MajmusSunda News-Simpenan, Kabupaten Sukabumi, (8/1/2024) Hujan deras yang mengguyur beberapa hari di Kampung Cikadaka, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Sukabumi mengakibatkan sungai meluap.
Akibatnya jembatan gantung di Kampung Cikadaka ambruk. Menurut warga setempat bencana banjir akhir-akhir ini terjadi paling parah yang pernah terjadi. Banjir tersebut diketahui terjadi karena hujan yang turun berturut-turut selama tiga hari.
“Jembatan roboh sekitar pukul 10.00 atau 11.00 pagi. Fondasinya tergerus air karena banjir kali ini sangat besar. Selama 20-25 tahun saya tinggal di sini, belum pernah melihat air sungai meluap seperti saat itu,” jelas Ruyatman, Kepala Seksi Pelayanan Desa Cidadap.
Kondisi jembatan pasca ambruk Rabu 4 Desember 2024 lalu diterjang derasnya arus sungai karena hujan selama berhari-hari, terpaksa para siswa-siswi SDN Pasir Pogor harus menantang bahaya demi untuk bisa belajar di sekolah.
Mereka harus berjuang melewati derasnya arus sungai agar bisa mencapai sekolah. Terpaksa menyebrang dengan cara turun ke sungai kendati sangat berbahaya dan menentang maut
Jembatan yang belum lama diresmikan itu padahal jadi satu-satunya akses bagi warga dan siswa di sana untuk beraktivitas.
Salah seorang warga akrab disapa Teh Bete menuturkan, sejak jembatan gantung itu terputus, warga dan siswa harus menantang bahaya dan maut setiap hari menyeberangi sungai. Padahal sebelumnya, mereka selalu merasa aman saat jembatan masih kokoh berdiri.
“Sekarang anak-anak sekolah terpaksa menyeberangi sungai lagi, basah-basahan dan berenang lagi. Hanya berjalan dua bulan lebih warga dan anak-anak sekolah bisa menyeberang dengan nyaman, banjir bandang yang datang merusak jembatan,” ujar Teh Bete, kepada awak media Selasa (7/1/2025).
Ambruknya jembatan gantung itu sempat membuat proses belajar mengajar di SDN Pasir Pogor dihentikan.
Hanya saja saat masa libur usai, siswa-siswi harus kembali bersekolah dan mau tak mau harus berjuang melewati sungai dengan menjunjung sepatu dan menyingsingkan celana.
Untungnya, air sungai tidak terlalu dalam. Tetapi jika hujan turun, tak ada yang berani menyeberang karena volume air yang meninggi dan derasnya air sungai.
“Jadi sekitar dua bulanan ya, bisa menikmati jembatan utuh. Lalu karena bencana, anak-anak libur, dan kemarin dengan hari ini kembali mereka berenang dan ada yang digendong untuk menyeberangi sungai. Seperti pagi tadi, sungai agak surut, anak-anak SD diantar menyeberang oleh orang tuanya,” jelas Bete.
“Kalau air pasang atau hujan deras, semua aktivitas itu terpaksa diliburkan,” imbuhnya.
Tidak hanya pelajar, warga yang lainpun seperti para petani juga harus melakukan hal serupa. Bahkan petani sampai harus berenang demi mencapai tujuan.
“Selepas jembatan hilang, semua kembali ke asal. Mereka berjalan lagi melintasi sungai, bahkan ada yang sampai nekat berenang,” kata Bete.
Judul: Jembatan Gantung Ambruk, Siswa SDN Pasir Pogor Sukabumi Terpaksa Sebrangi Sungai Pergi Sekolah
Jurnalis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS