MajmusSunda News- Sukabumi, Jawa Barat, Selasa, (11/3/2025)-Anggy Firmansyah Sulaiman punya keresahan yang tak biasa. Saat anak muda lain sibuk mengejar karier atau membangun bisnis, ia malah ingin membangun sesuatu yang lebih besar, peradaban di masjid bagi anak muda.
Gagasannya sangat brilian bukan sekadar membangun masjid biasa, melainkan masjid yang benar-benar menjadi tempat bagi kawula muda, dikelola oleh anak muda, dengan program yang juga relevan bagi anak muda.
Nama masjid itu pun sangat unik ada spirit kepemudaan, bernama Masjid Sejuta Pemuda atau Masjid At-Tin di Jalan Lamping, Kelurahan Gedongpanjang, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi.
“Saya ingin membangun masjid yang benar-benar diisi anak-anak muda, diurus anak muda, programnya anak muda, dan bangunannya mendukung anak muda. Saya tidak mau masjid hanya sekadar tempat salat, tetapi juga tempat berkumpul, belajar, dan berkembang,” kata Anggy kepada wartawan baru-baru ini.

Tahun 2021, dengan modal Rp10-15 juta dari kantong pribadinya, Anggy mengumpulkan delapan pemuda Sukabumi. Mereka adalah anak-anak muda yang ia latih dan fasilitasi untuk memahami berbagai aspek manajemen masjid, dari media, pendidikan, fundraising, hingga muamalah.
Bahkan, beberapa di antaranya ia sekolahkan ke Pontianak dan Yogyakarta agar memiliki bekal yang lebih luas.
Selama tiga tahun, mereka berjuang bersama, berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa bangunan tetap. Hingga akhirnya, pada Februari 2024, Masjid Sejuta Pemuda At-Tin berdiri dengan konsep yaang benar-benar berbeda: masjid dengan coffee bar, ruang diskusi, creative space, bahkan lapangan futsal.
Tentu saja bukan perkara mudah memperkenalkan konsep dan gagasan yang bernuasa proresif ini. Bagi banyak orang, masjid adalah tempat ibadah semata. Ketika ada coffee bar di dalamnya, skeptisisme dan pandanan negatifpun bermunculan.
“Kesulitannya adalah memahamkan orang-orang bahwa masjid bisa lebih dari sekadar tempat salat. Kita bisa ngopi di masjid, ngobrolin bisnis dan karier di sini, yang penting jangan ghibah di dalam masjid,” jelas Anggy.
Kendati begitu, waktu dan konsistensi menjawab keraguan itu. Hari demi hari seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai melihat manfaatnya. Kini, Masjid Sejuta Pemuda bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat aktivitas yang membangun komunitas dan ekonomi.
Membangun sesuatu dari nol tentu tidak mudah. Ada banyak momen ketika Anggy dan timnya merasa lelah dan jenuh.
“Kadang ada perasaan, ini sudah bertahun-tahun tapi kok belum selesai juga? Tapi alhamdulillah, setiap kali ada rasa jenuh, kami komunikasikan. Kami ingat kembali tujuan awal kami, semangat baru muncul kembali” tuturnya.
Ia menuturkan masjid ini bukan sekadar bangunan, tetapi cita-cita yang harus terus diperjuangkan. Salah satu kunci keberhasilan Masjid Sejuta Pemuda adalah keterbukaannya terhadap masyarakat sekitar.
Masjid ini bukan hanya milik anak muda, tetapi juga menjadi tempat ngaji bagi warga sekitar, tempat pengajian rutin, dan pusat kegiatan sosial.
“Masjid ini open space, bukan hanya untuk kami, tetapi juga masyarakat. Mereka punya peran di sini, dan kami ingin masjid ini benar-benar bermanfaat bagi semua,” ujar Anggy.
Dari sebuah keresahan di usia muda, kini Anggy dan timnya telah menciptakan sesuatu yang lebih besar. Sebuah masjid yang hidup, berkembang, dan menjadi bagian dari perubahan. Masjid Sejuta Pemuda bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga ruang yang merangkul setiap hati yang ingin kembali pulang.
Judul: Masjid Sejuta Pemuda Sukabumi Lahir dari Sebuah Keresahan Anak Muda Anggy Firmansyah Sulaiman
Jurnalis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS