Antisipasi Krisis Pangan dan Kedaulatan Pangan Nasional, Pokja Agraria Gerpis Panen Padi Digjaya di Ciherang

“Ketahanan pangan sangat penting bagi negara karena kekurangan pangan berdampak pada berbagai hal, seperti, stabilitas ekonomi, stabilitas nasional, kekuatan negara dan pemenuhan gizi masyarakat,” kata Andri.

Pupuhu Gerpis Andri Perkasa Kantaprawira (paling kiri) bersma Ketua DPN HKTI Dr. Fadli Zon (kelima dari kiri) dan Mantan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (kedua dari knan) bincang-bincang dan penyerahan beras Padi Digjaya di Ciherang, Soreang, Kabupaten Bandung, Rabu, (9/10/2024) (Asep ZM/majmussunda.id)

MajmusSundaNews-Soreang, Kabupaten Bandung, Rabu (9/10/2024)-Pokja Agraria Gerpis (Gerakan Pilihan Sunda) untuk mengatispasi krisi pangan dunia sejak 4 tahun yang lalu mencoba mengembangkan tanaman Padi Digjaya.

Pupuhu Gerpis Andri Perkasa Kantaprawira mengatakan sebagai titik ungkil penting membangun ketahanan dan kedaulatan pangan nasional, Gerpis telah bekerjasama dengan PT. Thara Jaya Niaga yang berpengalaman dalam membaca kelebihan dan kekurangan teknik budidaya dan industrilialisasi beras di mekong country (Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos), India serta China mengembangkan Budidaya Digjaya yang artinya unggul secara jangka panjang dalam persaingan.

“Gerpis mencoba bersumbangsih kepada negara untuk memecahkan masalah krusial dalam pertanian beras dengan budidaya Padi Digjaya,” kata Andri disela panen padi digjaya di Ciherang yang dihadiri  Ketua DPN HKTI Dr. Fadli Zon

Ketua Pokja Agraria Gerakan Pilihan Sunda H. Endang Sulaeman yang juga seorang petani senior menjelaskan titik ungkil yang ditawarkan budidaya Padi Digjaya adalah meningkatkan produktivitas pertanian baik dari hasil per hektar maupun meningkatkan Indeks Pertanaman bisa menjadi 4X satu Tahun, sehingga kalkulasi konservatif hasil Budidaya Digjaya adalah 35 Ton/Ha/Tahun, melebihi rata-rata nasional 11-12 Ton/Ha/Tahun ataupun maksimal hasil di Mekong Country 14-16 Ton/Ha/Tahun.

“Budidaya Padi Digjaya melakukan teknik tabela omol (tanam benih langsung benih banyak) yang berbeda dengan teknik tanam pindah (tandur) serta selanjutnya berdasarkan pengetahuan lokal karuhun dilanjutkan dengan teknik menir/salibu sehingga indeks pertanaman bisa mencapai 4 X/tahun,” kata Endang.

Teknik Budidaya Digjaya ini kata Endang merupakan bauran dari pengetahuan lokal dan pengetahuan akademik.

Pupuhu Gerpis Andri Perkasa Kantaprawira menambahkan ketahanan pangan (food security) dan kedaulatan pangan (food sovereignity) adalah dua isu yang sangat penting dan strategis dalam kuat dan kokohnya suatu negara dalam menghadapi tantangan nasional dan global, karena faktual tidak satupun negara yang dapat melaksanakan pembangunan secara mantap sebelum mampu mewujudkan ketahanan pangan terlebih dahulu.

“Ketahanan pangan sangat penting bagi negara karena kekurangan pangan berdampak pada berbagai hal, seperti, stabilitas ekonomi, stabilitas nasional, kekuatan negara dan pemenuhan gizi masyarakat,” kata Andri.

Ketua DPN HKTI Dr. Fadli Zon (berdiri) sedang memebrikan sambutan saat akan panen Padi Digjaya di Ciherang (Asep ZM/majmussunda.id)

Masalah ketahanan pangan menjadi isu global karena pertumbuhan populasi yang cepat, perubahan iklim dan degradasi lingkungan. Situasi internasional yang panas dibeberapa belahan dunia yaitu di Timur Tengah (Palestina, Iran, Vs Israel) dan Asia Timur (Perang Rusia Ukraina) telah mengakibatkan tidak hanya masalah kemanusiaan tetapi mengakibatkan kegoncangan dalam stabilitas pasokan dan harga energi serta bahan-bahan kebutuhan pokok, yang mana setiap negara harus mampu memperkuat kemampuan nasionalnya secara mandiri dengan cepat untuk mengatisipasi segala kemungkinan terburuk dari situasi internasional yang berkembang.

Negara Indonesia pasca pembangunan yang terencana (Repelita) dan adanya GBHN pada masa Orde Baru yang pada tahun 1984 mencapai Swasembada Pangan, saat ini adalah pengimpor besar kebutuhan pangan, padahal begitu banyak hasil penelitian di bidang pangan bisa merevitalisasi potensi ketahanan pangan yang berbasis modern, berdasar pengetahuan modern maupun pengetahuan lokal (local knowledge) dan berbasis riset atau praksis (teori dan praktek) langsung dari para petani petani ulung di lapangan.

Sektor Pertanian dan pangan dalam 10 tahun terakhir mengalami berbagai permasalahan meliputi : peningkatan jumlah petani miskin; impor bahan pangan dalam jumlah besar untuk beberapa komoditas; penurunan lahan sawah sebesar 1 juta hektar selama 7 tahun; dan proyek food estate yang melanggar empat pilar pengembangan lahan ;

(1) kelayakan tanah dan agroklimat,

(2) kelayakan infrastruktur,

(3) kelayakan sosial ekonomi dan

(4) kelayakan teknologi.

Kedaulatan pangan yang mensejahterakan petani dapat ditempuh melalui reorientasi ekonomi politik kedaulatan pangan yang menggabungkan beberapa kebijakan nasional secara integral yaitu peningkatan kapasitas dan kesejahteraan petani melalui teknik budidaya yang lebih efisien dan produktif, pembangunan kooporasi petani sehingga memperkuat kolektivitas daya tawar petani sebagai produsen dan konsumen (cooperative farming), perlindungan dan kebijakan pemihakan (affirmative policy) bagi petani baik dari aktor ekonomi besar kapitalistik (antara lain land grabbing) dari luar dan dalam, apalagi yang para pemburu rente ekonomi perdagangan dalam dan luar negeri (ekspor-impor), yang mengatur distribusi dan harga pangan.

Visi Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045 yang diwujudkan dalam 8 Misi (Asta Cita) yaitu terutama Asta Ke-2, memantapkan sistem pertahanan dan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau dan ekonomi biru, mendapatkan contoh nyatanya dari Budidaya Digjaya di Ciherang.

Kehadiran Dr. H. Fadli Zon dan para pemangku kepentingan strategis lainnya dalam acara panen ini kata Andri, diharapkan memberi contoh nyata (praksis) titik ungkil untuk kebijakan pangan kedepan, dimulai dari kebutuhan pangan paling pokok yaitu beras.

Presiden Ke-8 RI Bapak Jenderal (Purn) Prabowo Subianto sebagai pemimpin berlatar belakang militer yang cerdas dan tegas membaca lingkungan internasional yang panas dan berbahaya bagi stabilitas global dan nasional semoga dengan dapat menjadikan Budidaya Digjaya ini solusi yang memitigasi untuk ancaman terhadap ketahanan dan kedaulatan pangan, disamping kebijakan-kebijakan terobosan lainnya.

Panen padi Budidaya seluas kurang lebih 7 Ha dilahan seluas 13,5 Ha yang ditanami dua jenis varietas hasil Riset Balai Benih Sukamandi yaitu Varietas Digdaya (7 Ha) dan Varietas Ciherang Sub-1 (setara dengan Nutrient Zinc anti stunting seluas 3 Ha) dihadiri oleh berbagai stakeholder antara Bapak Dr. Fadli Zon Ketua DPN HKTI, Dr. Ir. Suwandi, M.Si (Dirjen Tanaman Pangan), Dr. Puji Lestari (Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN), Ir. Ali Jamil, M.S, PhD (Direktur Serelia Ditjen Tanaman Pangan), Diyan Anggraeni Sugiarto (Direktur Utama PT. Thara Jaya Niaga), Prof Dr Yuddy Chrisnandy (Mantan Dubes RI untuk Ukraina), Dr. Ahmad Heryawan, Lc, M.Si (Anggota DPR RI Dapil II Kabupaten Bandung), M.Q. Iswara (Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat), Mayjen TNI (Purn) Tatang Zaenudin (Pembina Gerakan Pilihan Sunda/Presiden Tani Indonesia), Mayjen TNI (Purn) Deni K. Irawan (Ketua Alumni Lemhanas Jawa Barat), Mayjen TNI (Purn) Dedi Kusnadi Thamin (Pangdam III Siliwangi 2013/Ketua Umum DPKLTS), H. Otong Wiranta Ketua KTNA Jawa Barat, Pimpinan Balai Benih Sukamandi, Utusan Kemeninvest, Drs. Mahpudi Sukirman, MT (Direktur IKAPI Jawa Barat), Rd. Holil Aksan Umarzein (Wakil Ketua IPHI/Pembina Gerpis) dan Ketua Gerakan Pilihan Sunda Andri P. Kantaprawira, S.IP, MM, membuktikan bahwa undangan Gerakan Pilihan Sunda dan PT Thara Jaya Niaga mendapat sambutan positif dari banyak pemangku kepentingan untuk melihat di lapangan apakah benar bahwa teknik Budidaya Digjaya ini dapat dengan segera dalam 1-3 tahun kedepan membangun Ketahanan Pangan Negeri, karena hasil produksinya merupakan nilai lompatan dari 11-12 Ton/Ha/Tahun menjadi 35 Ton/Tahun, artinya bila mengandalkan luasan sawah di Jawa Barat 922.000 Ha dan luasan panen 1,66 juta Ha/tahun maka importasi 3,5 juta padi dari luar negeri dapat ditangani dengan menggunakan lahan sawah yang ada.

Judul: Antisipasi Krisis Pangan dan Kedaulatan Pangan Nasional, Pokja Agraria Gerpis Panen Padi Digjaya di Ciherang
Jurnalis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *