MajmusSundaNews- Ir. R.H. Ukar Bratakusuma, pejuang asal Ciamis. Ia sempat dipercaya menjadi Rektor Institute Teknologi Bandung (ITB/1959), Menteri PU dan Tenaga Kerja (1951-1952). Tidak hanya saja jabatan yang cukup strategis dalam pemerintahan era Soekarno disandangnya.
Sebelumnya Ukar Bratakusuma sempat menjadi Gubernur Jawa Barat (1948-1949) dan menjadi Walikota Bandung ke 14 (1949), dan masih banyak jabatan yang lainnya.
Ukar Bratakusuma, anak ke 5 dari 10 bersaudara. Ukar Bratakusuma adiknya Ema Bratakusuma kakak yang pertama (cikal) yang akrab disapa Gan Ema, keduanya sama-sama pejuang pada masanya
Ir.R.H. Ukar Bratakusumah lahir dari pasangan Rd. Muhammad Bratakusuma dan Ny. Rd. Kusumah Ningrum teureuh Galuh putra dari Rd Wiradijaya, pituin asli Sunda lahir di Kampung. Ciwahangan, Desa. Baregbeg, Ciamis, Jawa Barat. (16 Oktober 1911).
Ukar Bratakusuma dikenal sederhana, selalu bergaul dengan rakyat kecil di sekelilingnya, kendati dilahirkan dari kalangan menak (ningrat).
Kakeknya Ukar Bratakusuma, Rd. Wiradijaya di kampungnya dikenal orang yang berada dari kalangan ningrat, namun sangat santun dengan masyarakat apapun golongannya.
“Di rumah inilah kakek membesarkan saya. Disinilah saya dilahirkan, waktu kecil, saya ikut dengan kakek di Baregbeg, sementara saudara-saudara lainnya tinggal bersama ayahbunda di Purwakarta, di mana ayah bekerja sebagai Mantri Ukur,” kenang Ukar, seperti yang ditulis M. Al Asrar dalam bukunya Seorang Pejuang dan Pelopor Pertambangan.
Waktu itu Desa Baregbeg merupakan desa miskin tutur Ukar, apabila untuk tingkat orang berada seperti saya hanya mampu makan singkong, sulit dibayangkan apa yang dimakan oleh orang-orang miskin. Rupanya demikian sulitnya kehidupan masa-masa itu.
Hal yang masih saya ingat sampai sekarang kenang Ukar, sewaktu kecil, setiap hari selalu makan singkong (orog:Sunda red/singkong diiris-iris kecil), dengan lauk pauk ampas kecap.
Kakek saya tergolong orang berada di Kampung Ciwahangan, memiliki sebidang sawah, kolam ikan, bahkan kendaraan berupa delman yang ditarik kuda.
Sungguhpun demikian sambung Ukar, keluarga Rd. Wirajaya sangat berpegang teguh kepada adat leluhur.
Budi pekerti termasuk tatakrama, yang diperoleh turun temurun selalu ditanamkan kepada saya dan saudara yang lain.
Namun, untuk bergaul dengan lingkungan, saya mendapat wejangan khusus agar tidak membeda-bedakan orang.
Kakeknya Wiradijaya, dikenal menempa anak dan cucunya sangat keras dalam soal adat leluhur, yang diperolehnya secara turun-temurun, yaitu etika. Bagaimana bersikap dan bertingkah laku. Pangkat, harta kekayaan tidak pernah dipentingkan.
Judul: Ukar Bratakusuma Pejuang Asal Ciamis, Sempat Jadi Rektor ITB dan Menteri PU Era Soekarno
Jurnalis: Adung Ilham Setiadi
Editor: AIS












