Alumni SMPN 3 Bantul Angkatan 1983 Kelas C Gelar Syawalan dan Temu Kangen

Putihnya Hatimu, Birunya Rinduku 42 Tahun Baru Bertemu

Syawalan dan Temu Kangen, Sabtu (5/4/2025) siang, alumni SMPN 3 Bantul angkatan 1983 kelas C di “Catering Sari Nikmat Omah Biru” Karasan RT.04 Palbapang, Kec. Bantul, Kab. Bantul, DI. Yogyakarta (Foto: Arus)

MajmusSunda News ,Kabupaten Bantul,Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (05/04/2025) – Alumni SMPN 3 Bantul Angkatan 1983 Kelas C menggelar Syawalan 1446 Hijriah dan Temu Kangen sekaligus halal bihalal untuk mempererat silaturahmi dan persaudaraan bertempat di “Catering Sari Nikmat Omah Biru”  milik salah seorang alumni bernama Bunda Arinda (Kuspindari) yang berlokasi di Karasan RT 04 Palbapang, Kec. Bantul, Kab. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (05/04/2025) siang.  

Bunda Arinda (Kuspindari), Hidayati dan Asep Ruslan (Foto: Arus)

Syawalan 1446 hijriah dipilih sebagai momentum pelaksanaan Temu Kangen alumni SMPN 3 Bantul angkatan 1983 kelas C dibuka oleh pembawa acara Daswati, dilanjutkan pembacaan ayat suci Al Quran oleh Indarsih. Selanjutnya Sambutan Ketua Panitia oleh Supriyanta Trisnaputra, Ikrar Syawalan oleh Suryono, Hikmah Syawalan oleh Ustadz Hartanto, ramah tamah, dan ditutup hiburan organ tunggal.

Supriyanta Trisnaputra selaku Ketua Panitia, kepada jurnalis MajmusSunda News mengatakan, Syawalan dan Temu Kangen alumni SMPN 3 Bantul angkatan 1983 kelas C ini diikuti 23 orang dari total 43 orang (6 orang alumni sudah meninggal dunia). Alumni terjauh yang hadir adalah Hidayati dari Bandung, Jawa Barat.

“Maksud kami mengadakan syawalan ini adalah untuk memenuhi permintaan teman-teman, karena mereka sudah lama sekali tidak bertemu terutama yang jauh-jauh ini mengharapkan sebuah pertemuan yang menjalin silaturahmi yang sudah lama tidak terjalin,” kata Supriyatna.

Pembacaan Ikrar Syawalan oleh Suryono diikuti seluruh alumni (Foto: Arus)

Dengan syawalan ini, kata Supriyatna, diharapkan membersihkan hati, menyucikan hati, setelah berinteraksi dan bersenda gurau di media sosial.

“Untuk tema kali ini yaitu Putihnya Hatimu dan Birunya Rinduku, dengan maksud bahwa, putihnya hatimu itu karena dulu waktu kita masih berinteraksi sejak SMP sampai sekarang ini tetap menjaga kesucian dan tidak saling menyakiti. Kemudian Birunya Rinduku, karena sudah lama kita tidak bertemu,” ujarnya.

Supriyanta Trisnaputra, Hidayati dan Keluarganya dari Bandung (Nabila dan Asep Ruslan) (Foto: Arus)

Menurut Supriyatna, acara ini diharapkan menjadi tombo kangen 42 tahun tidak berjumpa terutama di luar kota Bantul, seperti Ibu Hidayati dari Bandung. Untuk yang di Kota Bantul, alhamdulillah kita sering ketemu.

“Itu maksud dari kami, mudah-mudahan kita semua diberikan kesehatan dan Insya Allah kita bisa dipertemukan lagi pada tahun-tahun yang akan datang. Amiin ya Robbal Aalaamiin,” tutupnya.

Selanjutnya Ustadz Hartanto, dalam tausyiah hikmah syawalan mengusung tema, “Lebaran, Luberan, Leburan, dan Laburan.”

Tausyiah Hikmah Syawalan oleh Ustadz Hartanto (Foto: Arus)

Intisari Tausyah Ustadz Hartanto

Masyarakat Jawa mengenal Idul Fitri dengan istilah “L ebaran”  yang identik dengan ketupat atau dalam bahasa Jawa disebut kupat alias ngaku lepat (mengakui kesalahan). Berikut ini makna dan nilai budaya Idul Fitri dalam masyarakat.

1. Lebaran – Berasal dari kata lebar yang bisa dimaknai selesai. Kata ini menandai berakhirnya puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Selanjutnya, setelah menyelesaikan puasa Ramadhan, umat Islam diwajibkan untuk menunaikan ibadah yakni mengeluarkan zakat fitrah.

Syawalan dan Temu Kangen, Sabtu (5/4/2025) siang, alumni SMPN 3 Bantul angkatan 1983 kelas C di “Catering Sari Nikmat Omah Biru” Karasan RT.04 Palbapang, Kec. Bantul, Kab. Bantul, DI. Yogyakarta (Foto: Arus)

2. Luberan – Berasal dari kata luber yang artinya meluap atau melimpah. Luberan menjadi bagian makna dari Idul Fitri. Hal itu disebabkan pada luberan ada nilai-nilai untuk saling memohon maaf dan kelebihan harta untuk berbagi melalui zakat. Ada beragam ucapan kata-kata Idul Fitri yang intinya bermuara untuk saling memafkan. Mengucapkan permohonan maaf termasuk kaidah adat sehingga hal ini menjadi tradisi yang baik.

3. Leburan – Idul Fitri juga berarti leburan yang berasal dari kata lebur artinya lulur atau mencair. Artinya ketika seseorang telah melakukan luberan maka dosa-dosa antar sesama di leburkan. Kata ini juga bermakna meleburkan dosa-dosa atau diampuni dosa-dosa manusia selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Sehingga sampai pada hari raya Idul Fitri yang berarti kembali suci.

Syawalan dan Temu Kangen, Sabtu (5/4/2025) siang, alumni SMPN 3 Bantul angkatan 1983 kelas C di “Catering Sari Nikmat Omah Biru” Karasan RT.04 Palbapang, Kec. Bantul, Kab. Bantul, DI. Yogyakarta (Foto: Arus)

4. Laburan – Idul Fitri memiliki arti laburan yang berarti pemutihan diri. Laburan berasal dari kata labor atau kapur yang menyimbolkan warna putih. Umat ​​Islam pada hari raya Idul Fitri memiliki simbol putih suci.Oleh karena itu, ucapan pada saat Idul Fitri selalu berupa permohonan maaf lahir dan batin.

 

“Maksudnya, tindakan ini yang harus dilakukan setelah kita lulus berpuasa di bulan suci Ramadhan,” kata Ustadz Hartanto.

 

Judul: Alumni SMPN 3 Bantul Angkatan 1983 Kelas C Gelar Syawalan dan Temu Kangen

Jurnalis: Arus

Editor: Asep Ruslan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *