk membantu masyarakat miskin. Gerakan ini kemudian menyebar ke Kanada, dipelopori oleh Alphonse Desjardins, dan akhirnya sampai ke Amerika Serikat. CU pertama di AS, St. Mary’s Bank Credit Union, berdiri pada tahun 1908.
Setelah Perang Dunia II, CU menemukan pijakannya di negara-negara berkembang. Dengan dukungan dari organisasi seperti World Council of Credit Unions (WOCCU), CU menjadi alat untuk melawan kemiskinan dan memperkuat ekonomi komunitas.
Masuknya CU ke Indonesia
Indonesia mengenal CU pertama kali melalui seminar di Bangkok pada tahun 1963. Dari sana, misionaris Katolik seperti Pater Carolus Albrecht, SJ, menjadi pionir dalam membawa konsep ini ke tanah air. Tahun 1970-an menjadi momentum penting, ketika CU mulai berkembang secara formal melalui Credit Union Counselling Office (CUCO), yang kemudian menjadi INKOPDIT sebagai induk organisasi CU di Indonesia.
Kalimantan Barat, khususnya, menjadi pusat perkembangan CU di Indonesia. CU seperti Pancur Kasih, Keling Kumang, dan Khatulistiwa Bakti memainkan peran penting dalam pemberdayaan masyarakat lokal. Dengan prinsip gotong royong, CU di Kalimantan Barat membantu anggota mengakses keuangan, memulai usaha, dan melawan praktik rentenir yang merugikan.
Manfaat CU dalam Menanggulangi “Bank Emok”
Di banyak daerah, keberadaan “Bank Emok”—lembaga pembiayaan informal dengan bunga tinggi—menjadi ancaman bagi masyarakat kecil. CU hadir sebagai solusi alternatif yang lebih berkeadilan. Dengan bunga rendah, pendidikan keuangan, dan dukungan usaha, CU membantu anggota keluar dari jerat utang yang memberatkan. Sistem demokrasi dan solidaritas CU juga menciptakan rasa tanggung jawab kolektif, mengurangi risiko gagal bayar.
Propensity to Save Anggota CU di Kalimantan Barat
Anggota CU di Kalimantan Barat menunjukkan propensity to save (kecenderungan menabung) yang cukup tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Berdasarkan estimasi, anggota CU di wilayah ini memiliki propensity to save sekitar 20% dari pendapatan tahunan mereka yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional Indonesia, yaitu 10-15%.
Sebagai perbandingan, rumah tangga di China memiliki propensity to save yang sangat tinggi, yaitu sekitar 30-40%. Tingginya angka di China dipengaruhi oleh budaya menabung yang kuat dan kurangnya jaminan sosial, sedangkan di Indonesia, angka yang lebih moderat mencerminkan fokus pada kebutuhan konsumsi sehari-hari.
Fakta ini menunjukkan keberhasilan CU di Kalimantan Barat dalam mengedukasi anggotanya tentang pentingnya menabung, sekaligus menyediakan sarana finansial yang mendukung pengelolaan keuangan rumah tangga secara efektif.
Mungkinkah Dibangun Federasi CU se-Indonesia?
Gagasan membangun federasi CU di tingkat nasional sangat menarik. Sebuah federasi dapat menjadi penghubung antar CU, memungkinkan mereka berbagi sumber daya, meningkatkan efisiensi operasional, dan memperkuat posisi negosiasi di tingkat kebijakan. Sebagai contoh, federasi ini dapat mengadvokasi kepentingan CU di hadapan pemerintah atau menyediakan pelatihan dan teknologi kepada CU kecil.
Namun, seperti semua ide besar, ini memiliki manfaat dan mudaratnya:
– Manfaat: Federasi dapat meningkatkan daya saing CU, memperkuat solidaritas antar koperasi, dan menciptakan standar pelayanan yang lebih baik.
– Mudarat: Risiko birokrasi yang berlebihan atau perbedaan kepentingan antar CU dapat menghambat efektivitas federasi. Selain itu, pengelolaan federasi yang tidak transparan berpotensi menciptakan konflik.
Menuju Masa Depan CU di Indonesia
Credit Union di Kalimantan Barat telah membuktikan bahwa sistem keuangan berbasis solidaritas dan gotong royong bukan hanya idealisme, tetapi juga solusi nyata bagi tantangan ekonomi lokal. Dengan berkembangnya teknologi dan kebutuhan akan sistem keuangan yang inklusif, CU memiliki peluang besar untuk terus berkembang dan memainkan peran yang lebih besar di tingkat nasional.
Federasi CU se-Indonesia mungkin menjadi langkah berikutnya, tetapi esensinya harus tetap menjaga prinsip koperasi yang menjadi jiwanya: keadilan, demokrasi, dan pemberdayaan. Seperti pepatah koperasi, “Bersama kita kuat, sendiri kita lemah.” Dengan semangat itu, masa depan CU di Indonesia sangat cerah.
“Masalah kita bukanlah kurangnya sumber daya, tapi kurangnya imajinasi” – Arundhati Roy
“Imagination is more important than knowledge” – Albert Einstein
Terima kasih kepada Bapak Masri Sareb Putra, M.A. untuk sharing informasinya dalam penulisan tentang CU di Kalimantan Barat ini.
Disclaimer: Tulisan ini merupakan pandangan penulis, tidak mencerminkan pandangan lembaga dimana penulis bekerja atau terkait.
***
Sumber: Conversation with DeepSeek
Judul: Credit Union di Kalimantan Barat: Implikasi untuk Transformasi Ekonomi Indonesia Berbasis Solidaritas?
Penulis: Agus Pakpahan
Editor: Jumari Haryadi