MajmusSunda News, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (18/10/2024) – Artikel dalam Kolom Yudi Latif berjudul “Cendekia Pemburu” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, Anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Saudaraku, alkisah ada sepasang merpati yang sedang bertengger di cabang pohon melihat seorang berpenampilan alim datang sambil mengepit buku di tangan kiri dan tongkat di tangan kanan.
Seekor merpati berkata pada sejolinya, “Mari terbang, orang itu bisa membunuh kita.”
Pasangannya menyahut, “Dia bukan pemburu, tapi ulama. Tak akan membahayakan kita.”

Sang ulama melihat keberadaannya dan seketika memukulkan tongkatnya ke merpati betina, lantas ia sembelih. Merasa dizalimi, pasangannya mengadu kepada Nabi Sulaiman. Ulama itu pun dipanggil ke istana.
“Kejahatan mana yang saya lakukan?” Sanggah sang ulama, “Bukannya daging merpati itu halal,” lanjutnya.
Merpati jantan menimpal, “Saya tahu hal itu halal bagimu, tetapi jika datang untuk berburu, engkau semestinya mengenakan pakaian seorang pemburu. Engkau curang, datang berlaga sebagai ulama.”
Ulama atau ilmuwan itu memang telanjur dinisbatkan sebagai sosok pelindung kemaslahatan umum. Nalarnya memberi lentera di kegelapan; nuraninya memberi oasis di tengah krisis keyakinan. Namun, dalam realitas kekinian, banyak orang berpredikat ulama/ilmuwan dengan kapasitas dan integritas yang telah ditanggalkan.
Banyak orang berpenampilan/berpredikat pandita-cendekia untuk “menjual” ayat dan justifikasi ilmiah dengan harga murah; mengobral gelar akademik pada para petinggi dan pesohor; membenarkan manipulasi politik dengan rekayasa statistika; bertablig dengan disinformasi dan ujaran kebencian. Merajalelanya cendekia palsu membawa bencana dan kemarau keteladanan.
Situasi demikian seakan menggemakan kembali ratapan pujangga agung Keraton Surakarta, R. Ng. Ranggawarsita. Menjelang kematiannya pada 1873, ia menulis Serat Kalatidha (Puisi Zaman Keraguan).
Bait pertama puisi tersebut bersaksi, “Kilau derajat negara lenyap dari pandangan. Dalam puing-puing ajaran kebajikan dan ketiadaan teladan. Para cerdik pandai terbawa arus jaman keraguan. Segala hal makin gelap. Dunia tenggelam dalam kesuraman.”
Pantaslah bila Imam al-Ghazali mengingatkan, “Sesungguhnya, kerusakan rakyat itu disebabkan oleh kerusakan penguasa dan kerusakan penguasa disebabkan oleh kerusakan ulama, sedang kerusakan ulama disebabkan oleh cinta harta dan kedudukan.”
***
Judul: Cendekia Pemburu
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi