MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Selasa (03/06/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Peran Bulog Menuju Swasembada Beras Berkelanjutan” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Dicermati dari perkembangannya, sepertinya ada dua kondisi swasembada yang akan kita hadapi dalam dunia perberasan di negeri ini. Kedua hal tersebut adalah swasembada beras ‘on trend’ dan swasembada beras permanen atau berkelanjutan. Bagi bangsa kita, sampai sekarang masih belum mampu mewujudkan swasembada beras yang permanen. Kita baru mampu meraih swasrlembada beras yang sifatnya ‘on trend’.

Swasembada beras “on trend” artinya kemampuan sebuah negara untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri secara mandiri, tapi hanya bersifat sementara atau tidak berkelanjutan. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan situasi di mana produksi beras melimpah karena faktor-faktor tertentu seperti cuaca yang mendukung, tapi tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang.
Contoh swasembada beras “On Trend” di Indonesia, pertama pada tahun 1984, Indonesia mencapai swasembada beras dan menerima penghargaan dari Badan Pangan Dunia (FAO). Lalu pada tahun 2023, Indonesia kembali mencapai swasembada beras dan menerima penghargaan dari International Rice Reasearch Institute (IRRI) tapi kemudian mengimpor beras pada tahun berikutnya karena El Nino.
Selain itu,, penyebab swasembada beras “on trend” lain adalah adanya ketergantungan pada faktor alam. Produksi beras sangat dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Ketika cuaca tidak mendukung, produksi beras menurun. Bisa juga karena kurangnya perencanaan dan kebijakan yang berkelanjutan.
Kebijakan pertanian yang tidak konsisten dan kurangnya perencanaan jangka panjang dapat menyebabkan swasembada beras tidak berkelanjutan. Dan terakhir karena pengurangan anggaran pertanian yang dapat mempengaruhi produksi beras dan kemampuan negara untuk mencapai swasembada beras berkelanjutan.
Sedangkan swasembada beras berkelanjutan adalah kemampuan sebuah negara untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri secara mandiri dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Ini berarti bahwa produksi beras dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan konsumsi beras masyarakat tanpa tergantung pada impor, dan dapat dipertahankan dalam jangka panjang.
Ciri-ciri swasembada beras berkelanjutan yang menonjol antara lain, terjadinya produksi beras dalam negeri stabil dan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi beras masyarakat. Kemudian, negara tidak tergantung pada impor beras dan dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat secara mandiri.
Selanjutnya, petani dapat meningkatkan kesejahteraan mereka melalui peningkatan produksi dan pendapatan sekaligus dijamin oldh harga jual di tingkat petani yang menguntungkan. Dan sumber daya alam dan manusia digunakan secara efisien untuk meningkatkan produksi beras.
Beberapa faktor penting yang mendukung swasembada beras berkelanjutan diantaranya pertama adanya kebijakan pertanian yang konsisten dan berkelanjutan dapat membantu meningkatkan produksi beras dan mencapai swasembada beras. Kedua, penggunaan teknologi pertanian modern dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas petani.
Ketiga, pengembangan infrastruktur yang memadai, seperti irigasi dan jalan, dapat membantu meningkatkan produksi beras. Keempat, terjadi peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan dan pendidikan dapat membantu meningkatkan produksi beras. Dengan demikian, swasembada beras berkelanjutan dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.
Sekarang, bagaimana peran strategis Perum Bulog dalam mendukung pencapaian swasembada beras berkelanjutan ? Sekurang-kurangnya ada lima peran penting ysng dapat ditempuh oleh Perum Bulog. Kelima peran tersebut adalah perrama, stabilisasi harga. Perum Bulog dapat membantu stabilisasi harga beras dengan melakukan operasi pasar dan penyimpanan beras.
Kedua, pengadaan beras. Perum Bulog dapat melakukan pengadaan beras dari petani lokal untuk meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan ketersediaan beras. Ketiga, distribusi beras. Perum Bulog dapat membantu distribusi beras ke daerah-daerah yang membutuhkan, terutama pada saat musim paceklik atau bencana alam.
Keempat, pengawasan kualitas. Perum Bulog dapat melakukan pengawasan kualitas beras untuk memastikan bahwa beras yang diedarkan memenuhi standar kualitas. Kelima, menjaga ketersediaan stok. Perum Bulog dapat menjaga ketersediaan stok beras untuk memastikan bahwa kebutuhan masyarakat terpenuhi.
Atas gambaran ini, Perum Bulog dapat membantu meningkatkan ketersediaan beras, stabilisasi harga, dan meningkatkan kesejahteraan petani, sehingga berperan penting dalam mewujudkan swasembada beras berkelanjutan. Tinggal sekarang, sampai sejauh mana Perum Bulog mampu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Swasembada beras yang berkelanjutan, benar-benar menjadi idaman kita bersama. Bangsa ini, tidak mau lagi menjadi tertawaan warga dunia yang menyaksikan kelucuan-kelucuan dalam pengumuman swasembada beras ini. Stop swasembada beras ‘on trend’. Kini saatnya mewujudkan swasembada beras berkelanjutan. Perum Bulog diminta tampil sebagai ‘prime mover’nya.
***
Judul: Peran Bulog Menuju Swasembada Beras Berkelanjutan
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi