MajmusSunda News, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (29/12/2024) – PANCAKSUJI sebuah KPLH pada Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Sunda UPI menyelenggarakan DIKLAT ke-35. PANCAKSUJI yang diketuai oleh Qudrotul Iqbal ini melaksanakan DIKLAT LAPANGAN pada 27-29 Desember 2024 di Sukawana, Kecamatan Parongpong, Kabupatén Bandung Barat.
Sebelum turun ke lapangan, KPLH PANCAKSUJI mengadakan DIKLAT TERTUTUP selama tiga hari yaitu pada tanggal 14, 15, dan 21 Desember 2024. Adapun pemateriannya meliputi: kepancaksujian, pengenalan medan (hutan dan gunung), pengenalan latar sosial (pedesaan), tali temali, Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD), manajemen packing dan perjalanan, budaya dan featuring, Ilmu Médan Peta dan Kompas (IMPK), survival dan BZP-SAR.
KPLH PANCAKSUJI juga menerapkan nama leuweung atau nama hutan yang dipilih atau diberikan kepada anggota yang baru dilantiknya. Penyematan nama ini merupakan salah satu pengenalan mereka terhadap leksikon Sunda yang membawa arti dan pengetahuan tentang tumbuhan, hewan, peristiwa, dan budaya Sunda, seperti: hanjuang, ucing, kuuk, japati, bangbung, ingwang, kaliandra, dan lain-lain.

KPLH PANCAKSUJI berdiri pada 1 Desember 1991 dan didirikan oleh Koswara, Yogi Afsa, dan kawan-kawan. Mereka adalah mahasiswa Sunda yang juga Ketua Adat dan anggota PA MAHACITA pada tingkat institusi, IKIP Bandung, ketika itu. Adapun penggagas KPLH PANCAKSUJI adalah Darpan dan almarhum Sule Nurharismana yang merupakan sastrawan dan seniman Sunda dari Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, tahun 1990-an.
Menurut mereka, mahasiswa Sunda dan mahasiswa urang Sunda, seharusnya mengetahui dan menyadari keberadaan alam di sekelilingnya, bahkan mengerti bahwa bahan bahasa dan sastra Sunda adalah dari lingkungan alam sekelilingnya. Hal tersebut yang melandasi berdirinya KPLH ini. Intinya adalah bahwa alam bukan hanya latar untuk bermain, tapi lebih dari itu alam adalah tempat belajar, terutama menumbuhkan kecintaan pada alam Sunda yang semakin hari speciesnya semakin berkurang bahkan hilang (punah).
Memang pada masa IKIP Bandung tahun 80 dan 90-an, hampir di setiap Hima mempunyai kelompok pecinta alam. Bahkan, kelompok yang tertua adalah PA JANTERA yang didirikan pada 1977 oleh T. Bachtiar (kini beliau adalah Ketua Masyarakat Geografi Indonesia dan Dewan Pakar di Majlis Musyawarah Sunda) dari Jurusan Geografi IKIP Bandung. Kehidupan kampus pada masa-masa tersebut sangat militan dan dinamis dengan atmosfer perjuangan dan kepedulian pada alam sebagai bagian dari ekosistem pendidikan.


DIKLAT LAPANGAN KPLH PANCAKSUJI dibuka dan ditutup oleh Prof. Dr. Chye Retty Isnendes, S.Pd., M.Hum. Beliau merupakan anggota PANCAKSUJI senior yang merupakan angkatan ketiga tahun 1993. Beliau juga merupakan mantan Ketua Himpunan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah tahun 1995-1997.
Menurut Chye Retty Isnendes, dirinya merasa bangga masih ada mahasiswa yang mau menjadi anggota pecinta alam di tengah berubahnya peminatan mahasiswa pada seni dan teknologi. Dirinya menangkap fenomena bahwa mahasiswa yang mengikuti diklat-diklat PA di lingkungan kampus UPI dianggap terjadi penurunan yang signifikan dan gairah untuk terjun ke lapangan semakin berkurang saja.

Chye Retty Isnendes menambahkan, penyadaran dan kepedulian terhadap alam seyogyanya ditingkatkan sejalan dengan program dunia mengenai Green Economic yang mengembalikan arus perhatian, terutama ekonomi pada jargon alam hijau dan seimbang. Hal ini juga menurutnya, bersinkronitas dengan program dunia Sustainable Development Goal’s (SDG’s) dengan 17 programnya.
***
Judul: KPLH Pancaksuji Sunda Universitas Pendidikan Indonesia Gelar Diklat ke-35
Kontributor: Chye Retty Isnendes
Editor: Jumari Haryadi